goresan pena (18)

2.7K 138 6
                                    

Dea memarkirkan motor maticnya di halaman depan rumah Ify yang tidak luas, ya bisa dibilang jauh dari kata luas berbeda dengan rumahnya yang megah dan mewah. Rumah Ify hanyalah rumah sederhana mungkin jika dibandingkan dengan rumahnya, rumah Ify hanya seluas ruang tamunya saja.

"Assalamualaikum, permisi" panggil Dea, sambil mengetuk pintu.

"Waalaikumsalam, eh ada nak Dea pasti mau ketemu sama Ify ya? Ify ada diatas dikamar dekat tangga. Naik aja jangan sungkan" ucap bunda Ify tersenyum ke Dea.

"Dea permisi ke kamar Ify dulu ya tan" ucap Dea sopan.

Dea berjalan memasuki rumah Ify, tak ada yang istimewa didalam sini. Hanya TV tabung, 1 sofa panjang dan 1 sofa sedang, meja, beberapa foto keluarga yang tertempel di dinding, dan beberapa benda yang sama sekali jauh dari kata 'wow'

Sebelum Dea beranjak menuju kamar Ify, ia menyempatkan diri untuk melihat foto yang terletak di meja ujung. Beberapa foto yang digunting dan ditempel di sebuah bingkai buatan. Foto Ify dari ia masih bayi sampai sekarang.

"Hahahaha, lucu banget" tawa Dea saat melihat foto Ify kecil.

"Kak Ify dari dulu emang lucu, cantik lagi" Dea berjingkat saat mendengar sebuah suara persis disebelahnya.

"Ray? Kamu ngaggetin kakak aja" ucap Dea saat melihat Ray berdiri disampingnya.

"Kakak mau ketemu kak Ify ya? Langsung naik ke atas aja" suruh Ray.

"Iya, eh btw lo mau kemana? Rapi amat? Ah gue tau pasti lo mau kencan kan? Hayo ngaku... Cie yang udah punya gebetan" goda Dea sambil mencolek bahu kiri Ray.

"Aiissh, apa sih lo kak. Kepo banget urusan orang, gue pergi dulu kak bye" pamit Ray meninggalkan Dea.

"Yoi, ati-ati" ucap Dea, lalu ia melangkah ke atas ke kamar Ify.

*****

Oik, gadis itu hanya termenung sendiri di bangku taman. Jam segini taman sangat ramai, banyak anak kecil sampai dewasa bahkan pasangan lanjut usia juga ada disini. Tapi meski suasana taman sangat ramai bagi Oik suasana kali ini berbeda dengan sebelumnya. Ya sangat berbeda.

Taman ini adalah saksi bisu persahabatannya dengan Angel dan Dea, setiap ada waktu luang mereka selalu mampir ke taman ini. Baginya taman ini penuh dengan kenangan bersama mereka, sahabatnya.

Bangku bercat hijau tosca yang terletak di pinggir taman dekat danau buatan adalah tempat duduk favorit mereka. Karena dari sini mereka bisa melihat danau buatan yang airnya jernih, taman bunga tulip yang terletak bersebrangan dengan danau buatan. Ia sangat hafal betul bunga tulip adalah bunga favorit Angel, ia ingat saat Angel menyuruhnya untuk mengambil satu bunga tulip dari sana. Tapi ia tak bisa mengambilnya ya itu semua karena tak ada jembatan penyebrangan dari sini ke taman bunga tulip, ditambah bunga-bunga itu dilindungi, dilarang disentuh apalagi dipetik.

Tak jauh dari tempatnya duduk saat ini terdapat pohon besar yang menjulang tinggi, hanya pohon beserta rantingnya tanpa ada sehelai daun pun yang menghiasi. Itu semua karena faktor usia yang membuat pohon ini sudah tak mampu tumbuh, tetapi batangnya tetap kokoh. Pohon ini adalah tempat favorit Dea dulu, gadis itu senang sekali memanjat pohon dan duduk disana. Ketahuilah Dea dulu adalah gadis tomboi tidak seperti sekarang, sebelum Dea mengenal seseorang bernama Rio yang berhasil merubah dirinya 180°.

"Semua yang ada disini ngingetin gue sama kalian. Meski sekarang kita nggak lagi bersama seperti dulu, meski kalian sekarang membenci ku. Tapi ingatlah satu hal aku tak akan pernah membenci kalian. Kalian tetaplah sahabat ku, dulu, sekarang, dan selama-lamany" ujar Oik sambil mengelus pohon favorit Dea kemudian memandang bunga tulip favorit Angel.

Goresan PenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang