REWRITE - dua puluh dua : Just normal day

9.2K 785 19
                                    

Sasuke mengerutkan keningnya berulang kali. Ini sudah yang kelima kalinya ia membaca email singkat yang berisi 2 paragraf dan ia sama sekali tidak mengerti apa maksud dari email itu. Pikirannya pecah. Teringat seminggu yang lalu mengenai perintah nyonya besar Uchiha. Ia bahkan lupa mengenai hal itu, Sasuke belum menanyakannya pada Sakura.

Teringat kembali karena jam 3 subuh ia menerima panggilan telepon hanya untuk membicarakan hal tersebut. Kejadian itu terjadi lagi pada pukul Jam 6 pagi selepas dirinya baru saja keluar dari kamar mandi. Kemudian 5 telepon secara berkala masuk setiap satu jam sekali. Belum lagi, email-email yang dikirim memenuhi kontak masuk dan menutupi email pekerjaan. Sasuke tidak berani menyentuh handphonenya di dalam laci meja.

Suara deringan telepon di meja Sakura hampir saja membuat Sasuke berteriak kaget. Suara telepon mendadak tidak baik untuk kesehatannya. Sasuke berusaha membaca email itu untuk yang ke enam kalinya, hasilnya tetap sama. Mengecewakan, IQ nya terancam menurun.

Sakura mengangkat telepon teleponnya. Bukannya ia tidak menyadari itu, hanya saja ia mencoba mengabaikan tingkah Sasuke yang menjadi waspada setiap mendengar suara dering telpon masuk. Ia melirik Sasuke yang terlihat sangat bekerja keras fokus pada layar iPadnya.

"Iya akan saya sampaikan."

"..."

"Sama-sama."

Sakura membuka jadwal bosnya.

"Uchiha."Panggil Sakura pelan. Sasuke tidak menjawab sama sekali. Pria itu masih fokus membaca pada layar iPadnya.

"Hoy Uchiha."Sakura sedikit meninggikan suaranya. Pria itu sama sekali tidak bergeming, keberadaan suara cempreng Sakura seakan hanya hembusan angin lalu.

"Uchiha!"Seru Sakura. Pria itu hanya meliriknya sekali dan mendengus sinis sebelum kembali melanjutkan kesibukannya.

Sakura menyerit kesal. Apa maksud dari dengusan yang dilayangkan oleh Sasuke padanya? Apa Sasuke mengabaikannya?

Apa Sasuke sedang sensitif? Pria dingin seperti Sasuke sedang merasakan sensitif?

"Sasuke!!"Kali ini Sakura setengah berteriak dan memukul meja. Sasuke tersentak kaget.

"Apa?!"Sasuke membalasnya dengan refleks dan juga ikut setengah berteriak, membuat ruangan kerja mereka yang selalu hening kini menggema dengan teriakan. Sasuke benar-benar kaget, ia dapat merasakan debaran jantungnya yang naik tiba-tiba. Hampir saja ia mengalami serangan jantung.

"Aku memanggil mu dari tadi. Apa kau tidak mendengarnya?"Sakura menyindir Sasuke dengan keras. Membuat mereka saling bertatapan untuk beberapa waktu. Jelas Sasuke tidak ingin memperumit masalah dan menyadari memanglah dirinya yang salah.

Sasuke menarik napasnya dan kembali fokus pada iPadnya. Sial, Sasuke masih belum bisa mengerti email yang sedang dibacanya.

"Apa? Aku mendengarkannya."

Sakura memutar matanya, "Mr. Utakata hari ini tidak dapat memenuhi janjinya. Ada masalah internal yang harus segera diselesaikan. Jadwal 2 jam kedepan kosong untuk sementara, Ada yang ingin kau tambahkan?"Tanya Sakura mengkonfirmasi jadwal bosnya.

Sasuke menyerah dengan email itu. Ia tidak bisa mengerti jika otaknya terus saja dipenuhi oleh hal lain. Baru saja ia hendak menjawab pertanyaan Sakura. Suara dering handphone nya kembali terdengar. Meskipun handphone nya ia letakkan di dalam laci, tanpa melihat siapa yang meneleponnya ia tahu itu siapa. Mada dering khusus yang ia sengaja buat untuk orang-orang tertentu. Sasuke akhirnya kembali diam dan menunggu hingga suara dering teleponnya berhenti. Ketika berhenti tidak lama kemudian, ia bernapas lega.

A PlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang