XV. Ando

110 3 0
                                    

"Do..."

"Doooo...."

"ANDOOOOOOOOOOO...!!!"

"Eh, kenapa?", tanyaku kaget ketika mendengar mama berteriak kepadaku. Hampir saja sendok yang aku pegang ini jatuh.

"Kalau makan jangan ngelamun gitu ah!", kata mama sambil memperhatikanku.

"Iya, ma."

Akupun mulai menyendok kentang bumbu balado kesukaanku ke mulutku. Daritadi aku memang kepikiran kejadian tadi siang. Kok bisa-bisanya aku mencium Kevin? Aku aku sudah gila? Aku bukan gay. Kenapa aku bisa mencium Kevin? Kamu gila, Ando!

"gimana tanganmu yang kekilir? Masih sakit, gak?", tanya mama.

"gak apa-apa, ma."

"Hati-hati makanya.

"Iya, ma."

Setelah pulang dari rumah Rama tadi siang, mama melihat tanganku yang bengkak dan langsung panik. Aku diseret paksa buat ke dokter terdekat. Seperti perkiraanku, aku Cuma terkilir. Tapi gara-gara itu aku kena omel mama sampe sejam dan rasanya lebih sakit dibanding jatuh dari tangga tadi, huhuhu. Tapi, mama senang waktu mendengar aku terjatuh dan terkilir karena melindungi temanku yang jatuh dari tangga. Mama bilang aku bisa diandalkan.

"Do, gimana kuliahmu?", tanya mama sambil menyuapkan ayam goreng ke mulutnya.

"Ya, gitu-gitu aja, ma."

"Manda, kalau kamu gimana kuliahnya?"

"Ah, dia sih sibuk pacaran, ma.", jawabku sebelum Manda sempat membuka mulutnya.

"Rese deh, Do!", protes Manda, "Gak kok, ma. Aku masih pedekate kok.", lanjut Manda menjelaskan.

"Ah, masa? Kok mama gak tau?"

"Rama.", kataku mendahului Manda lagi.

"ANDO! BISA DIAM GAK SIH!?", Mandapun melotot ke arahku. Aku hanya menjulurkan lidahku jahil. Mama Cuma bisa geleng-geleng melihat kelakuan kedua anak kembarnya ini.

"Mama gak larang kamu pacaran. Lagian seumuran kalian dulu mama udah pacaran loh sama papa.", kata mama sambil senyum-senyum geje.

Oh ya, papaku bekerja sebagai pengacara di Jakarta. Biasanya kalau ada hari libur atau hari besar, papa pulang ke rumah. Biarpun sibuk, papa tetap selalu ada buat keluarga.

"Tapi, Nda. Mama pesan kalau pacaran jangan ngelakuin hal yang aneh-aneh ya. Mama gak mau kalau kamu berbuat terlalu jauh pas pacaran. Tapi, mama agak lega sih kalau cowoknya itu Rama."

"Ih, mama! Aku kan sama Rama belum ngap.. eh, gak ngapa-ngapain kok!", Mandapun salah tingkah karena hampir aja kelancaran, lagi-lagi mama tersenyum kecil.

"Lalu, Ando. Kamu gimana?", tanya mama sambil melirik iseng ke arahku.

"Gimana apanya, ma?"

"Pacar kamu ada nggak?"

"Belum. Aku udah selesai makan, aku ke kamar duluan ya, ma."

Setelah itu aku langsung menenggak minumku sampai habis.

"Gak mau nambah, Do?", tanya mama.

Akupun hanya menggeleng dan berjalan ke arah kamarku.

Sesampainya di kamar akupun merebahkan tubuhku sambil bernafas panjang. Mendadak akupun kepikiran soal Kevin. Aku teringat ciuman yang tadi aku lakukan kepadanya.

Aku menghela nafas dengan berat. Aku bingung, aku baru kali ini melakukan hal seperti ini. Aku baru pertama kali memikirkan seseorang sampai segininya. Aku mulai mencoba mengingat-ingat pertama kali kami bertemu. Di mana aku melihat dia menangis di Southbank. Ketika dia dikata-katai oleh Leo dan akupun naik pitam. Ketika aku mencium bibir tipisnya yang lembut di rumah Rama. Aku sampai sekarang masih bingung, kenapa aku bisa mencium Kevin pada saat itu?

"aku bukan gay."

"aku bukan gay."

"aku bukan gay."

AAAAAAAAAAAAAAAAAGH!!!!!

Aku mengacak-acak rambutku karena aku kesal sendiri. Aku memejamkan mataku dan mencoba untuk tidur. Kenapa bayang-bayang Kevin selalu terngiang olehku? Aku malah terbayang-bayang ketika aku menciumnya pada saat itu.

Shit.

Semicolon;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang