XXXII. Kevin

293 3 0
                                    

"Iya, iya. Biar aku ganti sendiri. Awas kamu!", kataku panik. Andopun hanya tersenyum melihat gelagatku yang panik. Sebel.

Sial banget. Rasanya sudah dua kali aku dipaksa. Tadi dipaksa Rafa, sekarang dipaksa Ando. Mimpi apa sih aku kemarin? Hmm..

"Kamu ganti baju dulu. Aku ke dapur dulu bentar.", kata Ando sambil berjalan ke luar pintu sambil menutup pintunya.

Ya, lebih baik kalau dia keluar selagi aku ganti baju. Setidaknya kejadian waktu di kamar mandi Rama tidak terulang lagi.

Aku buru-buru mengganti bajuku. Kaus hitam dan celana pendek. Aku amati kamar Ando, gak jauh beda dengan kamarku. Kalau masuk kamar langsung bisa lihat tempat tidur. Di samping pintu ada meja belajar lengkap dengan kursi. Di samping meja belajar ada lemari baju. Yah, standar kamar umumnya sih. Tapi, ada banyak panda di kamarnya. Aku baru tahu kalau Ando suka banget sama panda...

Aku jadi teringat dari waktu dari rumah Rafa aku langsung melancongkan motorku ke rumah Ando tanpa pikir panjang. Untung saja dia ada di rumah dan gak pergi sama Rama. Aku baru sadar kalau tingkahku tadi tergolong nekat. Bisa-bisanya aku main peluk dia kaya tadi. Di luar rumahnya lagi. Duh.

Aku melangkahkan kakiku keluar kamar karena Ando kok gak balik-balik, ya? Aku memperhatikan ke sekitar rumah Ando. Rumahnya sangat rapi dan minimalis. Di ruang keluarga aku sedikit tertegun melihat beberapa foto dipasang. Di dalam foto itu aku melihat ada dua anak kembar difoto menggunakan baju yang sama. Baju apa ayo tebak? Santa claus... Lucu banget. Aku kontak mengeluarkan hpku dan memfoto foto tersebut. Aku tertawa geli sewaktu menyadari bahwa ekspresi jutek dan cueknya ternyata memang sudah bawaan dari dia kecil. Melihat foto tersebut aku langsung bisa membedakan yang mana Ando dan mana Manda. Lalu, aku melihat foto-foto lain yang terpajang di dinding ruang keluarganya. Biar Ando dan Manda mirip, tapi terlihat jelas kalau Manda adalah cewek yang murah senyum dan ekspresinya lebih lepas daripada Ando. Biar aku belum mengenal Manda secara langsung tapi aku yakin kalau dia adalah cewek yang supel dan enak diajak ngobrol. Kalau Ando yah, dengan ekspresi jutek dan cueknya sudah dapat disimpulkan kalau dia anak yang sulit didekati.

Tiba-tiba aku mendengar suara yang agak berisik dari arah dapur. Dengan ragu aku melangkahkan kaki menuju arah dapur. Dari ruang keluarga aku melewati dua pint yang tertutup. Lalu akupun sampai dapur yang lengkap dengan ruang makannya. Terlihat Ando sedang berdiri di dekat kompor. Dia sempat melirikku sekilas dan sibuk lagi dengan pekerjaannya. Aku berjalan mendekatinya karena ingin melihat apa yang sedang dia kerjakan.

"Kamu lagi apa?", tanyaku penasaran dengan apa yang dia lakukan.

"Masak.", jawabnya cuek.

"Kamu bisa masak?", tanyaku gak percaya ketika melihat dari dekat dia terliaht sedang masak nasi goreng.

"Gak juga. Bikin nasi goreng kan gampang."

"Aku aja gak bisa.", gumamku. "Terus, apa lagi yang kamu bisa masak?", tanyaku penasaran.

"Apa ya... Sambal goreng ati, ayam bumbu kuning, orek tempe, sop kepiting..."

Aku tercengnang dibuatnya. Dia menyebutkan makanan-makanan itu dengan santainya.

"Itu sih namanya pinter masak.", jawabku manyun. Ando hanya tertawa kecil sambil terus masak.

"Iya, mama sering nyuruh aku bantuin masak."

"Kok gak nyuruh Manda?"

"Mama gak mau dapur meledak.", jawabnya. Akupun terkekeh mendengarnya.

Aku masih menatap gak percaya. Rasanya begitu banyak yang belum aku tahu tentang Ando. Aku baru tahu kalau dia pinter masak. Rasanya banyak hal yang aku kalah dari dia. Aku jadi gak pede buat punya perasaan ke dia.

Semicolon;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang