X. Kevin

179 5 0
                                    

Mataku terpaku ketika melihat dua onggok manusia yang ada gak jauh dari tempatku duduk. Sosok yang masih melekat dalam ingatanku. Ridho, mantanku yang berjalan bersama Reza, temanku juga saat di Southbank malam itu.

Apa Reza yang ngebuat Ridho mutusin aku malam itu? Kenapa temanku sendiri tega ngekhianatin aku seperti ini? Anjing.

Aku mengepalkan tanganku menahan marah. Bukannya aku sakit hati atau cemburu melihat mereka berdua. Aku kecewa, terutama sama Reza. Padahal setelah aku putus sama Ridho, hampir tiap hari dia mengirimi aku sms dan telfon yang isinya buat tetap semangat pasca putus dengan Ridho. Tapi, kenyataanya malah seperti ini. Fuck.

Tiba-tiba aku dikagetkan oleh Ando yang tiba-tiba berdiri dan memelukku. Entah kenapa aku membiarkan dia memelukku seperti ini. Aku merasa aman dalam dekapannya.

"Kalian temennya Kevin?", tanya Ando pada dua onggok manusia itu.

Aku merasakan Ando meletakan dagunya di atas kepalaku. Diapun memelukku lebih erat. Aku bisa mendengarkan detak jantungnya yang berdebar amat kencang. Apa dia grogi? atau kenapa ya? Aku pun terbingung-bingung tapi aku merasa senang dibuatnya.

"Eh, i... iya. Tapi kayanya kita ganggu kalian ya. Kita duluan, ya.", jawab Reza. Setelah itu akupun gak mendengar suara Reza ataupun Ridho lagi, mungkin mereka sudah pergi.

"Kamu gak apa-apa?", tanya Ando sambil ngelepasin dekapannya. Ando memperhatikan wajahku dengan mata tajamnya, "kayaknya gak apa-apa.", gumamnya pelan.

"Memangnya aku kenapa?", tanyaku penasaran.

"Gak apa-apa."

"Kamu... khawatirin aku?"

"Nggak."

"Terus tadi kamu kenapa ngelakuin hal itu?", jawabku sambil tersenyum kecil. Tapi Ando Cuma berjalan kembali ke tempat duduknya sambil meminum iced greentea latte nya.

Kenapa sih Ando ini? Tadi sebelum Reza dan Ridho datang dia bersikap biasa saja.

Akupun mencoba bersantai dan menyenderkan punggungku ke kursi di meja tinggi di starbucks ini. Moodku untuk ngopipun hilang seketika. Dari jauh mataku menangkap sosok Rama yang terlihat kebingungan mencari sesuatu.

"Ram!", panggilku dengan agak berteriak.

Rama melihat ke arah kami lalu berjalan mendekat dengan mata melotot galak ke arahku.

"KALIAN KEMANA AJAAAAAAAAAAAAAAA? Aku tinggal sebentar kok udah ngilang aja. Apa kalian gak tau aku nyari-nyari kalian sampe ke seluruh pelosok pvj ini? Kalau pindah ke tempat lain telfon atau chat kenapaaaaa!", semprot Rama galak. Dari tampangnya sih kayaknya dia jengkel banget.

"Salah siapa ke toilet kok lama banget. Ngapain coba di toilet lama banget.", kataku gak mau kalah. "Aku udah nge-Line juga kok.", lanjutku dengan nada agak naik.

Dengan cepat Rama merogoh kantong celananya lalu mengeluarkan hpnya dan memeriksanya.

"Eh, ada banyak mesej gak kebaca ternyata.", jawabnya sambil agak malu, "tadi aku ketemu Manda sama temen-temennya, makanya lama."

Aku tau Manda adiknya Ando dari Rama, tapi selama berteman dengan Ando aku sama sekali gak pernah ketemu dengannya. Waktu aku ke rumahnya Ando, Manda selalu gak pernah muncul. Kalau gak lagi di kamarnya pasti sedang pergi. Penasaran juga sih gimana bentukan adiknya Ando ini.

"Aku mau pulang.", jawab Ando tanpa sebab tanpa angin tanpa tsunami.

"Heh, kenapa?", tanya Rama bingung.

"Kenapa sih dia?", tanya lagi Rama. Aku Cuma mengangkat kedua bahuku.

"Kenapa, Do?"

"Gak apa-apa, yuk.", jawab Ando dengan muka datarnya. Dasar monster greentea, judes banget.

"Yaudah deh, yuk."

Semicolon;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang