XIII. Ando

139 3 0
                                    


Terdengar suara langkah kaki menaiki anak tangga. Sedetik kemudian terlihat Rama disusul dengan Kevin muncul di hadapanku. Aku Cuma menatap mereka sekilas dan sibuk lagi dengan game yang ada di hpku.

"Do, ayo makan yuk.", ajak Rama.

"Gak ah.", tolakku.

"Ayo, nanti kalau gak makan nanti mati."

"Gak mau.", tolakku lagi dengan muka jengah.

"Udah sini!", Ramapun menarik tanganku.

"AKU BILANG NGGAK.", teriakku jengkel.

Rama dan Kevin terlihat kaget melihatku berteriak. Aku juga kaget kenapa aku bisa berteriak kaya gini, apalagi kepada mereka berdua. Saat ini aku sedang banyak pikiran. Tapi, aku juga bingung apa yang aku pikirin sekarang.

"sori...", kataku menyesal.

"..."

"Eh, mungkin waktunya gak tepat. Tapi aku mau nanyain sesuatu sama kalian berdua.", kata Kevin memecah keadaan saat ini.

"Apa?", jawab Rama.

"Kemarin, aku gak sengaja liat kalian... Ehm... ciuman. Apa kalian...??", tanya Kevin dengan ekspresi muka penasaran.

Mendengar pertanyaan yang aneh dari Kevin saat itu. Kontan saja aku dan Rama saling pandang satu sama lain. Rama tersenyum ke arahku. Aku pelototin dia dan kali ini dia tersenyum lebih lebar.

"Sejak kapan kamu dan Manda punya hubungan kaya gitu?", tanyaku tajam.

"Sejak... dua minggu lalu.", jawabnya sambil menundukan kepala.

"Kok aku gak tau?"

"Wait! Aku sedang bahas kalian, kok jadi Manda yang disebut-sebut?", tanya Kevin bingung.

Aku menghela nafas panjang, lalu merogoh kantung celanaku dan mengeluaran foto yang ada di dompetku. Aku meletakan di atas meja dan kevinpun mengambil foto itu lalu mengamatinya.

"Kok? Andonya ada dua?", tanya Kevin makin bingung sambil melihatku.

"Coba dilihat lagi lebih teliti.", kataku sambil memperhatikan ekspresi muka bingung Kevin.

"I... ini...?", Kevin memandangku bingung.

"Dia adikku, Manda, sekaligus kembaranku.", jelasku, "yang kamu lihat kemarin itu bukan aku sama Rama. Tapi Rama sama Manda.", lanjutku.

Kevin masih menatap heran ke arah foto itu. Sesekali matanya bergantian menatapku dan foto itu. Kayaknya mereka masih gak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini.

"Kembar?", tanyanya ragu. Akupun mengangguk pelan, "tapi kok mirip banget? Kembar cewek cowok juga kan harusnya gak akan semirip ini!?"

"mana aku tahu. Aku kan bukan tuhan.", jawabku datar.

"Jadi yang aku lihat kemarin bukan kamu sama Rama, tapi Rama sama Manda!?"

"Ya iyalah. Lagian gak mungkin juga aku ciuman sama Ando, Kev. Aku masih sayang nyawa.", jawab Rama sambil terkekeh kecil.

"Lagian Manda rambutnya panjang sepinggang, masa kamu gak liat?", tanya Rama. Kevinpun jadi seperti memikirkan sesuatu.

"Jadi aku salah liat ya? Sori aku gak tau...", kata Kevin sambil berjalan mundur. Wajahnya tampak sangat kebingungan.

"KEV! AWAS BELAKANGMU!", teriakku ketika melihat Kevin berjalan mundur ke arah tangga yang menuju ke lantai bawah.

Terlambat.

Kevin sudah terlebih dahulu menginjak dua anak tangga sekaligus hingga keseimbangan badannyapun hilang. Akupun segera melompat berusaha menggapai tubuhnya dan mendekap erat kepalanya dengan kedua tanganku. Kemudian aku merasakan tubuh kami berdua beradu cukup keras dengan lantai yang dingin.

"KALIAN GAPAPA?", teriak Rama panik. Diapun dengan cepat turun tangga untuk melihat keadaan kami.

"Aku gak apa-apa, tapi Kevin...", Rama melihat Kevin yang pingsan dalam dekapanku yang mengendur.

"Kemarikan biar aku gendong. Kita bawa ke kamar tamu.", kata Rama sambil mulai mengangkat tubuh Kevin dari dekapanku lalu berjalan ke arah kamar tamu yang gak jauh dari tangga.

"Kenapa gak ke rumah sakit?", protesku.

Aku melihat tangan kananku dan pergelangan tanganku memerah. Aku gak merasakan sama sekali sakit tadi, sekarang rasa sakit itu mulai aku rasakan dan akupun akhirnya mengikuti Rama untuk berjalan menuju ke kamar tamu.

"Kayaknya dia gak apa-apa cuman shock karena kaget tadi kan kepalanya kebentur cukup keras. Untung kepalanya kamu tahan, Do. Tapi tetap harus dibawa ke rumah sakit buat jaga-jaga.", kata Rama setelah membaringkan Kevin di tempat tidur, "sebelum itu ayo kita urus tanganmu dulu.", lanjutnya sambil menunjuk pergelangan tanganku yang sekarang mulai membiru.

"Mau ke mana?", tanyaku waktu melihat Rama berjalan ke luar kamar.

"Ambil trombopop atau apalah itu, yang penting tanganmu diselamatkan dulu.", jawab Rama sambil berjalan dengan tergesa-gesa ke arah pintu ke luar.

Aku mengamati tanganku yang mulai membengkak dan membiru. Tapi aku gak rasa ada patah atau retak, karena gak sesakit waktu siku kananku retak karena jatuh dari sepeda waktu kecil dulu. Mungkin ini Cuma terkilir saja.

Aku berjalan ke arah Kevin dibaringkan lalu duduk di sisinya.

Dasar bego. Gimana kalau aku gak sempat mendekap kepalamu? Kamu bisa mati, tauk!

Aku memalingkan wajahku dari Kevin dan melihat langit-langit kamar sambil menghela nafas. Setelah itu aku melihatk e arah Kevin lagi. Kevin masih belum menunjukan tanda-tanda akan sadar. Dia begitu tenang kalau lagi diem gini, biasanya gak mau diem sama kaya Rama. Padahal awalnya aku kira dia itu pendiam, tapi ternyata aslinya pecicilan sama kaya Rama. Aku memperhatikan Kevin dengan seksama, wajahnya cute, bulu matanya lentik, bibirnya tipis. Aku mengusap pelan bibirnya dengan jempolku. Aku mulai mendekatkan wajahku ke wajahnya. Hembusan nafasnya yang halus menerpa wajahku. Entah setan apa yang merasukiku saat ini. Akupun mencium bibir kevin dan melumat perlahan bibir tipisnya.

"DO! AKU UDAH NEMUIN OBATNYA NIH!", teriak Rama yang membuatku tersadar atas apa yang baru saja aku lakukan tadi.

Ngapain aku barusan?

Aku segera berdiri dan berjalan ke luar kamar dna menutup kembali pintunya. Terlihat Rama sedang berjalan ke arahku.

"Nih, pake. Mana tanganmu?", kata Rama sambil menunjukan obat yang ada di genggamannya.

"Aku mau pulang aja."

"Bukannya kita mau ke rumah sakit?", tanyanya bingung.

"Aku gak ikut, aku lupa masih ada urusan.", jawabku sambil berjalan ke arah ruang tamu.

"Tanganmu gimana?", tanya Rama sambil mengikutiku dari belakang.

"Aku gak apa-apa. Udah ya aku pulang dulu.", pamitku.

"Pakai apa pulangnya?

"Taksi."

Semicolon;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang