01 [Marshall]

627 21 3
                                    

Kriiiiiingggg.... Bel tanda berakhirnya JIS berbunyi. Abi dan teman-temannya langsung nongkrong di Waroeng Moo depan sekolah. Waroeng Moo memang menjadi incaran anak muda di kota Jogja. Selain steaknya yang enak, tempatnya juga kekinian HAHA. Waroeng Moo ini menjual semua makanan dan minuman yang berasal dari sapi. Tapi sayangnya, Zanet tidak suka produk sapi.

"Harus banget ya gue ikut kalian ke WM?" sahut Zanet tiba-tiba.

"Ya harus dong"

"Lo kan sahabat terbaik gue"

Zanette ngambek. Tapi, tiba-tiba ada yang menabrak Zanet dari belakang.

"Woi, lu kalo jalan liat-liat ga sih?!?!" teriak Zanet.

"M-maaf, kak. Ga-ga sengaja", ucap orang itu terbata-bata.

"Mood gue udah hancur, tambah hancur gara-gara lo tau ga!!", teriak Zanet lebih keras dari sebelumnya.

"Udah, net. Mungkin dia emang nyari masalah sama lo. Betewe, nama lo siapa?", kata Abi dengan lembut.

"Na-nama sa-saya Ro-rosa, kak"

"Kak? Lo adek kelas?" tanya Thalia.

"I-iya kak. Saya anak baru. Maaf ya kak, tadi saya tidak sengaja"

"Eh ada apa ini ribut-ribut?", datanglah seorang lelaki gagah. Sontak Rosa mendongak ke atas untuk melihat siapa itu. Tenyata dia, Marshall Davine.

"Yaampun, Marshalllll!! Lo mencairkan suasana bangett sihh", sahut Zanet manja.

"Paan sih lo"

"Gini loh, tadi Rosa ga sengaja nabrak Zanet dari belakang. Dan kebetulan mood Zanet lagi ga bagus." jelas Abi.

"Ohh gitu. Yaelah gitu doang, kirain ada apaan tadi. Eh, bi. Ntar lo pulang sama siapa dah?"

"Hmmm, gatau ya"

"Sama gue mauu?", tanya Marshall semangat.

"Oke."

Saat Abi dan Marshall menuju parkiran motor, tiba-tiba saja hujan turun sangat deras.

"Eh, bi. Neduh dulu yuk. Hujan nih, aku takut kamu sakit", ucap Marshall.

"Ngga mau. Aku suka hujan", jawab Abi.

"Heh kamu ini. Bi, ini hujan loh. Kalo lo sakit gimana? Ntar gue di sekolah mau lihat siapa?"

"Ha? Udah, kalo lo mau neduh dulu yaudah. Kalo hujannya sampe malem gimana? Lo mau nunggu sampe malem?"

"Ngga sih", jawab Marshall sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Yaudah, ayuk pulang."

Di perjalanan, Marshall sangat kedinginan. Tapi, Marshall tak ingin menunjukkan ke Abigail bahwa Marshall kedinginan, bisa-bisa Abi kira Marshall cemen.

"Makasih ya lo mau nganterin gue. Mau masuk dulu?", ucap Abi sesampainya di rumah.

"Ngga usah, bi.", tolak Marshall dengan muka yang sangat pucat.

"Eh, muka lo pucat. Masuk dulu ayoo"

"Iya deh. Iya", jawab Marshall.

Marshall duduk di sofa ruang tamu. Rumah Abigail sangat besar. Hingga jika berteriak saja suaranya sudah menggema.

"Mbakk, tolong bikinin teh panas yaa", teriak Abi.

"Eh ngga usah, bi. Gue gapapa kok"

"Woi, lu sadar ga sih? Muka lo tuh pucat banget. Lo kedinginan kan? Maafin gue ya, gue maksa pulang tadi", sesal Abi.

"I-iya gapapa"

"Non, ini tehnya. Lah? Ini siapa, non? Pacar non ya?"

"Paan sih, mbak. Engga kok"

"Hehehe, mbak tinggal dulu ya", pamit mbak.

"Iya mbak"

"Hachuuu *bersin 3kali wkwk*. Bi, gue kapan pulangnya kalo gini? Hujannya ga siap-siap"

"Nanti gue anter pake mobil dah"

"Woi, motor gue mau dikemanain dahhh?", rengek Marshall.

"Besok lo ambil. Besok pulang sekolah gue anter ke sini, lo ambil motor lo sendiri"

"Eh, enaknya dingin-dingin gini dipeluk ya", sahut Marshall.

"Ntar gue telfon Zanet biar dia dateng kesini buat meluk lo", jawab Abi dingin.

"Ehh ehh jangan dongg, maunya di peluk kamuuu", jawab Marshall manja.

"Najisun kauu ketek dugong"

"Oke. Fine.", sahut Marshall dingin.

"Fine juga", sahut Abi tak kalah dingin.

Saat sedang asik-asiknya ngobrol, tiba-tiba ada panggilan di handphone Marshall. Yas. Theresa, mama Marshall menelepon.

"Hallo, shal. Kamu dimana, nak?"

"Haii, mah. Lagi di rumah temen, hujan deras disini, mah jadi gabisa pulang", jelas Marshall.

"Jangan lama-lama ya, nak"

"Iye mahh"

Marshall menutup telepon.

"Eh, gue mau pulang"

"Yaudah, gue anter ya", jawab Abi sambil mengambil kunci mobilnya.

Saat di perjalanan, tak ada satupun yang memulai pembicaraan. Tapi akhirnya Abi berani memulai.

"Eh, kita ngelonte dulu yok", sahut Abi tiba-tiba.

"Astoge!! Tobat, bi!", ucap Marshall kaget.

"What? Aelah, lontong telur kale.", jawab Abi sambil memutar bola matanya.

"Bikin kaget aja sih lo. Yuk la, dimana?"

"Deket sana ada"

Abi pun memarkirkan mobilnya depan rumah makan itu.

"Mbak. Pesen 2 ya", sahut Abi.

"Iya mbak. Minumnya?"

"Lo apa?", tanya Abi ke Marshall.

"Gue air putih anget aja"

"Air putih hangat satu mbak, jus orange satu."

"Iya mbak, tunggu sebentar ya"

Pelayan itupun meninggalkan mereka.

"Woi, gila lo ya? Dingin-dingin gini minum jus"

"Suka-suka gue dong"

Tiba-tiba saja handphone Marshall berbunyi lagi.

"Iya mah? Ada apa?"

"Kamu dimana nak?"

"Lagi ngelonte mak hahaha"

"YAAMPUN MARSHALL!!"

"Hahaha, lontong telur mamahh. Ini lagi di traktir temen makan lontong. Enak kan hujan-hujan gini makan"

"Ohh okedeh, hati-hati ya"

"Iya makkkkk"

"Mama lo lagi?", sahut Abi.

"Iya,"

"Kayaknya sayang banget ya mama lo sm lo."

"Namanya juga gue anak bontot"

"Hah? Lo anak bungsu?"

"Iya. Lo?"

"Tunggal."

"HAHAHAHA. Udah jones di luar, makin jones di rumah."


Hiiii!!! Maaf yaa, ceritanya gaje wkwk iya kayak Authornya. Tunggu cerita selanjutnya yas!🙆

RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang