Sudah nyaris dua bulan Ella bersama dengan Erik setelah kejadian memalukan malam itu. Banyak hal Ella lakukan demi mengikuti ucapan Erik yang lebih ke sebuah perintah dibandingkan permintaan. Yang tidak habis pikir oleh Ella adalah pria itu menggunakan dirinya untuk menangkap para penjahat dan buronan seperti dirinya dengan menggunakan Ella sebagai umpan. Luar biasa bukan. Namun yang paling tidak Ella suka adalah dirinya yang harus satu atap dengan Erik, di rumah pribadi pria itu yang berada di pinggiran kota.Erik benar-benar mengawasi Ella dua puluh empat jam, kecuali pria itu memiliki urusan di istana, dan Ella tidak di perbolehkan ke sana untuk keselamatan gadis itu sendiri.
"Ella, bersiaplah. Kita akan pergi ke kota, ada buruan baru yang kudengar ada di sana."
Ella terkejut setengah mati ketika melihat Erik yang berjalan menuju dapur dengan bertelanjang dada, dan rambut basah yang menandakan kalau ia baru saja selesai mandi. Tentu saja itu membuat Ella berhenti dengan kegiatan membuat sarapannya, darah serasa berkumpul di wajahnya sekarang.
"A-aku tahu," sahut Ella yang mengalihkan wajah dari Erik, berusaha menutupi wajahnya yang sudah merah padam. Ella tidak akan terbiasa dengan rutinitas seperti ini, padahal sudah hampir dua bulan ia tinggal dengan pria yang seperti sedang menyanderanya.
"Ada apa, kau tampak diam?" tanya Erik saat mendapati gelagat aneh sang gadis.
Ella tersentak kaget ketika ia mendengar suara Erik yang begitu dekat dengannya, semakin kaget ketika pria itu ternyata ada di belakangnya dan menatap Ella heran.
"Ap-apa yang kau lakukan? Ce-cepatlah berpakaian, bukankah kau ingin pergi," kata Ella yang terbata-bata, mencoba untuk menjauhkan dirinya dari Erik.
Alis Erik terangkat ketika ia melihat tingkah tak biasa Ella, bahkan rona di wajah gadis itu sudah menarik perhatiannya. "Jangan katakan kalau kau tergoda dengan tubuhku, Ella."
"Te-tentu saja tidak, sudah cepatlah berpakaian dan makan sarapanmu!" Ella benar-benar sudah tidak kuat dengan keberadaan Erik yang begitu dekat dengannya.
Bukannya menjauh Erik justru menyudutkan Ella di meja dan mengurungnya dengan kedua lengannya agar gadis itu tidak bisa melarikan diri. Senyum licik Erik pasang di wajahnya, menatap Ella tidak biasa.
"Bagaimana jika kau yang menyuapiku, Ella. Bukankah sarapan berdua itu lebih baik daripada makan sendiri, lagipula kulihat kalau kau terlihat senang dengan penampilanku seperti ini," kata Erik yang jelas-jelas sedang menggoda Ella sekarang.
Dari yang ia tahu selama tinggal dan menghabiskan waktu dengan Ella, pikiran dirinya akan Ella yang merupakan gadis tidak tahu diri dengan menjadi seorang buronan yang menyusahkan berubah begitu saja. Ia bertanya-tanya kenapa gadis itu senang sekali terlihat jahat, padahal sudah jelas kalau kepolosan dan juga kebaikan bisa terlihat darinya.
"Berhentilah mengatakan yang tidak-tidak, Erik. Bukankah kita harus cepat pergi." Ella tidak berani melihat Erik sekarang.
Erik tidak bisa untuk tidak tersenyum ketika ia melihat Ella yang sudah merah padam, tapi berusaha untuk tetap tenang. Bahkan gadis itu tidak pernah lagi memanggilnya dengan panggilan 'Tuan' seperti sebelumnya, terlalu berani untuk menentang ketika tahu bagaimana kepribadian Erik sesungguhnya.
"Hei, ada sesuatu yang sudah lama ingin sekali kutanyakan padamu," Erik memberi jeda sebentar untuk melihat apakah Ella akan menjawabnya atau tidak, "kenapa kau menjadi buronan? Rasanya kau berusaha mati-matian menjadi orang yang jahat, padahal yang kulihat tidak seperti itu."
Ella tidak bisa menutupi keterkejutannya ketika mendengar pertanyaan dari Erik kali ini, ia tidak menyangka pria itu akan bertanya hal yang sangat sensitif kepadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER MIDNIGHT (Another Side Of Cinderella) [COMPLATE]
FantasiaBagaimana jika pangeran tak pernah mencari pemilik sepatu kaca, dan Cinderella tidak pernah bertemu dengan sang pangeran? Di sinilah cerita dengan akhir berbeda dari Cinderella. Akhir kisah tidaklah berujung bahagia dengan sang pangeran, melainkan a...