Hari ini aku akan berangkat ke Belanda. Belanda, I'm coming! batinku.
"Mer, lo kenapa? Kok senyum-senyum sendiri. Sehat?" ucap Vella sambil menyentuh dahi Merlyna.
"Ya, sehat lah Vel. Masa mau ke Belanda, gue sakit?" balasku.
"Ya kirain, Mbak. Lo tiba-tiba sakit. Kali aja kan?" sahut Vella lagi.
"Jangan sampe deh, Vel." ucapku sambil tersenyum.
Ketika mereka berdua tengah mengobrol sambil menurunkan kopernya dari atas tempat tidur, tiba-tiba Iphone milik Vella bergetar.
Ternyata, ada sebuah pesan whats app dari Andante.
"Kenapa, Vel?" ucapku.
"Kak Dante, katanya dia udah di bawah nungguin kita. Ayok, buruan." jawab Vella sambil menglock Iphonenya dan langsung dimasukkan ke tas selempang warna cokelat tuanya.
Aku hanya menganggukkan kepala dan langsung mengikuti Vella yang saat ini tengah berjalan di depanku.
"Maaf, nunggu lama ya Kak?" ucapku ke Kak Andante.
"Nggak kok, santai aja. Buruan naik, yuk. Takut telat nanti." balas Kak Andante yang tengah membuka bagasi belakang mobilnya dan membantu memasukkan koper bawaan kami.
"Nggak ada yang ketinggalan lagi kan?" sahut Kak Andante lagi.
"Udah beres semua kok, Kak." jawab Vella.
"Oke, kita berangkat." balas Kak Andante.
Perjalanan dari basecamp putri menuju bandara Soekarno-Hatta hanya membutuhkan waktu sekitar 45 menit saja.
Pada saat perjalanan, aku hanya bisa menatap jalanan yang terus bergerak seiring perjalananku yang terus berpindah-pindah.
"Sudah sampai, girls!" ucap Kak Andante.
Aku dan Vella hanya menjawab dengan anggukan kepala. Kami keluar dari mobil dan langsung menghampiri Kak Andante yang telah turun terlebih dahulu dari mobil lalu berjalan mengarah ke bagasi mobil bagian belakang.
"Kalian bawa barang bawaan kita dulu ya. Gua mau parkirin mobil. Kita ketemuan di ruang tunggu deket pintu keberangkatan internasional. See ya!" ucap Kak Andante lagi.
"Siap, Kak." balas Vella.
"Yuk, Mer." ucap Vella lagi.
"Cus." balasku.
Aku tidak pernah berpikiran akan pergi ke luar negeri sebelumnya, karena anggapanku itu mungkin hanya mimpi tapi inilah kenyataan. Aku harus menghadapinya. Ini benar-benar nyata.
"Haduh, akhirnya duduk juga. Lo nggak capek, Mer? Kita bawa 4 koper loh." ucap Vella yang terlihat lelah.
"Sedikit sih, tapi rasa capeknya hilang gitu aja soalnya kita mau ke Belanda. Hehe.." balasku.
"Yah, bolehlah. Btw, Kak Dante lama banget sih." gerutu Vella.
Tak lama, Kak Andante menghampiri kami berdua.
"Sorry ya, kalo kalian nunggu gua lama. Nyari tempat parkir susah banget. Ramai soalnya." ucap Kak Andante.
"Iya, nggak papa kok Kak. Kapan kita bakalan berangkat?" ucapku.
"Jam 7 seperempat sih, sekarang masih jam 7 pas. Mungkin, abis ini ada panggilan buat penumpang yang bakal bertolak ke Belanda." ucap Kak Andante.
Penumpang dengan jurusan penerbangan Jakarta-Belanda diharapkan untuk segera memasuki pintu keberangkatan internasional sekarang juga. Terima kasih.
Saat ini, kami bertiga tengah berjalan untuk memasuki pintu keberangkatan internasional.
Kami sedang melakukan antrean untuk pengecekan paspor dan barang bawaan kami.
Setelah melewati pemeriksaan ini, aku menoleh ke arah belakang dan mengucap selamat tinggal, Jakarta! batinku.
Kami bertiga duduk berjajar. Aku memilih duduk di dekat jendela pesawat.
"Perjalanan yang sangat panjang, guys. Kalo kalian capek, segera istirahat aja." ucap Kak Andante.
"Iya, Kak." balas Vella sedangkan aku hanya menjawabnya dengan anggukan kepala.
Tepat pukul 07.15, pesawat sudah siap lepas landas.
Aku mulai mendengarkan lagu 5 Seconds of Summer - Story of Another Us melalui Iphone milikku. Entah kenapa, akhir-akhir ini aku senang mendengarkan lagu ini.
Selagi mendengarkan lagu, aku mulai membaca novel favoritku "Never Thinking" dan perjalananku dimulai dari sekarang.

YOU ARE READING
Seminggu Di Belanda
Dla nastolatkówTerima kasih telah menemaniku selama seminggu. Kau memang pria yang baik.