Selamat Membaca! :D
***
Sekitar pukul tujuh Mom meninggalkan rumah Jerry. Yang tersisa tinggal aku dan Jerry saja. Kuliah mulai pukul sembilan. Dan kebetulan Jerry juga masuk di jam yang sama denganku. Itu artinya untuk beberapa jam ke depan kami akan menghabiskan waktu bersama di rumahnya. Oh ya maksudku jika Jerry benar-benar akan ada di rumah sampai waktunya berangkat ke kampus.
Aku dan Jerry memutuskan untuk sarapan roti panggang. Kami duduk di ruang makan dan menikmati makanan itu dengan malas-malasan. Coba saja jika Jerry tidak melarangku memasak tadi, aku pasti sudah makan enak pagi ini. Lagi pula Mrs. Turner selalu menyuruhku memasak dan makan apa saja yang kusuka di rumahnya."Aku ingin bertanya sesuatu padamu, bisakah kau menjawabnya jujur saja?" tanya Jerry tiba-tiba. Ia membuat pikiranku menebak apa yang ingin ia tanyakan.
Aku mengangkat wajahku yang semula bermalas-malasan menatapnya yang duduk di seberangku.
"Apa kau ingat wajah pembunuh Whitney?"
Jantungku mencelos. Aku tahu suatu saat Jerry pasti akan bertanya padaku juga tentang ini. Tapi aku sama sekali tidak berpikir ia akan menanyakannya hari ini.
Roti panggang masih dijepit diatara telunjuk dan ibu jariku. Sisa kunyahan roti buru-buru kutelan. Aku menatapnya beberapa lama sambil terdiam menimbang apa yang akan kukatakan padanya. "Aku tidak yakin kau akan percaya..."
Jerry memicingkan matanya. Sepasang alis tipisnya mengerut hampir menyatu. "Ceritakan saja," kata Jerry dengan suara yang tidak kalah serius dari sebelumnya. Ia menjauhkan piring yang berisi sepotong kecil roti yang sengaja ia sisakan.
"Sejujurnya aku tidak paham betul siapa mereka dan apa hubungannya denganku. Tapi Charly tahu sesuatu mengenai ini."
"Kau bilang Charly?"
Aku mengangguk.
"Dan aku punya alasan kenapa aku tidak menceritakannya padamu atau pada petugas-petugas saat itu. Itu karena aku tahu mereka akan menganggapku berbohong dan mereka jelas akan menuduhku sebagai pelakunya jika aku bilang ini. Atau mereka mungkin malah menganggapku orang gila."
"Jadi apa?" Nada suara Jerry benar-benar tidak enak di dengar. Ada kesan sinis yang tercipta di sana. Pembicaraan ini lama-kelamaan terasa memojokkanku juga.
"Ini pasti berkaitan dengannya."
"Apa kau sekarang menuduhnya?"
"Tidak, aku bukan sekedar menuduh atau mengutarakan pendapatku saja. Tapi aku memang mendengarnya. Dua orang itu mengenal Charly. Mereka benar-benar memanggil namanya. Dan sesuatu tentang menjalankan perintah ayahnya. Mereka bilang ayah Charly meragukannya. Dua pria itu seperti sedang berlomba menculikku sebelum Charly melakukannya."
Tidak ada komentar dari Jerry. Matanya hanya bergerak beberapa kali sebagai pertanda ia sedang berpikir.
"Ya, satu kalimat terakhirku itu memang hanya anggapanku."
"Tapi Charly tidak mencoba membawamu lari?" tanya Jerry heran.Aku berpikir sebentar. "Aku tidak tahu, yang jelas ia mencoba menyelamatkanku waktu itu. Kurasa." Kalimat pembelaan itu keluar begitu saja setelah beberapa saat sebelumnya akulah yang seolah menuduh Charly atas semua kejadian ini. Sebenarnya apa yang ada di otakku sih? "Dan bagian gilanya adalah sebenarnya mereka lenyap di depan mataku. Seperti sebuah trik sulap. Mereka terbakar dan menghilang. Sungguh aku tidak mengerti bagaimana mereka bisa melakukan itu, atau apa yang membuat mereka bisa menghilang dengan sekali kedipan mata."
"Apa kau yakin?"
"Tentu saja. Aku bersumpah Charly juga melihatnya."
"Tapi kau tidak menyampaikan ini pada petugas?"
Aku menggeleng lagi.
"Harusnya kau sampaikan saja, Juney... Ini jelas akan membantu mereka." Jerry mungkin agak kesal sebenarnya denganku.
"Tapi mereka tidak akan percaya padaku, Jerry. Kau pikir berapa usiaku? Bisakah mereka menerima anggapanku ini?! Mereka hanya akan menganggapku gila, kau tahu?"
Jerry mengerang sebentar kemudian ia membenamkan wajahnya di antara lengannya yang terlipat di atas meja. Bisa kulihat kunciran rambutnya menjuntai di belakang kepalanya. Rambut gondrongnya hanya bersisa sepanjang lima senti dari gulungan karetnya itu. Di momen itu aku baru menyadari, Jerry sudah memendekkan rambutnya. Tapi tidak cukup pendek untuk ukuran pria.
Dan jelas saja yang kulakukan hanya memandangi wajahnya yang bersembunyi tanpa suara.
Rasanya aku hampir meneteskan air mata saat itu juga. Lagi-lagi Jerry mengungkit yang bahkan sudah tidak ingin kubahas lagi. Aku tahu sebenarnya ini semua saling berkaitan, dan entah sejak kapan aku jadi percaya dengan kepingan-kepingan penglihatan yang diberikan Charly waktu itu. Aku malahan terlalu yakin bahwa yang kulihat adalah sebuah kenyataan. Sejak saat itu aku menghubung-hubungkan setiap kejadiannya dengan yang terjadi di waktu-waktu setelahnya. Semakin misteri penglihatanku itu tersingkap, semakin banyak hal aneh yang kutemui. Tentang kematian Dad, mungkin aku memang tidak bisa membuktikan apakah yang Charly perlihatkan adalah benar terjadi, tapi aku cukup yakin bahwa Dad meninggal karena ritual itu. Buktinya Mom membenarkan. Dan ia cukup protektif padaku, atau bisa dibilang mengisolasiku dari lingkungan sebelum ini.
Yang masih saja menjadi seperti nyamuk dalam otakku adalah tentang ritual darah yang diturunkan pada darah-darah dari Dad. Apa dampaknya padaku? Bagaimana mereka, kelompok Charly, akan memperlakukanku jika mereka bertemu denganku? Dan bagaimana hubungan ritual itu denganku sekarang? Apa sesuatu juga akan terjadi pada mereka jika sesuatu terjadi padaku?
Aku meletakkan daguku di atas meja, memandangi Jerry yang 'tidak berwajah'. "Apa kau juga marah padaku, Jerry?" tanyaku dalam hati.Seperti mendengarnya, Jerry mengangkat wajahnya. Untuk beberapa detik ia menatapku di posisi semula sebelum aku meletakkan daguku di atas meja. Matanya jatuh menatapku. Dalam. Tidak dapat kutebak. Dan serius.
"Dan..." Suaranya ditekan di akhir huruf. "Aku ingin tahu apa mungkin ini ada kaitannya dengan pertemuanmu dengan Charly beberapa waktu lalu? Kau tidak tampak baik-baik saja 'kan setelah itu?"
Skak mat. Jerry masih mengingatnya.
Apa aku akan mengatakannya?
Mungkin saja dia bisa membantumu, Juney.
Tidak! Ia mungkin akan dalam bahaya jika aku melibatkannya!
Tapi kau tidak bisa menyelesaikannya sendiri 'kan?
Suara-suara misterius itu menggema di telingaku. Membuatku bahkan terdengar gila: bergulat dengan pikiranku sendiri.
Mungkin saja dia bisa membantumu, Juney.
Aku memejamkan mata dan berusaha mengusir suara itu."Apa kau baik-baik saja?" tanya Jerry mengejutkan.
"Oh! Oh, ya tentu!"
"Jadi?"
"Ahhh... ya, benar. Ini sedikit rumit." Kuputuskan untuk membicarakannya pada Jerry. Seperti suara misterius itu, mungkin Jerry bisa membantuku. Tapi... Pikiranku kembali pada Jerry. Ia mungkin akan dalam bahaya.
"Kalau begitu sederhanakan. Aku akan mendengarkanmu. Apa pun yang akan kau katakan. Aku tidak ingin kau terbebani dengan orang sialan itu."
Aku akhirnya menceritakan semua penglihatan yang dikirimkan Charly. Semuanya. Dari awal sampai akhir. Dan beberapa hal yang masih jelas dalam ingatan, kugambarkan secara detil.
Air mukanya berubah menjadi tegang. Rahangnya mengeras dan giginya terdengar bergemeretak sesaat setelah aku selesai menceritakan pengalaman anehku dengan epilog Charly Menciumku padanya. Wajahnya separuh-separuh. Maksudku, separuh percaya, dan separuh lagi benar-benar menolak kelogisan apa yang baru saja kukatakan. Ia juga tidak bertanya satu pun pertanyaan padaku. Ini aneh. Jika aku ada di posisinya, bisa jadi aku sangat gatal untuk bertanya ini itu ketika seseorang menceritakannya padaku.
"Kita harus menemui Charly!" Jerry menarik tanganku. Aku dengan langkah terseok-seok mengikutinya yang tanpa peringatan menyuruhku masuk ke dalam mobil. Ia bahkan tidak berpikir apa pakaian yang kami kenakan pantas untuk dibawa bepergian. Ia tidak menghiraukannya. Benar-benar.
***bersambung***
Jangan lupa vote dan comment yaa... (^_^)/
KAMU SEDANG MEMBACA
The Protecting Blood
Fantasi"Darah yang Melindungi" [[DONE]] "Seekor hyena menyeret tubuh Margarett ke atas pohon tak lama setelah ia meletakkan kayu bakarnya dan memutuskan mencarimu. Ia tewas, Jun..." *** Terjebak dalam situasi tak terduga di mana teman-temannya tewas oleh s...