Chapter 30 - Kembali ke Rumah

383 19 0
                                    

Selamat Membaca! :D

***

Selesai mengepak barang, sekitar pukul tujuh Mom menelepon Mrs. Turner yang masih berada di Los Angeles. Mom mengucapkan terima kasih berkali-kali pada orang di seberang telepon. Dan terakhir sebuah permintaan maaf besar untuk semua kelakuan burukku selama di rumahnya. Memangnya aku berlaku buruk apa sih? Yang ada Jerry yang semena-mena di sini.

"Mom kumohon jangan kembali. Di sini saja sampai Mama dan Papaku pulang, oke?" rengek Jerry pada Mom. Ia terus saja menghalangi jalan kami-aku dan Mom-meski kami sudah berpamitan.

Telingaku bahkan sudah panas bukan main mendengar rengekan Jerry. Ia merengek seolah membutuhkan kami berdua, padahal ia begitu hanya karena ingin memanfaatkanku saja. Aku kesal saat ia selalu saja cari muka di depan Mom. Tapi untungnya sekarang ini Mom tidak begitu peduli dengan Jerry. Mom takut aku akan kelewatan batas, dan begitu pun Jerry.

"Terima kasih untuk kebaikan hati keluargamu, Jerry. Tapi kami harus kembali. Bagaimana pun di sanalah rumah kami. Tempat kami tinggal. Jika kau ingin berkunjung atau sekedar mengajak PJ pergi, datang saja. Oke?"

Jerry akhirnya berhenti mengelak. Ia dengan wajah masam melepas kepergianku dan Mom. Wajahnya terlihat sangat muram. Haruskah aku bilang: Ya Tuhan... kita hanya terpisah dua blok, Jerry!

Sampai di depan rumah, aku dan Mom segera turun dan mengambil barang-barang di dalam bagasi. Seorang polisi yang juga baru tiba di sana menyambut kami dengan ramah. Ia terlihat berbincang-bincang dengan Mom di halaman sementara aku menyeret dua koper dan membawanya masuk. Kesan pertama yang kurasakan saat aku kembali menjejakkan kaki di rumah adalah sepi dan dingin. Sudah lebih dari dua minggu berlalu semenjak Whitney pergi. Dan yang bisa kulakukan detik ini hanyalah memandangi tempat di mana Whitney ditusuk dan terbaring sebelum dibawa ke rumah sakit. Sudah tidak ada lagi noda darah di lantainya. "Ia memohon padaku di sana," kataku saat mendengar Mom masuk dan lewat di belakangku. Mom menepuk bahuku. Ia lalu memelukku cukup lama.

"Yang berlalu biarlah berlalu, Sayang. Kau harus mengikhlaskannya. Apa pun yang terjadi, itu semua sudah berakhir. Dan yang terpenting adalah polisi tidak mencurigaimu lagi, benar kan?"

Aku mengangguk ragu. Sejujurnya tidak ada pembenaran untuk kalimat Mom yang terakhir. Aku masih merasa bersalah.

Setelah termenung cukup lama di ruang tamu, aku menyeret koper dengan lesu menuju kamarku. Bau apak seketika menyerbu hidungku ketika pertama kali kubuka pintu. Wajar, jendelanya tertutup rapat sepaket gordennya. Yang berarti tidak ada sirkulasi udara dan cahaya yang masuk. Segera, kubuka lebar jendela di ujung kamarku. Angin di luar menerpa wajahku begitu saja. Dan dapat kulihat salju baru mulai turun. Tiba-tiba hidungku terasa gatal bukan main. Dahiku mulai berkedut menahan gelitikan dari rongga hidungku. Akhirnya aku bersin dengan suara cukup keras. Seketika itu juga hidungku berair. Ini tidak baik. Aku terkena flu! Pasti karena kemarin aku terlalu lama di taman kota. Kemudian bersin lagi. Dan lagi. Kepalaku rasanya mulai berat. Pangkal hidungku menjadi pegal dan memunculkan sensasi mengantuk dari dalam tubuhku. Kuputuskan untuk menutup jendela dan menyalakan lampu kamar.

Sedikit bersih-bersih di kamar dan tidak lama setelah itu aku berbaring di bawah selimut. Flu tidak datang secepat ini setahuku. Atau mungkin saja sebenarnya mereka sudah menampilkan gejala beberapa hari belakangan, hanya aku tidak menyadari dan terlalu sibuk kesal pada Jerry. Tidak tahu juga lah. Yang jelas sekarang aku terkena flu!

Beberapa menit berlalu, Mom masuk ke kamarku setelah aku mengijinkannya membuka pintu kamarku. Ia cukup kaget saat melihatku. Alisnya berkerut dan ia bertanya, "Apa kau terkena flu?"

The Protecting Blood Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang