Selamat Membaca! :D
***
Aku melongok ke kaca belakang mobil. Jerry masih memandangi kepergianku sambil mengusap-usap tangannya yang baru saja kugigit. Aku tertawa penuh kemenangan.
“Mau ke mana?” tanya sopir taksi padaku.
“Eumm…” Aku berpikir sejenak. “Ke taman kota saja.” Ya, kupikir itu bagus juga. Di sana ada telepon umum yang bisa kugunakan untuk menghubungi Maureen. Semoga saja aku bisa menginap di rumahnya.
Taksi semakin melaju meninggalkan tempatku semula. Kulihat di sisi kanan dan kiriku banyak pejalan kaki yang melintas. Sore ini sepertinya akan turun salju. Angin yang berhembus cukup membuat bulu kuduk merinding. Sebagian besar orang di pinggir jalan malah sudah mengenakan mantel musim dingin mereka. Terutama syal. Mereka sudah mulai memakainya. Ya, aku juga kedinginan dan aku butuh syal.
“Kita sudah sampai,” kata sopir taksi itu lagi.
Aku melongok bill board. Aku segera memberikan uang pada si sopir taksi. Uang pas. Hehe aku kan memang orang yang praktis. Jarang sekali dapat kembalian untuk ongkos taksi. Aku selalu punya uang recehan jika jumlahnya tidak bulat.
Seturunnya dari taksi, aku segera melangkah menuju telepon umum di sudut taman. Seorang nenek sedang menggunakannya. Aku memutuskan untuk mengantre di belakangnya. Tidak di belakangnya persis sih, agak jauh. Mungkin aku cukup beruntung, penantianku tidak menghabiskan banyak waktu. Nenek itu menutup teleponnya dan meninggalkan ruangan kecil berkaca tempatnya menelepon. Aku membuka halaman berisi nomor telepon di buku catatanku. Nomor Maureen adalah yang keempat dalam daftar nomor telepon penting setelah Mom, Jerry, dan nomor rumah keluarga Turner. Aku melangkah memasuki ruangan kotak sempit di ujung pandanganku.
Nomor Maureen kuketik. Aku mendekatkan gagang telepon di dekat telingaku. Nada sambung berdering.
“Halo?”
“Halo,” jawab suara di seberang.
“Hey, Maureen. Ini aku, Juney. Apa kau ada di rumah?” tanyaku langsung menjurus.
“Oh! Juney! Iya, aku ada di rumah. Ada apa?”
“Hmm.. itu, apa aku.. apa aku bisa menginap di rumahmu malam ini?” Tanpa banyak basa-basi lebih panjang, aku sudah mengutarakan maksudku.
“Tent—Oh! Maaf Juney, kami sedang kedatangan keluargaku dari New York…”
“Oh … begitu ya. Oke,”
“Maaf, Jun..” Maureen terdengar sangat menyesal.
“Tidak apa-apa, Maureen. Santai saja.”
Hah? Santai?! Sial! Aku harus ke mana malam ini?
“Aku harap Jerry tidak membuatmu melakukan hal buruk malam ini.”
“Haha, jangan berpikiran sejauh itu, Maureen. Dia bahkan tidak bisa menyentuhku!” tawaku ironis. Dan asal tahu saja, Jun. Dia baru saja menciummu pagi ini. Sial!
Untuk beberapa saat aku membiarkan telepon di samping wajahku menganggur dan menguarkan suara-suara dari seberang telepon ke kepalaku. Ya, memang terdengar agak ramai di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Protecting Blood
Fantasy"Darah yang Melindungi" [[DONE]] "Seekor hyena menyeret tubuh Margarett ke atas pohon tak lama setelah ia meletakkan kayu bakarnya dan memutuskan mencarimu. Ia tewas, Jun..." *** Terjebak dalam situasi tak terduga di mana teman-temannya tewas oleh s...