Prolog

1.7K 42 0
                                    

Malam yang dingin, suara jangkrik yang merdu, angin berhembus membawa dinginnya malam. Sungguh cuaca yang sangat pas untuk selimutan dan bermimpi indah menanti datangnya hari esok.

Akan tetapi semua itu tidak berlangsung lama ketika...

“ANDOOOOOOOOO!!! BANGUN!!! KAN KAMU UDAH JANJI MALEM INI MAU KE SOUTHBANK NEMENIN AKU!!”, rengek bedebah satu ini merusak indahnya tidurku yang nyenyak ini.

“Aku. Enggak. Pernah. Janji.”, jawabku dengan sedikit kesal.

Aku memang nggak pernah ada janji buat nemenin dia buat dug-stak, zumba malem-malem, duduk gembira atau main-main ke club malem manapun. Aku nggak terlalu suka sama keramaian yang sporadik dan kerusuhan karena alkohol itulah. Pengalaman, pernah kena muntah orang gak dikenal di table sebelah. Rasanya tuh pengen marah tapi kasian dia udah teler. HM.

“Ajak Manda aja, hmm.”, sambungku.

“Gak mau. Manda kan cewek. Masa aku ajak cewek main tengah malem gini sih. Bisa-bisa mamamu ngegantung aku di pohon cabe belakang rumah.”

“Aku juga cewek, hm. Ya sudah sih, pohon cabe ini. Daripada digantung cabe-cabean.”

“Kan kelihatannya aja kamu kaya cewek. Ogah aku digantung cabe-cabean. Pedes, bikin pedih gak di mata, gak di hati.”, katanya sambil mengguncang-guncang tubuhku.

“Do...”

“Hmmmm.....?”

“Mau bangun atau aku cium?”

Eh? Cium? Aku perlahan membuka mataku dan melirik Rama yang duduk di sampingku dan...

BUUUUUUUUUUUUUUUUUUUKK!!!!

Aku melemparnya dengan bantal yang aku tiduri tadi tepat di mukanya sewaktu melirik dia sudah mulai memajukan bibirnya ke arah mukaku.

“mamam tuh bantal.”, kataku sambil mengumpulkan nyawa di pinggir tempat tidur.

Semicolon;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang