goresan pena (20)

3.8K 154 14
                                    

Sebelumnya aku meminta maaf sebesar-besarnya sama kalian kalau selama ini aku nulis cerita ini ngaret (anak sekolah broh, sibuk) dan terimakasih banyak buat yang udah setia nunggu cerita yang menurut ku aneh ini -_- juga terimakasih atas partisipasi kalian dalam vote dan comment, ya meski banyak pembaca gelap. Tapi tak apalah toh tujuan ku nulis cuma mau ngasah kemampuan nulis aja. Oke nggak usah lama-lama cekidot...

Disinilah Rio sekarang, di depan rumah tua seperti suruhan orang di sms tadi. Rio mengedarkan pandangannya, sepi tak ada satu pun orang yang lewat didepannya. Apa mungkin dirinya dipermainkan? Kalau sampai iya, dia tak akan tinggal diam. Siapa coba yang berani memainkan seorang Rio?

"eh?" Rio berjingkat kaget saat ada sebuah tangan memegang bahunya, lalu ia berbalik badan dan ternyata dibelakangnya sudah berdiri seorang gadis, mungkin umur gadis itu 2 atau 3 tahun dibawahnya.

"lo Rio?" tanya gadis itu, Rio mengangguk.

"oh ya kenalin gue Keke. Adik tiri lo" ucap gadis yang baru ia ketahui bernama Keke.

Rio langsung memundurkan langkahnya beberapa langkah dan gadis bernama Keke itu tetap diam ditempatnya sambil melipat tangan didepan dada.

"nggak nggak mungkin, lo ngapain nemuin gue hah? Ngapain? Apa lo nggak marah punya kakak tiri? Apa lo nggak marah ketika lo tahu mama lo perebut suami orang hah?" teriak Rio saat jaraknya cukup jauh dari Keke.

"tunggu..." cegah Keke saat Rio ingin berlari dari sana

Rio berhenti dengan posisi membelakangi Keke, ini bukan lah seperti yang Rio inginkan. Tujuannya menemui orang di sms itu hanya untuk mengatakan pada orang itu bahwa ibu dari anak itu sudah merebut papanya, ibunya sudah merusak kebahagiaan keluarganya, bahkan Rio juga ingin mencaci saudara tiri juga ibu tirinya itu. Tapi kenapa dia tak sanggup mengatakan bahkan sampai mencaci seperti itu? Bukannya selama ini Rio tak pernah peduli dengan orang?

"gue tau kak lo marah, gue tau lo kecewa. Sama kayak gue saat gue tahu kenyataan bahwa papa gue bukan orang tua kandung gue dan yang paling miris lagi saat gue tahu ternyata papa dulu punya istri dan anak yang ditelantarin gitu aja demi mama gue dan gue yang waktu itu baru aja lahir. Kalau gue bisa nulis takdir gue sendiri gue nggak akan buat takdir kayak gini. Dan andai takdir bisa dirubah semau gue, gue juga akan ganti takdir gue. Nggak cuman lo kak yang kecewa, gue juga gue sangat amat kecewa sama mereka. Terutama mama gue, tapi mau gimana lagi? Ini udah skenario Tuhan dan kita harus mengikuti skenarionya mau ataupun tidak"

Keke berjalan mendekati Rio yang tengah mengepalkan erat kedua tangannya, sepertinya pemuda itu teringat kejadian saat papanya menelantarkan dirinya dan mama begitu saja tanpa perasaan bahkan sang mama diceraikan dengan mengatakan 'talak 3' setelah itu papanya tak ada kabar dan tak memberi dirinya nafkah, padahal saat itu Rio masih membutuhkan nafkah papanya untuk membayar berbagai macam kebutuhan sekolah.

"ini skenario Tuhan, dan kita nggak bisa ngerubah takdir. Tapi yang kita bisa lakukan hanyalah ikhlas dengan takdir kita, gue tahu dibalik ini semua pasti Tuhan punya maksud dan gue yakin 100% maksud Tuhan itu baik" lanjut Keke yang kini sudah berdiri disamping Rio.

Rio mengendorkan kepalan tanganya, kemudian menoleh sekilas ke arah Keke yang dibalas oleh senyuman dari bibir gadis itu.

"gimana kabar papa?" pertanyaan itu spontan keluar dari bibir Rio.

Keke tersenyum mendengarnya, itu artinya Rio sedikit mulai perhatian kembali dengan papanya.

"beliau baik" jawab Keke.

"kalau mama, ehm maksud gue mama lo?" senyum di wajah Keke memudar saat Rio melontarkan pertanyaan itu.

Rio menoleh ke arah Keke saat gadis itu tak menjawab pertanyaannya, malahan hanya memandang lurus kedepan dengan tatapan kosong.

Goresan PenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang