20. KABAR

583 71 5
                                    

Sinar hangat dari sang mentari yang menerobos masuk dari sela-sela jendela, tampaknya tidak ingin membiarkan Erik untuk tidur lebih lama lagi. Desiran angin yang menerpa helaian tirai, menjadi alarm palsu yang berusaha membangunkan sang pria yang masih bergulat dengan tidurnya.

Mau tak mau, perlahan mata topaz nan sayu itu membuka, dan mengerjap beberapa kali untuk memastikan kalau hari memang telah berganti.

Erik yang berusaha untuk merenggangkan tubuh, sempat terkejut saat melihat sosok pirang yang tertidur dalam pelukannya. Ia terkekeh pelan ketika sadar akan status dirinya yang telah berubah sejak beberapa hari lalu, lupa kalau setiap pagi akan ada wanita yang sama di sampingnya.

Layaknya sebuah ritual, tak bosan-bosan Erik menatapi wajah tidur sang istri yang tampak begitu tenang, berbeda sekali ketika wanita itu bangun. Jari-jari Erik terangkat, menyibakan rambut yang menutupi wajah sang istri. Ia telusuri paras paling cantik untuknya itu seolah ia sedang melukis di atas kanvas putih dengan gerakan teramat lembut, tentu ia tidak ingin membangunkan istrinya.

Erik berusaha melepaskan pelukan Ella dari dirinya perlahan, mengingat sudah saatnya ia bangun dari ranjangnya yang nyaman—walaupun sebenarnya ia merasa enggan. Setelah berhasil melepaskan diri dari Ella, Erik mengecup dahi istrinya yang sepertinya masih akan tertidur lebih lama.

Saat keluar dari kamar, Erik tidak terkejut ketika ia menemukan adiknya yang tengah bersantai dan menikmati sarapan di meja makan.

"Baru bangun? Sejak menikah kau selalu bangun telat," ejek Ryan yang sudah menyeringai seraya melahap makanan ke dalam mulutnya. "Mana Ella? Kau tidak membuatnya kelelahan semalam, kan?"

Erik yang geli mendengarnya langsung melemparkan sendok yang berada di dekatnya ke arah sang adik dan langsung dengan tangkas di tangkap oleh Ryan. "Berhentilah mengatakan hal yang tidak-tidak, Ryan. Kau tidak ingin Ella mendengarnya seperti kemarin dan marah sepanjang hari, kan. Lagipula dia tidur sangat larut karena tidak bisa tidur, aku tidak ingin membangunkannya."

Erik membuat sarapan yang nyaris sama dengan yang dimakan adiknya, membuat ruangan hanya dipenuhi suara barang-barang yang digunakan oleh Erik.

"Semalam aku mendengar kalau sesuatu terjadi di kerajaan, dari desas-desus sepertinya itu hal yang buruk. Kurasa sebaiknya hari ini kau memastikannya, mengingat kau salah satu orang yang berpengaruh di sana," kata Ryan yang masih menikmati makanannya.

"Hal buruk? Kau tau apa yang terjadi?" tanya Erik tampaknya sangat tertarik dengan topik pembicaraan Ryan.

"Dari yang kudengar mengenai masalah hilangnya para wanita di desa, ada yang bilang pemberontakan, dan ada rumor kalau kabar tentang penyerangan yang terjadi di salah satu kediaman menteri. Aku takut kalau itu ada sangkut pautnya dengan penyelamatan Ella saat itu," jawab Ryan yang kini menatap sang kakak, memberitahu kalau masalah itu serius.

"Aku akan ke sana sekarang, entah kenapa perasaanku jadi tidak enak."

Tanpa menunggu jawaban dari Ryan, Erik langsung melenggang meninggalkan sarapannya yang masih setengah jadi.

Pikiran Erik langsung bergerak tidak menentu, berharap kalau rumor itu hanya sekedar rumor. Tapi, entah kenapa ada sesuatu yang mengganjal hatinya, ada perasaan tidak tenang yang bergumul dalam dadanya.

"Katakan pada Ella kalau aku pergi ke kerajaan, jangan buat dia khawatir. Aku akan memastikan rumor itu," ujar Erik yang sudah bersiap pergi dengan pakaian dan perlengkapannya yang biasa ia gunakan jika berada di istana.

***

Ella melenguh pelan, saat kesadarannya perlahan muncul dari dunia mimpi yang nyaman. Manik birunya menangkap bahwa di luar sana matahari sudah menyorot terik, membuatnya membelalak kalau ia bangun kesiangan. Dengan cepat Ella langsung duduk, mencari sosok yang semalam berbaring di sampingnya telah tidak ada. Tangannya merasa tempat dimana suaminya semalam tidur, dan tahu kalau Erik sudah bangun dari tadi.

AFTER MIDNIGHT (Another Side Of Cinderella) [COMPLATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang