Haidar mencerna apa yang gadis itu ucapkan, yang Haidar tak percaya dari ucapan Helena adalah ketika gadis itu akan menyerah jika 3 minggu setelahnya Haidar tak bersikap baik kepadanya selayaknya teman akrab atau lebih, Helena akan menjauhi Haidar jika itu benar terjadi-semudah itu. Haidar yakin tentu ia tidak akan menyukai Helena ataupun menganggap gadis itu lebih walaupun ia menerima Helena sebagai temannya dengan terpaksa,
Helena yang duduk di depan Haidar gugup seketika, ucapan yang ia ucapkan barusan tiba-tiba terlintas begitu saja. Helena lalu berdiri dari kursi membuat Haidr yang sibuk dengan pikirannya mendonggak menatap Helena.
"Eng... Gu---gue mau ijin ke kamar mandi dulu."'ucap Helena
Gadis itu lalu bangun tanpa bertanya dimana letak kamar mandi seakan gadis itu sudah tahu dimana letak kamar mandi itu sebenarnya. Helena malah sampai di dapur, gadis itu menepuk dahinya karena kebodohannya itu. Ia lalu mendekati pembantu Haidar yang kebetulan sedang membuat minuman disana.
"Ehm Bi permsi,"panggil Helena membuat Bi Uti, pembantu disana terkejut dan langsung membalikkan badannya dengan gelas yang Helena yakini untuk gadis itu sendiri.
"Eh Non, ngapain disini? Ini Bibi baru mau nganterin minumannya lho Non."
Helena menggelengkan kepalanya,"Bukan, saya salah masuk, mau kekamar mandi malah jadi nyasar kesini Bi."ucapnya diakhiri cengirannya.
"Oalah, Non, Non tinggal keluar dari dapur terus belok kiri aja, paling pojok pokoknya kamar mandinya deh."
Helena menganggukkan kepalanya dengan senyum lebar yang lalu dibalas Bi Uti sebelum pembantu paruh baya itu keluar dengan nampan yang berisi gelas minuman itu.
Helena pun kembali mencari kamar mandi seperti apa yang di instruksikan oleh Bi Uti, namun kedatangan Hafia yang kini mengagetkan Helena.
"Oh elo,"ucap Helena.
Hafia tersenyum lalu mendekati Helena dan tanpa aba-aba merangkul Helena seakan mereka telah berteman lama.
"Gak usah sungkan ama gue,"ucap Hafia."Lagian nih ya, lo kan calon saudara ipar gue. "lanjutnya dengan cengiran yang membuat Helena melongo lebar.
Helena sih mau-mau saja,tapi kan Haidar mana sudi dengan dia?
"Apaan sih Fi, ngaco lo. Gue sih mau, Haidarnya mana mungkin.""Ah gue tau kok saudara kembar gue itu emang minta gampar banget kelakuannya, tapi kalo lo bener sayang ama dia, lo harus sabar dan terus perjuangin yah Na? Jangan pergi tiba-tiba tanpa kejelasan kalo udah berhasil bikin Haidar sayang sama elo oke? Atau gak gue bakal datangin rumah lo dan bakar seisi rumah lo."
"Maksud lo?"
Helena mengernyit bingung, Apa Haidar pernah ditinggal pergi seseorang yang sangat disayanginnya?
"Ah bukan apa-apa, Cuma ngasih tau doang,"Hafia nyengir. "Yaudah katanya elo mau ke kamar mandi, ngapain masih disini?"
Helena memutar bola matanya.
"Yang nahan gue disini dari tadi siapa emangnya?"
Hafia terkekeh. Helena akhirnya menemukan toilet tepat seperti yang diinstruksikn Bi Uti. Helena membasuh wajahnya dengan air, pikirannya berkelana dengan berbagai spekulasi tentang apa yang akan ia lakukan atau apa yang akan Haidar ucapkan tentang tawaran Helena tadi.
Entah lah namun insiden penawaran tadi berselebat begitu saja di kepala Helena yang refleks langsung mengatakan hal itu. Yang Helena rasakan saat ini malu luar biasa, dan ia yakin pasti haidar semakin ilfeel kepadanya. Matilah dia. Sudah memaksa minta jadi teman sekarang minta lebih dengan penawaran konyol pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing You [REPUBLISHED]
Teen Fiction"love is meant to be an adventure"- Gordon B. Hinckly so here's Haidan and Helena adventure Copyright © 2017 by astronoux