goresan pena (13)

2.7K 148 4
                                    

Dea baru saja selesai mandi, kini ia sedang duduk di bangku panjang yang ada di halaman samping rumahnya. Dea memandang langit biru yang berawan. Beberapa hari ini pikirannya kacau semenjak kejadian mengenai Ify dua hari yang lalu. Dimana gadis yang sangat dibencinya itu harus bertaruh nyawa saat ini bahkan jari telunjuknya sudah diamputasi.
"kira-kira siapa ya yang bikin Ify kayak gitu?" pikir Dea, untuk pertama kalinya dia memanggil Ify dengan Ify, bukan gadis miskin atau sebangsanya.

"hai De, ngapain lo disini" Angel tiba-tiba berada di samping Dea.

"eh elo Ngel, nggak papa gue pingin aja disini. Lo kapan datang? Kok gue nggak tahu?" tanya Dea.

"baru aja kok De, oh iya De gue mau tanya. Tapi lo jangan marah ya pleasss" Dea menoleh ke arah Angel yang kini sedang menatapnya penuh permohonan.

"lo mau tanya apa?" ucap Dea

"soal Ify" Angel mengambil nafas panjang sebelum mulai bertanya.

"bukan lo kan yang buat jari Ify sampai diamputasi?" tanya Angel dengan hati-hati takut jika Dea tiba-tiba marah.

"maksud lo?" Dea memandang Angel tajam.

"ya kan diantara kita yang paling benci sama Ify itu lo. Ya siapa tahu aja....."

"gue yang udah nyelakain Ify" Dea memotong ucapan Angel.

"gue tahu Ngel, gue emang jahat sama Ify, gue emang benci sama dia, gue emang sering nampar dia. Tapi gue juga nggak sejahat itu sampai buat jari Ify harus diamputasi. Gue bukan orang yang sekejam itu, bermain dengan nyawa orang" tutur Dea sambil memandangi kakinya sendiri.

"huufft gue lega kalau bukan lo pelakunya, tapi siapa ya yang ngelakuin itu ke Ify. Kalau boleh jujur nih gue jadi kasihan sama dia"

"gue harap yang nyelakain Ify bukan diantara kita" kata Dea sambil memejamkan mata.

****

Entah kenapa pikiran Rio sekarang menjadi kacau, hatinya merasa sesak saat ia melihat gadis yang di bencinya terbujur lemas di ranjang rumah sakit. Bahkan matanya tak kuasa menahan tangis setiap melihat jemari gadis itu, tepatnya pada bagian telunjuk. Telunjuk itu kini sudah tiada, telunjuk itu telah hilang.

Rio mengambil gitarnya yang terletak di sudut kamarnya, ia mulai memetik senar gitarnya dan bibirnya mulai bergerak

Maafkan bila cinta ku....
Tak mungkin ku persembahkan seutuhnya..
Maaf bila kau terluka.....
Karena ku jatuh....
Di dua hati

"nyanyi apaan sih gue, nggak nyambung banget" ucap Rio saat ia selesai bernyanyi, ia rasa lagu yang dinyanyikan tidak lah sesuai dengan perasaannya sangat aneh.

"kok gue jadi pingin jenguk Ify ya? Yo sadar Yo lo udah punya Dea. Lagian kan lo juga benci sama Ify, kok sekarang jadi gini" pikir Rio.

Tak mau terlalu larut dalam pikirannya Rio membaringkan badan di kasur king sizenya dan mulai memejamkan mata menunggu sore tiba.

****

Dari kemarin Ray masih setia menunggu kakaknya, berharap semoga mata indah kakaknya itu terbuka secepatnya. Ia rindu dengan senyum kakaknya, ia rindu setiap celotehan kakaknya, ia rindu kebersamaanya dengan sang kakak. Ia rindu dengan semua yang ada dalam diri kakaknya, bahkan ia rindu bertengkar dengan kakaknya.

"Ray, kamu nggak pulang sayang? Mending kamu pulang. Biar kak Ify bunda yang jagain" ucap bunda sambil memegang bahu kiri Ray.

"nggak bund, Ray disini aja. Ray mau jagain kak Ify. Ray nggak mau ngelewatin sedetik pun"

"tapi Ray...?"

"bund" Ray menoleh menatap bundanya sambil memegang tangan bundanya yang masih berada di atas bahunya.

"Ray mau ngelihat kak Ify bangun bund"

"bunda nggak bisa bayangin apa yang akan terjadi nanti saat kakak mu terbangun. Menerima kenyataan bahwa jari telunjuknya telah diamputasi. Bunda nggak bisa bayangin jika suatu hari kenyataan besar itu akan terbongkar"

"kenyataan besar? Maksud bunda?" tanya Ray, ia rasa bundanya itu sudah menyimpan rahasia besar.

"ah bukan apa-apa" bohong bunda.

"bund, jangan bohong oke Ray emang masih kelas 8 SMP tapi Ray nggak sebodoh itu bisa dibohongin. Ray tahu pasti bunda nyembunyiin sesuatu dari Ray. Bunda pernah bilang kan kalau bohong itu dosa, sekarang Ray mohon bunda ngomong yang sejujurnya sama Ray" ucap Ray, kini ia sudah beranjak dari kursi dan berdiri tepat didepan bundanya dengan kedua tangan memegang tangan bundanya.

"Ray, sebenarnya Ify Ify If..."

"iya bunda kak Ify, kak Ify sebenarnya kenapa?"

"Ify bukan kakak kandung mu, dia bukan anak kandung bunda"

Degh

Jantung Ray seakan berhenti berdetak saat mendengar ucapan sang bunda. Bahkan kedua kaki Ray saat ini sudah tak mampu menopang tubuhnya. Ia ambruk seketika.
Air mata berlinang membasahi pipi Ray, apa iya yang dikatakan bundanya barusan? Apa Ify bukan kakaknya? Tidak tidak ia rasa bunda sudah membohonginya.

"bunda bohong kan?"

"tapi itulah kenyataannya"

#####

Udah di next yes

Kasihan banget ya Ify, udah tangannya diamputasi terus bukan anak kandung bundanya juga. Kira-kira Ify anak siapa ya? Ada yang tahu?

Oke jangan lupa voment 😇😉

Goresan PenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang