Selamat Membaca! :D
***
Semenjak kejadian di rumahku beberapa hari lalu, polisi menyegel dan menutup rumahku untuk alasan penyelidikan. Aku dan Mom terpaksa tinggal di rumah Jerry sampai kasus benar-benar selesai. Dan tentu saja aku sudah ditetapkan jadi saksi. Pihak kepolisian masih mempelajari rekaman CCTV yang terpasang di dekat pintu dan salah satu sudut ruang tamuku.
Tapi aku tidak pernah yakin kasus ini akan berakhir, karena kutahu pelakunya sudah hilang secara magis di hari kejadian. Apa akhirnya aku yang akan menjadi kambing hitam atas semua ini? Aku tidak tahu. Tapi dalam hati aku berharap kasus ini selesai dan mereka membantu mencari solusi untuk masalahku juga.
Tidak banyak yang kuingat dari hari-hariku di rumah Jerry setelah kepergian Whitney. Selama itu aku dan Jerry saling menguatkan, karena faktanya tidak ada yang lebih kuat di antara kami. Kepergian Whitney menjadi pukulan keras untuk Jerry, sekaligus tamparan kasar untukku. Harus kuakui, selama itu pulalah duka terus ada dan menyelimuti masing-masing dari kami. Meski begitu kami tetap menjalankan aktivitas kami. Berangkat ke kampus, terkadang ke mall membeli keperluan sehari-hari, dan pergi ke toko buku mencari referensi untuk calon tugas akhir kami. Semacam itulah. Tanpa terasa seminggu sudah terlewati begitu saja. Kecuali ini. Ini akan selalu kuingat. Bukan karena yang terjadi adalah sebuah kenangan indah, melainkan fusi dari rasa konyol, canggung, dan naif yang baru pertama kali kurasakan selama menjadi teman Jerry lima belas tahun belakangan.
Hari itu aku bangun lebih pagi dari biasanya. Kulihat melalui jendela keadaan masih gelap. Kuputuskan untuk mandi dan mungkin saja memasak di dapur untuk keluarga Turner setelahnya. Aku turun dan membersihkan diriku di kamar mandi tamu di lantai satu. Butuh waktu hampir setengah jam sampai aku benar-benar selesai dengan ritual rutinku itu.
"Mama! Cepatlah. Kau di sana sudah hampir setengah jam. Giliranku!" Suara Jerry. Ia menggedor pintu kamar mandi yang ada aku di dalamnya.
Apa? Dia kira aku Mama-nya?
Aku mendehem. Tidak menjawabnya. Jerry pasti akan meledekku jika tahu aku di sini. Ia adalah pengacau. Tukang ejek juga. Terutama masalah kebiasaan mandiku, yang menurutku biasa saja sih.
Suara langkah kaki menjauhi pintu. Kutebak Jerry kembali ke tempatnya semula.Aku menyelesaikan kancing terakhir bajuku. Dan oke, aku keluar. Kulangkahkan kaki ke dapur, melewati ruang tengah yang lampunya masih padam. Aku membuka kulkas dan mengeluarkan sayuran yang biasa Mrs. Turner masak di pagi hari sebagai sarapan. Aku bergidik selagi menutup pintu kulkas. Dingin sekali. Kuletakkan sayuran-sayuran itu di dalam baskom. Dan saat aku baru akan membuka keran untuk mencuci sayuran-sayuran itu, tiba-tiba Jerry menyentuh lenganku dari belakang. Aku hampir memekik kaget. Dan ketakutan tentunya. Ia malah tertawa kecil mengejek-yang pastinya-ekspresi di wajahku.
"Apa?!" tanyaku ketus."Tidak usah memasak, aku takut masakan buatanmu akan terbuang sia-sia."
"Maksudmu?!" Langsung saja aku tidak terima. Kalimat Jerry terdengar penuh olokkan.
"Aku baru ingat kalau Mama dan Papa sudah berangkat ke Los Angeles dua jam yang lalu."
"Hah?" Aku melongo tidak percaya. "Tapi tadi kau menggedor pintu kamar mandi sambil meneriaki 'Mama'?"
"Aku kan sudah bilang, aku baru ingat. Otakku perlu booting setelah bangun tidur," bela Jerry.
"Bilang saja kau itu pikun!" balasku selagi memasukkan sayuran-sayuran itu kembali ke dalam kulkas. Aku lalu meninggalkan Jerry dan beralih ke ruang tengah. Kunyalakan TV yang lebih cocok kusebut dinding bergambar. Itu karena ukurannya benar-benar plus-plus. "Haruskah kau pamer tubuhmu pagi-pagi begini?" tanyaku sinis tanpa menatap Jerry yang masih saja sibuk memakai kaosnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Protecting Blood
Fantasy"Darah yang Melindungi" [[DONE]] "Seekor hyena menyeret tubuh Margarett ke atas pohon tak lama setelah ia meletakkan kayu bakarnya dan memutuskan mencarimu. Ia tewas, Jun..." *** Terjebak dalam situasi tak terduga di mana teman-temannya tewas oleh s...