goresan pena (9)

2.6K 160 9
                                    

"kak Day, gue balik ke kelas dulu ya" pamit Shilla.

"oke Shill, sekarang kita teman kan?" tanya Dayat.

"kita teman" Shilla tersenyum tulus.

Shilla pergi meninggalkan Dayat sendiri disana, ia berjalan menuju kelas. Siapa tahu sahabat sahabatnya sedang menunggu disana.

Saat di perjalanan menuju kelas Shilla tanpa sengaja melihat Via dan Agni.

"Hei kalian ngapain disini?" Shilla menepuk pundak Via dari belakang.

"husstt diem" ucap Via tanpa menoleh ke belakang.

"woii kalian pada ngapain sih" teriak Shilla tepat di telinga mereka.

"husshh Shil, lo bisa diem nggak sih" ucap Agni.

Shilla?

Agni dan Via saling pandang kemudian mereka menoleh ke belakang.

"aahh Shilla... Lo kemana aja" Via memeluk Shilka dengan erat.

"gue ke taman belakang. Lo pada ngelihatin apa sih?" tanya Shilla.

"itu tuh" Agni menunjuk dua cowok yang sedang berbincang.

"oh itu kan kak Riko sama kak Tian emang kenapa sih?" tanya Shilla.

"tunggu Shill lo bilang apa barusan kak Tian?" ucap Via, Shilla hanya mengangguk.

"maksud lo Septian Adi Pratama?" tanya Via.

"yes" jawab Shilla.

'kak Tian? Tapi bagaimana bisa bukannya dia sudah meninggal karena kecelakaan 7 tahun lalu' pikir Via.

"Vii lo mau kemana" teriak Agni saat Via berjalan menghampiri Riko dan Tian.

Via menatap Riko memberi isyarat agar dia pergi dari sana. Riko hanya menurut saja kemudian ia pergi meninggalkan Via dan Tian berdua disana.

"gue pergi dulu" ucap Riko.

"kak Tian ini lo kan kak?" tanya Via.

"lo siapa? Gue nggak kenal sama lo" ucap Tian.

"gue tahu lo kak Tian, lo kenapa nggak pulang kak. Mama sama papa kangen sama lo"

"lo siapa? Gue udah bilang kan sama lo gue nggak kenal sama lo!"

"lo nggak kenal sama gue? Gue Via kak Via adik lo. Lo inget kan? Apa lo lupa? Lo inget dulu waktu kecil gue suka mainin ikan koi lo dan lo pasti marah...."

"stopp!! Gue nggak tahu lo siapa dan gue bukan kakak lo" teriak Tian ia beranjak meninggalkan Via. Tapi langkahnya itu harus terhenti saat Via mulai berucap.

"gue tahu lo nggak mungkin lupa sama gue. Gue tahu lo masih hidup kak. Tapi kenapa lo lakuin ini, kenapa lo nggak pulang kak. Mama sama papa kangen sama lo. Mereka semua ngira lo udah meninggal karena kecelakaan itu. Lo nggak usah ngelak lagi kak, karena gue tahu lo itu kak Tian gue"

"apa buktinya kalau gue kakak lo?"

"luka yang ada di siku tangan lo, luka itu saat gue dan lo main masak masakan dan siku lo tanpa sengaja gue gores pakai pisau dapur mama"

"apa lo masih mau ngelak lagi kak? Iya? Pliiss kak pulang gue mohon. Lo tega ninggalin gue sendirian kak lo tahu kan gue paling benci sama yang namanya sepi, lo tau kan mama sama papa selalu sibuk sama urusan bisnisnya" kini air mata Via menetes begitu saja.

Tian berjalan menghampiri Via, ia memeluk adik kecilnya yang kini sudah beranjak remaja. Jujur ia sangat merindukan adik kecilnya ini. Rindu membacakannya dongeng, bermain dengannya, bahkan sampai bertengkar dengan adik kecilnya itu.

Tian semakin mengeratkan pelukannya begitu juga dengan Via bahkan gadis ini sekarang sudah terisak. Tian melepas pelukannya dengan Via, ia mengusap air mata Via.
"jangan nangis" ucap Tian

"kakak pulang ya" pinta Via

"maaf dek kakak nggak bisa pulang sekarang. Ada urusan yang harus kakak selesaiin"

"apa kak?"

"suatu hari nanti kamu bakal tahu" Tian mengecup puncak kepala Via setelah sekian lama ia tak melakukan itu.

Tian berjalan menjauhi Via, Via hanya memandang kakaknya yang sudah lama ia rindukan.

'kakak nggak tega beri tahu yang sebenernya ke kamu' batin Tian.

*****
Rio menggebrak meja dengan keras saat melihat mejanya basah dan terdapat remasan jajajan diatas mejanya. Rio mencolek air tersebut dan menciumnya. Es jeruk, ternyata air tumpah itu adalah es jeruk.

"gue mau tanya sama kalian, siapa yang tumpahin es sama jajan ke atas meja gue" tanya Rio, ia menatap seluruh murid dengan tajam.

Seorang cowok masuk ke dalam kelas sambil membawa pel pelan dan juga sapu. Saat ia ingin berjalan tubunhya menegang saat melihat Rio dengan raut wajah yang sangat mengerikan.

"kenapa lo semua pada diam? Lo semua tuli apa gagu? Gue tanya siapa yang ngelakuin ini"

Cowok yang tadi membawa pel dan sapu meletakkan kedua benda tersebut, kemudian berjalan mendekati Rio.

"maaf Yo itu gue yang ngelakuin, gue nggak sengaja" ucap Ozy cowok tersebut.

"si Ozy nyari mati"

"moga aja Ozy nggak papa"

"ohh jadi elo yang ngelakuin ini" Rio berjalan mendekati Ozy sambil menatapnya tajam.
Ozy yang ditatap seperti itu menundukkan kepalanya dalam. Ia tak berani menatap Rio.

"sekarang lo bersihin itu semua. Jangan ada yang tersisa sedikit pun kalau lo masih mau hidup" ucap Rio ia mencengkram erat kedua pipi Ozy.

"i i ii iya gue bakal bersihin" ucap Ozy

"cepetan!" Rio mendorong tubuh Ozy dengan kuat. Membuat perutnya menatap sudut meja.

"aaww" rintih Ozy sambil memegang perutnya yang terbentur.

"itu belum seberapa, kalau lo nggak bersihin meja gue sampai bersih dan lo tumpahin minuman dan makanan lo lagi ke meja gue. Jangan harap lo bakal bernapas dengan tenang" ucap Rio kemudian keluar kelas.

"lo semua pada bubar itu bukan tontonan. Dan jangan ada yang bantu Ozy. Kalau sampai ketahuan gue bunuh lo satu satu"

Ucapan Rio barusan mampu membuat semuanya bergidik ngeri terutama yang sedang membantu Ozy. Mereka semua pergi dari kelas. Lebih baik menuruti perkataan Rio daripada mereka kehilangan nyawa.

*****

Jangan lupa voment 😁

Mau ceritanya dilanjut? Apa udahan nih?

Udah tahu kan siapa yang di temuin Agni-Via ternyata mereka Riko sama Tian dan Via ternyata adiknya Tian. Tapi kenapa Tian nggak mau pulang ke rumah ya? Ada yang tahu?

Goresan PenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang