Dia milik orang lain

8 3 0
                                    

Rangga pov

Pagi yang cerah dan suasana yang indah menurut gue. Hari ini gue sedang berdiri di depan cermin melihat diri gue yang sudah rapi dengan setelan jas.

Pagi tadi gue emang disuruh untuk bersiap bertemu dengan klien bokap gue sekaligus untuk bertemu dengan tunangan gue,

Yah gue tau kalo orang tua gue jodohin gue sama anak klien bokap. Mau nolak nama gue bakal dihapus di daftar keluarga dan gue gak bakal bisa jadi CEO sekarang.

Sebenarnya bukan gue gak mau menikah atau mencari kekasih, gue lagi nunggu orang yang gue suka. Sampai nyokap gue kayaknya geram banget sama gue karena dikira gue gak laku.

"Rangga kamu udah siap belum"tanya mama gue yang berada di pintu sekarang.

"Udah ma, ini sudah mau turun"balas gue.

Gue turun untuk menghampiri bokap gue yang udah ada di depan.

"Pa, aku bawa mobil sendiri aja ya? Nanti pulang aku langsung ke kantor ada meeting"ucap gue.

Hanya dibalas anggukan oleh bokap. Gue berjalan di garasi dan mengambil mobil sport gue yang biasa gue pakai untuk ke kantor.

Setelah sampai di restoran gue memarkirkan mobil di basemant.

"Ayo. Kita udah telat pasti mereka sedang menunggu kita. Tadi mama telpon pak rahman katanya udah sampek dari tadi." ucap mama gue.

Gue ngikutin mereka di belakang berjalan santai karena gue males banget untuk nemuin tuh yang katanya tunangan gue. Ya kalo cantik kalo nggak gimana? Suara ringtone dihp gue berbunyi dan menunjukkan panggilan dengan nama sintya sekertaris gue.

"Halo"

"..."

"Iya gue tau, gue sama orang tua gue sekarang"

"...'

"Cerewet banget sih lu jadi sekertaris"

"...'

"Sorry, gue gak bermaksud gitu kok, sorry deh"

"..."

"Iya, tenang aja gue gak bakal lama kok, iya udah ya bye my lovely"

gue memutuskan untuk menyudahi telepon dari sekertaris gue atau bisa disebut pacar gelap gue.

Gue gak tau ternyata orang tua gue udah ngilang diterpa bayangan.

Gue berjalan melangkah masuk restoran dan gue menghampiri tempat kasir untuk bertanya ruangan yang atas nama pak rahman.

"Ekhem, maaf mbak mau tau dong ruangan atas nama pak rahman dimana ya?"tanya gue

Bukannya jawab pertanyaan gue, eh malah bengong nih orang gak tau apa gue lagi buru buru. Gue berdehem dan mbak kasirnya pun sadar.

"Oh ada di sana mas"ucapnya sambil menunjuk kearah ruangan.

"Oh makasih ya mbak"ucap gue

Gue berjalan menuju ruangan yang ditunjukin mbak tadi. Gue membuka pintu dan masuk dengan langkah yang sopan.

"Selamat malam semua, maaf saya sedikit terlambat"ucap gue.

Gue melihat sekitar sebentar karena gue penasaran aja gue ngeliat cewek yang tadi keliatannya liat kearah gue dan langsung nunduk lagi sambil menggelengkan kepala, mungkin dia gak percaya kalo yang akan jadi tunangannya adalah orang setampan gue puji gue.

"Tidak apa apa kok"ucap wanita yang mungkin mamanya tuh cewek. Setelah ada respon gue berjalan ke tempat duduk. Gue duduk tepat berada di depan cewek ini yang masih betah nunduk.

"Asifa kenapa kamu nunduk gitu sih, ayo tunjukkin wajah kamu"kata pria yang seumuran dengan bokap gue.

Tunggu deh, namanya tadi siapa? Asifa? Apakah dia...

Deg

Dan bener dia adalah Asifa Zahra Febriani cewek yang selama ini gue tunggu dan cari. Dia menghadap gue dan menampilkan senyuman yang gue rindukan selama ini.

"Kamu malu ya, yah emang banyak yang naksir sama dia tapi dia selalu nolak, entah apa alasannya, mau lajang terus kali" nyokap gue indah banget kalo ngomong.

"Sudah sudah ayo kita langsung keacaranya dulu" kata bokap gue.

Gue terus natap dia tanpa bosen sama kayak dia yang natap gue, gue harap dia masih kayak asifa yang dulu gue kenal.

Author pov

Setelah selesai dengan acara sarapan pagi dengan keluarga direncanakan tadi. Asifa sekarang hanya bisa diam melihat keluarga rangga dan keluarganya yang tadi ngomongin soal tunangan sampek soal pekerjaan yang gak tau kapan kelar, dirinya merasa bosan.

"Pa,ma asifa mau keluar ya? Mau balik" bisiknya tapi kayaknya bisikannya keras deh seperti nyatanya semua menoleh kearahnya.

"Kamu mau pulang biar rangga yang nganterin. Sekalian katanya rangga juga ada meeting benarkan rangga?"tanya mama rangga dan dibalas anggukan oleh rangga.

"Oh iya gak pa pa kan sifa? Lagian masih banyak yang harus dibicarakan soal pekerjaan?"tanya mama sifa

Shit, gue diceburin nih ama mak mak komplek, gue gak bego lagi batin sifa.

Mungkin ini kesempatan gue untuk bisa deket lagi dengannya.

Di basemant sifa hanya diam tanpa mengatakan apapun dan sedangkan rangga berada di depan sifa menuju mobilnya.

"Sudah sampek, yuk naik"ajak rangga saat mereka berada di depan mobil sport berwarna merah

"Eh.. Oh ya"ucap sifa gugup karena dari tadi ia hanya melamun tanpa menunggu lama sifa masuk mobil dengan wajah yang gugup.

Diperjalanan sifa dan rangga hanya diam, rangga yang ingin bicara enggan ngucapin satu bait saja karena dia yakin cewek yang berada disampingnya ini masih gugup karena mereka bertemu kembali setelah 5 tahun tidak pernah bertemu.

Suara ponsel milik sifa berbunyi menghapus kesunyian itu. Sifa mencari ponselnya dan ia tersenyum melihat nama yang terpajang dilayar ponselnya tanpa disadari sifa langsung menekan tombol hijau.

"Halo sayangku"sifa benar benar lupa jika sudah berbicara dengan niko kekasih tercintanya,

lupa bahwa dia tidak sendiri dan orang yang sedang berada di sampingnya sedikit geram atau sedang putus harapan.

"Iya jadilah kencannya, oh ya niko sayang nanti tungguin gue di tempat biasa ya?"ucap sifa dengan wajah yang cerah.

Setelah selesai sifa menutup telpon dengan wajah yang bahagia.

"Oh ya pa nantiii.."saat sifa menoleh ke samping.

Sungguh sifa baru sadar jika dirinya tidak bersama dengan papanya melainkan calon tunangannya camkan itu.

"Uups, so.. sorry gue tadi lupa kalo pulang sama.."

"Gak apa apa kok, emang tadi itu siapa? Pacar elu ya?" tanya rangga dengan Sedikit kecewa.

"Eem, nanti turunin gue di sebrang sana aja ya? Gue ada janji ama temen"bukannya menjawab pertanyaan rangga malah sifa mengalihkan topik.

"Iya"balas rangga. Sebenarnya ia penasaran dengan siapa sifa akan bertemu benarkah dengan temannya atau orang lain? Tapi rangga tetap mengikuti perintah asifa.

Di sebrang jalan ia menurunkan asifa, ia melihat sebuah cafe dan seorang cowok yang melambai kearahnya, bukan tapi kearah sifa.

"Sial, apa dia cowoknya sifa?"batin rangga

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang