BIG BOSS TERTANGKAP

2.3K 524 39
                                    

Bima dan tim sudah sampai di depan markas besar Naga Merah. Naga Merah tidak akan berhenti jika sumber masalahnya belum dilumpuhkan. Akhirnya BIN mencoba mengakhiri aksi Naga Merah dengan melakukan penyergapan di markas mereka dengan Bima sebagai kunci untuk bisa masuk ke dalam sana dengan leluasa. Bima tahu betul jalan-jalan mana saja yang bisa dimasukinya termasuk jalan rahasia.

Tapi sayang, usaha BIN untuk membobol markas Naga Merah sudah bocor ke telinga Lukman. Alhasil Lukman melakukan penjagaan ketat dan memerintahkan anak buahnya untuk melakukan siaga.

"Lo bodoh Loper, biar pun lo udah pernah masuk ke sini, bukan berarti lo bisa dengan leluasa melumpuhkan gue." Lukman berdiri angkuh di hadapan Bima yang sudah terikat di kursi.

Bima tertangkap saat melakukan penyergapan. Beberapa anak buah Lukman menyerangnya tanpa ampun hingga Bima tumbang dan dibawa ke gudang. Lukman akan menjadikan Bima sebagai kunci untuk melumpuhkan BIN dan orang-orang yang ingin menghancurkan apa yang sudah didapatnya dengan susah payah.

"Mungkin gue nggak bisa, tapi orang-orang hebat di belakang gue bisa ngancurin lo dengan mudah, Lukman." Bima mencoba mengembalikan kesadarannya perlahan tapi pasti.

"Hahh, lo lihat gue. Gadis saja bisa gue lumpuhin dengan mudah. Padahal dia adalah sasaran utama kalian dan kalian kalah cepat dari gue. Tapi justru gue berhasil buat dia mati," ucap Lukman dengan bangga.

Hati Bima berdesir saat Lukman mengucapkan nama Gadis. Perempuan yang sangat ia cintai dan sudah ada di depan mata. Selama ini hubungan mereka baik dan mengalir begitu saja, mengikuti jalan cerita yang sudah Tuhan rancang.

"Jangan bangga dengan apa yang lo dapat dengan cara yang curang. Itu nggak akan bertahan lama, kawan." Kali ini Bima sudah bisa dengan jelas menantan Lukman dari sorotan matanya yang penuh amarah.

"Diem lo!!" sentak Lukman. "Plaster mulut dia biar nggak banyak omong," tambah Lukman pada anak buahnya. "Hajar dia tapi jangan buat dia mati. Urusan gue belum selesai sama dia."

Lukman menatap sinis Bima dan ia pergi meninggalkan Bima di dalam gudang yang pengap, berbagai tumpukan barang tak terpakai, dan hanya ada satu penerangan remang. Tubuh Bima terikat kuat di kursi, dia di sana diawasi anak buah Lukman yang kejam.

***

Juwanita duduk di meja makan bersama Gadis. Dia sudah mendengar berita tertangkapnya Bima, hanya saja dia bingung menyampaikan kabar itu kepada Gadis. Sejak kejadian perkelahian waktu itu, Gadis sangat penasaran kepada Bima. Akhirnya dia mencari tahu siapa sebenarnya pria yang sudah mengacak-acak perasaannya. Dari beberapa teman Juwanita dan orang-orang kepercayaannya, Gadis pun mendapat informasi mengenai Bima.

"Queen," panggil Juwanita pelan seraya memakan sarapannya.

"Iya, Mom." Gadis menatap Juwanita menanti ucapan selanjutnya.

"Bagaimana hubunganmu dengan Bima?" tanya Juwanita basa-basi.

Kedua ujung bibir merah Gadis tertarik membentuk seperti bulan sabit. Pipinya berubah warna merah jambu, hatinya menghangat, dan jantungnya selalu berdebar-debar jika mendengar nama 'Bima' disebut.

"Baik, Mom. Dia itu cowok yang gentleman, protektif, dan ...." Gadis mengingat saat Bima memberikannya perlindungan ketika mereka melawan beberapa musuh Juwanita yang ingin menyakiti Gadis saat dia pulang dari kantor.

"Dan ...???" seru Juwanita menatap Gadis serius penasaran apa yang akan terucap dari bibir manis putrinya.

"Dan ... baik. Aku nggak menyangka loh Mom, kalau dia itu anggota BIN. Setahu aku, dia seorang direktur di salah satu perusahaan. Tapi setelah aku selidiki ternyata dia anak buahnya Kanit Faiz," tutur Gadis tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

GERILYA KLANDESTIN  (Sudah Dibukukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang