Joshua, pria kelahiran 30 Desember 1995 di Los Angeles, California ini merupakan salah satu pria dengan wajah yang disenangi banyak orang. Namun, sifatnya yang sombong dan tidak pernah mengenal kata 'kalah' membuat dirinya memisahkan diri dari orang lain. Setiap hari Joshua hanya duduk berdiam diri sambil mengotak-atik ponselnya. Bukan karena dia jarang bergaul, tapi karena Joshua menyangka bahwa semua yang dilakukan orang-orang itu adalah hal yang sangat tidak berguna.
LA High School."Joshua!" teriak seorang gadis berparas cantik memanggil pria yang berjalan di depannya.
"This is for you," lanjut gadis itu.
Joshua memandang sebuah kotak kue yang disodorkan oleh gadis itu dengan tatapan jijik. Perlahan Joshua membuka kotak itu dan melihat isinya. Ketidaksenangan terlihat jelas diwajah Joshua begitu matanya menangkap sepotong coklat di atas kue tersebut.
"I hate your cake!" caci Joshua melanjutkan langkahnya menuju Perpustakaan.
Gadis itu terdiam mendengar perkataan Joshua. Entah apa yang ada di dalam pikirannya, gadis tadi langsung melempar kotak kue yang ia pegang, mengejar Joshua, dan langsung menampar pria itu sekuat tenaga kemudian pergi begitu saja.
"Aish... brengsek!" gerutu Joshua kesal.
Begitulah kelakuan pria itu, tidak pernah menghargai pemberian orang lain. Namun, siapa sangka bahwa pria bernama asli Hong Ji Soo ini mempunyai kebiasaan dan keahlian yang menakjubkan? Bahkan, IQ-nya saja lebih dari 190. Selain itu, dia juga sangat menguasai lima bahasa asing yang dipelajari secara otodidak.
Joshua at Home."Aku pulang!" seru Joshua menggunakan bahasa Korea ketika menginjakkan kaki ke dalam rumah mewahnya.
"Ji Soo, kemarilah! Papa ingin bicara padamu," perintah ayahnya yang sedang duduk di ruang tamu bersama dengan ibunya serta salah satu keponakannya yang masih berumur tiga tahun.
Joshua pun menghampiri mereka dan duduk di hadapan ayahnya kemudian bertanya, "Ada apa, Pah?"
"Ji Soo, Papa mendengar bahwa nilaimu turun lagi. Apa itu benar?"
Joshua hanya mengangguk tanpa merasa bersalah sedikit pun pada kedua orang tuanya.
"Papa memutuskan bahwa kamu harus pindah ke sekolah yang baru. Selain itu, Papa juga ingin kamu bergabung dengan Boyband asuhan Papa, Seventeen."
"Pindah lagi? Shireo! Aku ingin tetap tinggal disini!" bantahnya.
"Ji Soo-ya, jangan pernah menolak keinginan Appa-mu!" tukas ibunya.
"Eomma, aku ingin tetap tinggal di sekolah yang sekarang! Aku lelah berpindah-pindah sekolah setiap tahun!" gerutu Joshua mulai meninggikan suaranya.
"Ji Soo, ini perintah! Papa berjanji bahwa ini adalah kepindahanmu yang terakhir," bujuk ayahnya.
"Eomma juga setuju dengan hal itu. Ini kepindahanmu yang terakhir dan kamu pasti menyukainya" tambah ibu Joshua.
"Aku tetap tidak mau!!!" Bentak Joshua.
Joshua terus berjalan menuju kamarnya tanpa menengok ke belakang. Ia sangat marah dan tidak terima dengan perlakuan kedua orang tuanya. Sesampainya di kamar, Joshua langsung mengemasi pakaiannya dan keluar dari rumah tersebut secara diam-diam.
Malam semakin larut, tapi Joshua tetap duduk di dalam sebuah taksi yang saat ini menuju ke bandara. Sebenarnya dia sangat berat untuk meninggalkan kedua orang tuanya, terlebih lagi Joshua tidak pernah keluar rumah sendirian. Biasanya, dia di antar jemput oleh orang tuanya atau paling tidak dengan seorang sopir yang selalu mengikutinya kemana pun dia pergi. Namun, hari ini sangat berbeda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Sweet Seventeen [END] ✓
FanfictionCinta tidak harus bersama sang kekasih. Cinta bisa dirasakan bersama semua orang