Remote Berdarah

169 14 5
                                        

Tak terasa sudah dua jam kami berlatih. Kamipun kembali ke kamar untuk beristirahat. Saat itu Rachel sedang tak bersamaku. Aku tidak tau dia ada dimana.

Saat aku sudah dikamar , aku segera mandi dan beristirahat dengan menonton tv. Habis latihan rasanya tenggorokanku sangat haus dan selalu mengaih air untuk ku minum. Karena aku terlalu banyak minum, aku cepat terasa untuk buang air kecil. Dan aku pun ke kamar mandi untuk buang air kecil. Ketika aku keluar dari kamar mandi, tv yang tadinya menyala kini sudah mati . aku mencari-cari remote untuk menyalakannya. Tapi tidak ada. Padahal aku ingat sekali aku meletakkannya di dekat tv. Aku mencari nya di tempat tidur, didekat lemari, bahkan aku mencarinya dikamar mandi. Tapi tetap tidak ketemu.

Dan aku melihatnya ada di depan pintu. Tepat didepannya. Aku segera mengambilnya. Tapi , uhhh. Bau sekali . bau amis muncul disitu. Ini bau amisnya darah. Saat aku mendekati dan ingin mengambil remote itu, betapa terkejut nya aku melihat remote itu berlumuran darah. Entah bagaimana bisa remote itu berlumuran darah. Aku tak bisa berkata-kata. Rasanya tidak bisa dipercaya. Tubuh ku kaku semuanya. Dan seketika itu pula pandangan ku gelap. Sepertinya aku telah pingsan tepat didepan pintu dan remot itu.

Saat aku terbangun, aku sudah ada di tempat tidur. Ternyata sudah ada Rachel disitu.

"Shila, kamu udah bangun ya. Tadi kenapa kamu tidur didepan pintu? Apa tempat tidur ini belum terasa nyaman untuk kamu tiduri? Tapi setidaknya kamu tidak tidur didepan pintu. Tadi aku hampir aja menginjak kamu. Kamu sih tidur disitu." ucap Rachel panjang lebar menanyakan ku .

"Siapa juga yang sengaja tidur. Aku gak tau kenapa tadi aku disitu. Mungkin aku pingsan karena melihat remote yang berlumuran darah itu." ucapku menjawabnya singkat

"Remote berlumuran darah? Ngaco kamu ya. Mana ada remote bisa berdarah. Remote itu gak punya pembuluh darah. Remotekan punyanya kabel bukan pembuluh darah shila."

"Kalo itu aku juga taulah Rachel. Maksudku aku gak tau kenapa ada remote yang berlumuran darah tadi disitu. Kalo aku tau aku gak mungkin kan pingsan. Kamu mikir dikit kek kalo aku begini jangan asal nyeplos aja." akh menjawabnya dengan nada yang sedikit kesal. Itu karena aku memang kesal kepadanya. Sudah tau aku baru aja sadar dari pingsan dia udah ngomong gak jelas gitu.

"Hmm ya deh iya. Yaudah ayo kuta makan. Tadi Pak Ramli sudah ngajakin. "

Rachel mengalihkan pembicaraan. Atau mungkin memang Pak Ramli mengajak makan tadi. Aku pun ikut dengannya untuk makan. Tapi Rachel langsung pergi meninggalkanku . saat aku ingin beranjak turun dari tempat tidur, disebelahku sudah ada remote yang tadi , tapi yang ini bersih tanpa berlumuran darah. Oh God! Jadi yang tadi itu apa. Apa aku cuma berhalusinasi aja. Tanpa berfikir panjang aku segera pergi meninggalkan kamar.

Setelah selesai makan siang, kami kembali lagi ke kamar. Dikamar aku langsung istirahat saja. Aku menonton tv dan Rachel membaca komiknya. Yah, dia memang hobi baca komik. Namun tiba tiba aku tersa ingin buang air . jadi aku ke kamar mandi. Takut terjadi seperti tadi, aku menitipkan remote kepada Rachel.

"Oy, titip remote ya aku mau buang air." ucapku kepada Rachel.

"Hah?! Kamu ini sakit apa gimana ? Ngapain remote dititupin ke aku? Aku bukan tempat penitipan dan tidak menerima penitipan barang apapaun. Lagian remotenya gak kemana-mana kok." jawab Rachel panjang lebar dan ngasal, yah seperti biasanya.

"Udah deh gak usah banyak omong aku nitip aja kok. Kamu cuma jagain aja kok repot. Nanti gak aku temenin nonton lagi neh , baru tau tuh!." ancamku supaya dia mau diam.

"Hmm iya deh iya. Cepet ya. "

"Ya. Aku cepet kok. Aku kan gak kayak kamu kalo ke wc bisa sejam aku nunggu."

Dikamar AmiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang