Harap Sabar Ini Ujian

33 3 0
                                    

Zio sedang berada di sebuah kelab, menghabiskan malamnya disana seperti beberapa malam sebelumnya. Jenny, sudah tak bisa dihubungi sejak 3 hari yang lalu, terakhir kali sebelum tak menghubunginya sama sekali gadis itu memang bilang akan sangat sibuk karena harus pergi ke dokter. Namun ternyata kali ini lebih lama dari biasanya, dia pun juga tak membalas pesan singkatnya seperti sebelum-sebelumnya.

Kejadian seperti inilah yang membuat Zio jengah berada di negara ini. Ia harus mempercepatnya. Hingga secepatnya ia bisa kembali ke London. Dua minggu lagi. Dua minggu lagi ia sudah harus menyelesaikannya. Dan seminggu lagi bertepatan dengan turnamen futsal mereka. Ia sudah menjalankan kejutan yang pertamanya untuk Haidar tadi sore. Mungkin sekarang cowok itu baru akan mendengar kejutannya.

Ia memutuskan pulang dan tidur saja sebelum ia teler disini dan berakibat buruk yang pasti membuat Jenny kecewa. Namun kesialan menimpanya, di tengah perjalan di Rabu malam ini. Jalanan sangat macet hingga Zio tak henti-hentinya mengumpat kesal.

Ia menghidupkan radionya berharap ada playlist bagus yang dapat membantunya.

'Harap sabar ini ujian.'

What the?! Radio ini gila apa? Kenapa bukan playlist yang keluar malah jargon yang sedang booming ini sih, batin Zio.

"Hahaha yo bro, harap sabar ya bro ini ujian, ujian hidup lo bro, wkwkw."suara penyiar radio itu terdengar setelah suara itu selesai.

"Ya betul, buat kalian yang sedang ditimpa ujian harap sabar ya, kita kasih kalian lagu aja oke, cocok banget buat yang lagi kena ujian."

Lalu lagu jadul milih Dmasiv- Jangan Menyerah terdengar, Sengklek yang nyiarin ini mah,pikir Zio.

-o-o-

Berbeda dengan malam Zio yang sepi. Sekarang Helena dan Haidar sedang berada di sebuah kursi taman kota yang ramai malam ini. Keduanya duduk sejak tadi dan pembicaraan di dominasi dengan celotehan Helena.

"Ayolah Dar, lo harus coba roti ini itu enak banget coba deh, suerr. Mama gue bawain dari toko roti yang banyak penggemarnya itu lho, ini itu---"

Haidar memutar bola matanya dengan tangannya yang menutup mulut Helena. Helena mengernyit dahinya.

"Bawel ya? Gue makan oke?"

Itu Haidar beneran bukan Haidar palsu, cowok itu sejak seminggu ini mulai pasrah dan menerima saja apa yang dilakukan Helena, gadis itu bebas berusaha dan Haidar pantas menghargainya, makanya Haidar tidak terlalu mengabaikan gadis itu meskipun tetap saja sikapnya datar.

Haidar langsung mengambil sepotong roti yang berada di tangan Helena dan memakannya. Kemudian ia melepas tangannya dari mulut Helena ketika dirasanya gadis itu tak berniat berceloteh kembali, setidaknya saat ini.

Helena nyengir ketika melihat Haidar yang memakannya.

"Apa?"tanya Haidar ketika Helena menatapnya terus.

"Lo tau gak? Gue pernah baca kalo di Skandinavia dipercaya bahwa jika dua orang yang memakan roti yang sama berarti mereka ditakdirkan untuk saling mencintai selamanya. Menurutu lo gimana?"ucap Helena.

"Bullshit,"

Helena cemberut "Kok gitu? Padahal gue sih percaya-percaya aja,"

"Kalo lo percaya berarti dari dulu awal elo makan roti bareng sama elo itu temen elo pas TK, dan kalo gitu berarti jodoh lo itu dia, bukan gue, got the point?"

Helena mengangguk.

"Tapi kan presepsinya beda, kepercayaan menurut mereka kan begitu."

Haidar mendengus," Yaudah biarin aja mereka yang percaya sesuai kemauan mereka, lo juga kalo mau percaya ya gak apa-apa asal jangan ajak gue, gue gak mau murtad."

Chasing You [REPUBLISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang