Riuh orang yang berlalu-lalang dengan berbagai suara tampaknya tidak mengganggu wanita bersurai pirang yang kini tengah menikmati kebebasan singkatnya. Kakinya sudah melangkah sejak tadi, berputar-putar mengelilingi kota, mematri setiap hal yang ia lihat, ia cium, dan ia rasakan, mengingat setelah ini ia akan terjebak lagi dalam ruangan.
Sudah tiga bulan Ella menetap di tempat asing, sebuah negeri dengan kerajaan yang jauh dari negeri kelahirannya. Jika bertanya bagaimana Ella bisa berada di tempat bising namun memukau mata itu, jawabannya karena Tuan Andrew.
Pria paruh baya itu membawa Ella pergi jauh dari kampung halamannya setelah membuat sebuah perjanjian.
"Bebaskan Erik, dan kau boleh membawaku bersamamu."
Kira-kira seperti itulah yang Ella katakan ketika akhirnya menyerah dengan permainan pria keji itu. Tentu saja ia akan melakukan apapun asalkan suaminya bisa bebas dari segala tuduhan dan...kematian tentunya. Hanya itu satu-satunya cara agar Erik selamat, mengingat pria paruh baya itu begitu menginginkan dirinya.
Tapi, tentu saja. Kali ini Ella tidak lagi bersikap seperti wanita bodoh yang akan menuruti segala hal yang pria itu katakan. Tiga tahun hidup sebagai buronan dan pencuri ulung, tentu saja merubah beberapa sikap Ella. Dan itu sekarang ia gunakan untuk menamengi dirinya dari kebejatan Tuan Andrew. Berkali-kali Tuan Andrew berusaha menyentuh dirinya, berkali-kali itu pula Ella berontak, mengancam dan bahkan mengacungkan benda tajam yang ada di dekatnya kepada pria itu. Sehingga detik ini Ella masih aman dan menghirup udara kebebasan walau sebentar.
Kali ini Ella berdiri di depan sebuah bangunan di pinggiran kota yang sedari tadi ia kelilingi. Senyum terulas di wajah Ella, dan semakin lebar saat ia berjalan masuk melewati pintu kayu cokelat tanpa pemugaran tersebut.
"Selamat datang. Oh, Ella? Kau datang lagi. Senang bisa melihatmu hari ini," sapa seorang gadis muda bersurai cokelat gelap dengan warna manik mata yang amat Ella suka—hijau zambrud.
"Aku hanya mampir. Bagaimana kabarmu? Kau terlihat sedikit sibuk, Teressa?" Ella melenggang masuk, matanya tidak berhenti memandangi setiap gerakan dari gadis yang berjalan ke sana-sini.
"Aku hanya perlu menyiapkan obat untuk beberapa orang hari ini. Kau duduk saja dimanapun kau suka, jika kau haus atau merasa lapar kau bisa mengambilnya di dapur. Jangan berpikir untuk sungkan kepadaku, aku sudah menganggapmu sebagai orang yang tinggal di rumah ini," cerocosnya tanpa menghentikan setiap gerakannya walau sebentar.
Ella tidak bisa menahan senyumnya saat ia melihat gadis itu penuh semangat seperti biasanya. Betapa beruntungnya ia karena karena memiliki satu teman baik di tempat yang asing ini. Ella bertemu dengan Teressa saat Ella terluka akibat perbuatannya yang berusaha merenggut nyawa Tuan Andrew, dan dengan baik hati Teressa membantu Ella hingga mereka berada dalam tahap menjadi teman baik. Ella sering sekali berkunjung ke tempat tinggal Teressa ini dan menceritakan semua yang terjadi padanya, tak menyangka kalau gadis itu justru memberi dukungan agar Ella bisa kembali bersama dengan Erik. Menurut Teressa perjuangan Ella itu luar biasa, ia hanya tidak mendukung mengenai pembunuhan yang direncanakan oleh Ella.
Tentu saja Teressa tidak setuju, gadis sepolos ia tentu saja tidak mengerti tentang dunia kelam seperti yang Ella alami. Tapi, Ella justru bersyukur karena Teressa tidak memiliki nasib yang sama dengannya walau temannya itu begitu memahami keadaan Ella dengan sangat baik.
"Oh, iya. Aku sudah membuatkan apa yang kau minta, Ella."
Lamunan Ella buyar saat ia melihat Teressa berjalan ke arahnya dengan sebuah botol kecil dalam genggaman. Melihat hal itu justru membuat Ella mengurai senyum tak biasa, senyum yang amat jarang terlihat dalam paras elok seorang Ella.
![](https://img.wattpad.com/cover/96483703-288-k952517.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER MIDNIGHT (Another Side Of Cinderella) [COMPLATE]
FantasyBagaimana jika pangeran tak pernah mencari pemilik sepatu kaca, dan Cinderella tidak pernah bertemu dengan sang pangeran? Di sinilah cerita dengan akhir berbeda dari Cinderella. Akhir kisah tidaklah berujung bahagia dengan sang pangeran, melainkan a...