Part 11 : Main Mission [2/2]

1K 118 60
                                    


"Aku melakukannya (ikut dalam perang) bukan untuk mencari medali atau penghargaan. Aku melakukannya karna itu harus di lakukan." -Band of Brother.

05.00 WIB, Bandara Halim Perdana Kusuma.

"Misi yang kita terima sudah sangat jelas, kita akan langsung di terjunkan di tengah pusat kota. Di belakang kita ada lima batalyon infantri yang akan mulai melakukan penyisiran dari perbatasan Jawa Barat - Banten. Jika di hitung, jarak kita dan lima batalyon itu hanya lima sampai sepuluh jam perjalanan. Namun karna ini perang jadi waktu kita dan mereka menjadi sekitar satu sampai dua hari perjalanan, maka dari itu jangan terlalu berharap bantuan dari mereka saat di sana." Jelas Kinal.

"Kita menggunakan taktik template seperti di Bandung, hanya saja lebih tingkatkan kewaspadaan. Adam, Nino, Mario, dan Boby akan tetap ikut bersama kita." Lanjut Ve menjelaskan.

"Kak Mel.." ucap Kinal meminta Melody ikut berbicara.

"Baik... Aku Cuma minta satu dari kalian, yaitu membuat perbedaan. Kinal selalu bilang ketika kita dapat misi berat, kalian semua ga harus ikut dalam misi tersebut. Karna percuma taktik sehebat apapun kalau ga ada kemauan dan semangat tinggi." Jeda Melody.

"Mungkin ini akan jadi misi berat terakhir untuk kita, maka dari itu mari membuat perbedaan dan perubahan. Demi semua orang yang kita sayangi, yang terpenting demi keluarga kita dan demi negara." Lanjutnya.

"Naomi.."

"Cuma mau cerita satu hal sama kalian." Jeda Naomi.

"Aku melakukan ini bukan untuk mencari medali atau penghargaan, aku melakukannya karna memang itu harus di lakukan." Lanjutnya.

"Ada yang ingin bicara lagi atau ingin keluar?" tanya Kinal.

Tak ada yang berbicara apapun, melaikan hanya ada gerakan mengangkat ransel, mengokang senjata, serta mengencangkan tas yang berisi parasut terjun mereka. Melihat itu hanya ada senyum haru dari Kinal melihat kegigihan dan keberanian semua anggotanya.

"Baik kalau begitu,, Yankee Bravo, segera naik ke pesawat. Go..go..go..." perintah Kinal.

***

Pesawat hercules yang mereka tumpangi sekarang tengah terbang tinggi di atas provinsi Banten, atau lebih tepatnya di atas perbatasan kota/kabupaten Serang, pandegelang, dan Lebak.

Pemandangan matahari terbit pun cukup menyilaukan dari balik kaca pesawat, membuat sedikit hangat aura dingin yang ada di dalamnya. Tak ada yang berbicara satu pun, semua hanya duduk dan menyibukan diri mereka masing-masing. Melihat foto keluarga, berdoa, memeriksa kembali setiap ikatan parasut, serta Kinal yang sedang berdiri menghadap ke arah jendela yang ada di pintu samping pesawat.

Namun keadaan tenang itu seketika berubah menyeramkan karna di sebabkan oleh sebuah peluru meriam udara yang baru saja menghantam rotor yang berada di sayap kanan pesawat.

Seketika pesawat terbang tak beraturan, belum sempat menghela nafas tiba-tiba mereka di kejutkan dengan sebuah teriakan dari balik pintu kokpit pesawat.

"Ada rudal kendali yang akan menghantam pesawat ini..!" teriak seorang crew pesawat.

Dengan reflek, Kinal langsung menekan sebuah tuas untuk membuka pintu belakang pesawat. Semua tim pun langsung mengerti dan bersiap untuk segera lompat dari pesawat.

Begitu pintu yang berada di bagian ekor pesawat terbuka penuh, semua langsung berlari dan melompat dari pintu belakang pesawat. Karna segalanya serba mendadak dan tanpa perhitungan, semua pun menjadi di luar perencanaan. Lompatan dan layangan semua anggota tim pun menjadi sedikit terpencar.

Regu Intai 1 Yankee BravoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang