PUPUS SUDAH KASIH GADIS

7K 876 114
                                    

Segerombolan orang berpakaian serba hitam bersenjata lengkap, bersembunyi di balik semak-semak. Mata tajam mereka selalu mengawasi bangunan yang terlihat seperti gedung tua. Tampak dari luar sepi dan suasananya pun mencekam. Namun jika seseorang tak jeli dan tidak tahu, mungkin akan berpikir, jika tempat itu adalah rumah tua tanpa penghuni. Tapi, keadaan di luar menipu, berbanding terbalik dengan apa yang ada di dalam. Berbagai ruangan ada di sana, hingga ruang rahasia pun ada, dan banyak kegiatan terjadi di dalam gedung itu. Hanya saja, pencahayaannya sangat terbatas.

Sepasang anak manusia sedang menikmati kebersamaannya di salah satu serambi atas bangunan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepasang anak manusia sedang menikmati kebersamaannya di salah satu serambi atas bangunan itu. Mereka tertawa bersama, merenda kasih dan cinta dalam balutan kasmaran. Pelukan hangat melindungi si gadis dari belakang.

"Darling, apa rencana kamu setelah kita menikah nanti? Apakah kamu akan tetap meneruskan bisnis Papa? Atau mau mendirikan bisnis sendiri?" tanya Gadis, wanita pujaan hati Alan Simbolon Roberto.

Alan adalah mentor atau dalam dunia mafia disebut capo di gangster Naga Merah. Penjahat kelas kakap yang diketuai oleh Luky Robert, yang tak lain ayah kandung Gadis Mahesa Robert.

"Mungkin aku akan melanjutkan bisnis ilegal papa kamu, Sayang. Secara, bisnis ini susah payah kami pertahankan sampai menjadi besar, seperti sekarang ini," ujar Al, begitulah sapaan akrab Alan.

Gadis membalikkan badannya, dia menyandarkan kepalanya di dada bidang Al. Detak jantungnya, membuat dia takut, takut jika tak dapat lagi mendengar ritme yang membuatnya nyaman dan tenang.

"Berada di sampingmu, adalah kenyamanan yang tak bisa aku dapatkan dari orang lain, kecuali Papa. Aku ta..."

"Takut kenapa?" tanya Al langsung menyela, menegakkan tubuh Gadis dan menyisihkan rambut panjang wanita itu, di belakang telinganya.

Al juga mengelus pipi Gadis menggunakan punggung tangannya, menatapnya lembut, meneduhkan hati Gadis.

"Aku takut, kalau tidak bisa lagi berada di samping kamu. Aku tidak pernah bisa membayangkan, bagaimana masa depanku tanpa kamu, Darling. Bagiku, kamu adalah nyawaku. Oksigen yang setiap detik kamu hirup, itu adalah napasku, detak jantung yang selalu berdetak di dalam dadamu, itu juga nadiku. Jika seandainya semua itu tak ada lagi, apa arti hidupku?" Suara Gadis bergetar, dengan cepat Al menariknya ke dalam pelukannya.

Dia juga mengecup kening Gadis, mengelus punggungnya dan entah mengapa ada perasaan takut menjalar di dalam dadanya. Tak pernah dia merasakan ketakutan seperti ini, walaupun kepalanya tertodong senapan pun, dia tak setakut saat ini.

"Jangan mengatakan itu, Sayang. Ingat, jika sampai terjadi sesuatu padaku, kamu harus tetap melanjutkan hidupmu. Aku akan selalu ada di setiap langkahmu, meskipun kamu tidak bisa melihatku, dan aku tidak tampak nyata di depanmu. Percayalah padaku, kita semua akan baik-baik saja," ujar Al mengeratkan pelukannya.

Meskipun dia sudah mengusir rasa takutnya, menghibur calon istrinya agar tak merasa takut, namun tetap saja hatinya diselubungi perasaan yang entah mengapa sangat berbeda dan aneh dari hari-hari biasanya. Bukan takut akan mati tertembak, namun dia sangat takut, jika harus terpisah dengan Gadis, wanita satu-satunya yang mampu menawan cintanya dalam penjara hati Gadis.

GERILYA KLANDESTIN  (Sudah Dibukukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang