RASA CINTA BERSEMI DI HATI

7.3K 733 79
                                    

Kata orang, jatuh cinta itu sejuta rasanya dan sulit untuk dideskripsikan dengan kata-kata. Bima memang bukan seorang penyair yang pandai merakit dan menyulam bait-bait cinta dalam bentuk sajak. Tapi, dia adalah seorang pria jujur dan gentleman. Bima bersiul di kamar mandi, setelah membersihkan diri, lantas dia keluar melengkapi tubuhnya dengan pakaian santai. Banyak pekerjaan dan misi yang harus unitnya tangani. Sebelum ada perintah, Bima hanya dapat memantau dan mencari informasi dari benda-benda pintarnya.

Musik DJ Til It Hurts, bersuara dari ponsel pintarnya. Bima pun dengan cepat mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja kecil, samping tempat tidurnya. Senyum merekah dari dua sudut bibirnya. Tak sabar ingin mendengarkan suara Anjani, Bima pun segera menggeser tombol hijau.

"Assalamualaikum, cantik," sapa Bima seraya duduk berselonjor di ranjang, menyandarkan punggungnya.

"Waalaikumsalam. Kamu lagi apa?" tanya Anjani penuh perhatian.

Beberapa bulan mereka saling mengenal, Bima sudah dapat merasakan bahwa Anjani adalah gadis yang perhatian dan tipe perempuan penyayang.

"Aku sedang mengecek pekerjaan saja. Kamu sendiri, tumben, duluan yang telepon aku? Kenapa? Kangen yaaaaa?" tebak Bima bercanda, hanya ingin menggoda Anjani.

"Ah, biasa aja!" elak Anjani. "Aku cuma mau tanya, apa kamu sudah makan?"

Bima tersenyum, jika sudah mendapat kode begini, sebagai pria yang peka, pastilah Bima dapat memahami maksud pertanyaan Anjani.

"Mmm... belum sih? Kenapa?" tanya Bima, pura-pura tak mengerti arah pembicaraan Anjani.

"Aku bosen di apartemen terus. Cari makan yuk! Aku tahu tempat yang nyaman dan makanannya pun juga enak," ajak Anjani tepat dengan apa yang sudah Bima tebak tadi.

"Baiklah, aku akan datang ke apartemen kamu. 20 menit lagi ya? Bersiaplah!" titah Bima.

"Oke, aku tunggu ya? Sampai jumpa."

Panggilan pun diakhiri Anjani. Bima. Menatap ponselnya, tersenyum sendiri, lalu menggelengkan kepalanya, heran dengan sikapnya belakangan ini. Dia sering sekali senyum-senyum sendiri dan suasana hatinya pun selalu berbunga-bunga. Apakah ini yang dinamakan sedang jatuh cinta?

"Anjani," lirih Bima. "Ternyata kamu sudah tidak memiliki keluarga dan sanak saudara. Kasihan kamu, hidup sebatang kara, berjuang sendiri di kota besar ini," gumam Bima setelah mengusut seluk beluk gadis yang sudah dia incar beberapa bulan lalu untuk dijadikannya kekasih.

Namun Bima belum memiliki kesempatan dan waktu yang tepat untuk menyatakan cintanya kepada Anjani.  Di balik sikap manjanya, ternyata Anjani gadis yang perhatian. Cocok dengan Bima yang tinggal jauh dari orangtuanya. Hidup sendiri di kota besar, jauh dari keluarga dan kerabat, membuat hubungan mereka semakin erat. Saling memperhatikan dan menjaga, mungkin mereka tidak akan pernah merasa kesepian.

Kurang lebih menempuh waktu 20 menit dari apartemen Bima, kini mobil sedang bewarna hitam yang sudah dimodifikasi khusus telah terparkir di depan lobby apartemen Anjani. Bima tersenyum manis, ketika melihat Anjani keluar, sudah siap, tampil kasual, memakai celana panjang jeans biru keputih-putihan, kaus putih yang tertutup oleh jaket jeans senada dengan celananya. Tampak simpel namun tetap terkesan feminin.

"Hai," sapanya masuk ke dalam mobil.

Saat melihat wajah dan senyuman Anjani, Bima merasa hatinya teduh dan sejuk. Apalagi selama kenal dengannya, senyuman manis itu tak pernah pudar dari bibir merahnya.

"Sudah?" tanya Bima usai Anjani memakai safety belt. "Mau makan di mana kita?" tanya Bima siap melajukan mobilnya.

"Ikuti saja petunjukku. Nanti di ujung jalan sana ada nasi goreng. Pinggir jalan sih, tapi enak," ujar Anjani, bersemangat.

GERILYA KLANDESTIN  (Sudah Dibukukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang