4. Perawan Sesat

8.8K 89 1
                                    

SEMILIR angin menghembus ke permukaan telaga. Air telaga bergerak-gerak bagai digelitik jemari perawan. Telaga yang tidak begitu luas itu dikelilingi oleh pepohonan rindang berbatang tinggi. Teduh sekali suasana di sekeliling telaga.

Tiba-tiba tanpa angin tanpa badai, air telaga berkecipak dan muncrat ke atas. Sesosok tubuh melesat keluar dari kedalaman telaga. Tubuh itu segera bersalto ke depan dan kejap berikutnya sepasang kaki kekarnya telah menapak tanah. Jliggg... !

Napas orang itu terhempas. Sebagian air ikut menyembur keluar dari mulutnya. Matanya yang kecil tapi tajam itu menatap sekeliling dengan penuh waspada. Orang berpakaian hitam dengan alis kuning emas pada tepiannya itu segera kibaskan kepala. Rambut dan sekujur tubuhnya yang basah siratkan air ke kanan-kiri. Ikat kepalanya dilepas dan diperas.

Melihat dari bentuk kumisnya yang sedikit tebal dengan cambang tipis, sebuah pedang sarung perak berukir yang tetap tersemat di pinggang kirinya, ia cukup dikenal di rimba persilatan. Para tokoh mengenalnya dengan nama: Datuk Marah Gadai. Ia tergolong salah satu dari sekian tokoh sakti yang punya hasrat untuk menguasai rimba persilatan di seluruh tanah Jawa. Ia punya harapan untuk menjadi penguasa tanah Jawa, hingga tak segan-segan turunkan tangan dan cabutkan pedang untuk membunuh siapa pun yang menjadi penghalangnya.

Datuk Marah Gadai memandangi air telaga dengan perasaan dongkol. Matanya yang berkesan bengis itu semakin tampak bengis, karena sebuah perasaan kecewa yang dikarenakan oleh sesuatu hal semakin menggerogoti jiwanya. Datuk Marah Gadai menggeram dalam keraguan bertindak.

"Kutinggalkan telaga keparat ini, atau kucoba sekali lagi menyelam dan mencari di dasar telaga. Bila perlu kuangkat semua tanah yang ada di dasar telaga ini!"

Belum sampai Datuk Marah Gadai putuskan langkah, tiba-tiba ia mendengar suara tawa terkekeh dari atas pohon. Cepat-cepat Datuk Marah Gadai palingkan wajah lemparkan pandangan ke atas.

"Turun kau, Monyet!" sentak Datuk Marah Gadai dengan kasar.

"Tak perlu kau suruh aku turun, aku memang sudah berniat turun sendiri. Karena kaulah orang yang kucari- cari beberapa waktu ini dan ternyata kutemukan di sini! He, he, he...!"

Orang di atas pohon itu segera melompat turun. Tubuhnya yang kurus kering bagaikan kipas dihembus angin. Rambutnya yang putih panjang meriap panjang bagaikan serabut akar kering melayang ke mana-mana. Orang yang bercelana hitam, berkain putih penutup dada, dan menggenggam tongkat kayu putih itu tak lain adalah Peramal Pikun dengan nama asli Renggono. Dia adalah kakak dari Cadaspati, murid Malaikat Tanpa Nyawa, yang tempo hari telah dibunuh oleh Datuk Marah Gadai. (Baca serial Pendekar Mabuk dalam episode: "Darah Asmara Gila").

Tokoh tua yang lebih banyak cengengesan itu memang mempunyai kesaktian melebihi adiknya, tapi ia tidak termasuk sebagai murid Malaikat Tanpa Nyawa. Bahkan dulu ia pernah bentrok dengan Malaikat Tanpa Nyawa, dan ia segera kabur karena sang adik membela gurunya. Namun sebagai seorang kakak, Peramal Pikun tak bisa tinggal diam melihat kematian adiknya di tangan Datuk Marah Gadai. Untuk itulah ia merasa gembira karena bisa bertemu dengan pembunuh adiknya di tepi Telaga Manik Intan.

Peramal Pikun hentikan tawanya sejenak. Pandangan matanya menjadi lebih tajam. Kata-katanya terasa sedingin es.

"Kau yang membunuh Cadaspati, adikku!"

"Benar!" jawab Datuk Marah Gadai bersikap menantang. "Apakah kau ingin menyusulnya? Aku bersedia membantumu!"

"Kau yang akan kususulkan ke sana untuk meminta maaf padanya!"

Datuk Marah Gadai sunggingkan senyum tipis dan sinis, pertanda meremehkan gertakan Peramal Pikun.

"Rupanya biar tua kau masih punya nyali juga, Peramal Pikun! Seharusnya kau bisa bayangkan, adikmu yang terhitung lebih muda dan lebih lincah darimu itu bisa kubunuh tanpa ampun lagi, apalagi kamu yang sudah tua renta tinggal tulang terbungkus kulit? Sama saja aku melawan ranting kering yang sudah waktunya rengas!"

Serial Pendekar Mabuk "Suto Sinting" - SuryadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang