10. MELARIKAN DIRI

1K 123 86
                                    


Ayunan pedang dengan gestur yang tidak stabil menjadi pemandangan selama satu minggu ini. Tangan kurus tak bertenaga seperti yang diharapkan, terus aja membelah udara kosong, seolah angin yang berhembus di sekitarnya sangat mengganggu. Desah napas kelelahan terlihat jelas dari paras yang sudah melelehkan peluh, memberitahu kalau sudah cukup lama ia bermain-main dengan benda besi panjang dan berbahaya itu.

Ella dengan rakus menghirup udara di sekitar untuk mengisi paru-paru yang mulai kekurangan oksigen. Gadis itu terlalu fokus dan serius dengan apa yang ia kerjakan sejak tadi, hingga ia tidak menyadari kalau ada mata yang menatapi gelagatnya sejak tadi.

"Sudah berapa kali aku memberitahumu untuk tidak menyentuh benda itu, Ella," ucap sosok yang kini berjalan mendekat ke arah Ella yang justru terlonjak kaget akibat kehadiran orang yang tidak ia harapkan saat ini.

Jelas sekali kalau Ella salah tingkah, terutama saat ia melihat mata teman baiknya itu menatap dengan pandangan tajam. Ia bahkan bisa merasakan tatapan dari satu mata pria itu yang ditutupi dengan penutup mata hitam layaknya seorang bajak laut dari negeri seberang. Bagaimana Ella tidak bergidik ngeri ketika ia menatap Ryan saat ini, karena pria itu selalu menentang Ella untuk tidak menggunakan senjata tajam khususnya pedang Ryan yang kini ada di tangannya.

"I-itu, Ryan ... aku hanya ..." Ella benar-benar kehilangan kata-kata, sudah banyak alasan yang Ella pakai ketika Ryan menangkap basah dirinya berlagak dengan pedang milik pria itu.

Ryan yang sudah berdiri di hadapan Ella, langsung menarik pedang dari tangan sang gadis. "Apa yang kukatakan soal tidak menyentuh benda tajam khususnya pedang, Ella? Sudah lebih dari satu minggu aku mendapatimu selalu bermain-main dengan pedang, apa yang sedang kau rencanakan?" tanya Ryan.

"A-aku ... aku hanya ingin belajar bagaimana melindungi diriku sendiri dengan benda itu, aku tidak bermaksud untuk menyentuh pedang kesayanganmu itu. Maafkan aku, Ryan," ucap Ella dengan wajah penuh sesal. Ini bukan pertama kalinya Ella membangkang apa yang Ryan katakan padanya, dan tentu saja kesabaran Ryan ada batas juga, kan.

Ryan menghela napas panjang, ia benar-benar tidak bisa marah dengan gadis di hadapannya ini—tidak peduli sebanyak apa kesalahan yang Ella lakukan. Tangan Ryan terangkat ke pucuk kepala Ella, mengelus lembut rambut pirang yang berantakan akibat perkelahian gadis itu dengan sang angin. Melihat wajah penuh penyesalan Ella benar-benar membuat Ryan tidak bisa berhenti untuk tersenyum.

"Aku tidak memermasalahkan tentang kau menyentuh benda kesayanganku atau apapun milikku. Aku hanya tidak ingin kau sampai terluka, karena dengan senjata tajam di tanganmu kau bisa terluka kapan saja. Kau tahu betapa khawatirnya aku jika kau berhadapan dengan benda-benda tajam seperti ini. Dan aku tidak akan membiarkanmu dalam bahaya, jadi kau tidak perlu belajar pedang atau apapun. Mengerti," kata Ryan yang tidak sama sekali terdengar seperti perintah atau ucapan penuh amarah.

"Aku mengerti."

Ryan hanya tersenyum ketika melihat wajah tertunduk Ella yang membuat Ryan harus memalingkan wajah demi keselamatan jantungnya. Entah kenapa sejak kembalinya Ella satu bulan lalu, Ryan tidak bisa mengontrol dirinya dengan baik saat berhadapan dengan Ella. Ia bukan orang munafik yang tidak mau menyadari perasaannya, hanya saja ia menunggu waktu yang tepat untuk dapat berkata jujur. Dan itu tidak sekarang.

"Aku ada pekerjaan, kau tetaplah di rumah dan jangan pergi kemanapun. Aku akan kembali secepatnya," Ryan memasukkan pedang pada sarungnya dan bersiap untuk melangkahkan kaki pergi.

"Apa kau ingin mencuri lagi?" tanya Ella yang menampakkan sorot penuh harap.

Ryan mengerti apa yang ada di pikiran Ella. "Aku sudah mengatakan kalau kau akan berhenti menjadi pencuri ataupun penjahat, kau sudah menjadi buronan di banyak tempat, jadi aku tidak bisa membawamu."

AFTER MIDNIGHT (Another Side Of Cinderella) [COMPLATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang