Pagi ini, aku sudah berada dirumah. Aku hanya dirawat selama 2 hari 2 malam. Saat aku pulang, Will sering mengunjungiku dengan membawa seikat bunga dan coklat kesukaanku. Aku jadi tidak enak kepada Will. Aku juga bertanya - tanya kemana perginya Narelia? Apa dia marah kepadaku? Semoga saja tidak.
Sekarang, aku berniat untuk tidak memilih siapa - siapa. Aku akan menjalankan kehidupanku yang sedikit "poek" dengan banyak kebaikan baru. Aku akan fokus kepada apa yang terjadi pada hidupku untuk seterusnya.
Tiba - tiba, ada surat yang diletakkan diatas bunga mawar merah. Aku pikir itu dari Will, namun saat aku baca ternyata itu surat dari Nick. Aku sangat bahagia dan segera membacanya.
Saat aku mulai membaca, raut wajahku perlahan berubah menjadi sedih dan meneteskan beberapa air mata. Hatiku sangat sakit, dadaku terasa pengap, bibirku terasa beku, dan air mata terasa tidak bisa berhenti menetes saat aku membacanya.
Isi surat dari Nick :
Hai, Sylvia Weis! Apa kabar? Semoga baik - baik saja. Aku Finnick dan aku mau sedikit bercerita. Maaf ya aku belakangan ini jarang nengok kamu dan malah cuma bisa ngirim surat yang ga bermodal ini. Tapi aku punya alasan dengan semua itu. Aku merasa seperti seorang pengecut yang hanya bisa mencintai orang yang disukai sahabatku sendiri dan mungkin aku memang lelaki yang egois dan tidak pantas untuk kamu.
Maaf Syl, sebenarnya aku sudah tau tentang perasaanmu dan Will yang sebenarnya. Lagi - lagi aku memang pengecut yang memaksakan kehendakmu untuk mencintaiku. Aku melakukan itu semua tulus. Hanya saja, kamu tidak pernah menanggapinya dengan serius. Jadi, kalo memang benar ini akhir ceritanya, aku mundur dan kamu harus bisa terima kenyataan itu. Berjuanglah untuk lelaki yang kamu suka, Syl! karena perjuangan seorang perempuan yang tulus tidak akan disia - siakan oleh lelaki manapun. Sekalipun itu preman.
Aku akan berusaha menjauh dari kehidupanmu dan berusaha untuk menghapus perasaanku padamu. Semoga berbahagia!
Jangan lupa nafas ya, Syl!-Finnick Odair
(I still loving you.)Kira - kira begitulah isi surat yang membuat segala hal terjadi beberapa waktu di badanku. Aku merasa bersalah. Mengapa aku harus menerima Nick saat itu? Padahal aku masih mencintai Will saat itu. Akulah yang sebenarnya pengecut disini. Aku tidak bisa memberitahukan kebenarannya kepada Will dan malah memilih untuk lari dari kenyataan yang terjadi dengan menjadikan Nick pelarianku. Aku ridha jika nantinya aku akan mendapat kejadian seperti itu.
Malam itu aku hanya bisa memeluk guling dan menangis. Banyak hal - hal indah bersama Nick yang melintas di pikiranku. Hingga penghujung pemikiranku dan tetes air mataku, akhirnya aku tertidur.
Dengan pikiran yang amburadul (berantakan), aku berhasil tidur dengan perasaan yang kesana - kemari. (perasaan mah gabisa jalan:v)
Entah mengapa, aku tiba - tiba terbangun. Saat aku melihat jam dinding, jarum jam menunjukkan ke angka 02:15 dini hari. Karena bingung mau ngapain, aku akhirnya memutuskan untuk membuka beberapa album kenangan tentang Will, Narelia, dan aku. Di album kenangan itu banyak foto - foto kami bertiga sejak tiga tahun yang lalu. Pada awalnya, aku tersenyum, tertawa, dan menangis. Kenapa tuhan harus memberikan cobaan sebesar ini? Aku percaya tuhan hanya memberi cobaan yang bisa diatasi. Tapi bagaimana cara mengatasi hal ini, Tuhan? Apa dosaku terlalu banyak dan apa ini adalah hukuman? Aku sangat menginginkan jawaban dari pertanyaanku selama ini, Tuhan.
Setelah merasa begitu sedih, aku segera merapihkan kembali beberapa foto - foto yang aku keluarkan dan menyimpan album kenangan ke dalam lemari kaca kembali.
Karena masih mengantuk, akhirnya aku putuskan untuk kembali tidur.~~~
Pagi harinya, aku bersiap - siap untuk lari pagi di daerah lingkungan rumahku. Saat keluar rumah, aku terpikir tentang Narelia. Aku hanya mengabaikan pikiran itu dan memulai lari - lari kecil.
Saat aku melewati rumah Narelia, terlihat Narelia yang sedang menalikan sepatu didepan pintu rumahnya. Aku kira, Narelia akan membenciku setelah semua yang ia ketahui. Ternyata, ia tidak bisa membenciku hanya karena masalah 'lelaki'. Ia langsung menyapaku dan mengajakku lari pagi bersama. Dengan senang hati, aku menerima ajakannya dan pastinya aku sangat bahagia karena sahabatku benar - benar ada disaat aku butuh dan selalu mengerti keadaanku.
Kira - kira setelah berlari sebanyak 2 putaran lingkungan rumah, aku dan Narelia segera pergi ke taman. Disana aku dan Narelia membeli beberapa jajanan, walaupun sudah olahraga, aku pikir olahraga yang sudah dilakukan tadi tidak berhasil. Lupakan tentang diet, karena makanan yang bisa membahagiakan aku dan Narelia.
Mungkin benar apa kata orang, jika memutuskan tali persahabatan tidak semudah memutuskan tali... lupakanlah
Mulai hari ini, aku sudah bisa hidup dengan tenang dan sudah tidak memikirkan hal - hal yang sangat tidak berguna. Apa gunanya memikirkan hal - hal, yang bahkan tidak memikirkan kita?
Aku rasa dengan adanya insiden ini, bisa kita jadikan sebuah pelajaran yang sangat berharga. Aku tidak akan membiarkan insiden seperti ini terjadi lagi.Never Ever.
Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Narelia bisa tersenyum bahagia. Aku melihatnya seperti sudah kehilangan semua masalahnya. Wajahnya menunjukkan ekspresi ceria, bola mata coklatnya berbinar - binar, senyum yang membentuk lesung pipinya, semua itu sangat terlihat seperti Narelia yang dulu. Terimakasih tuhan.. telah mempertemukanku dengan Narelia.
13:45
Setelah selesai berolahraga, aku dan Narelia akhirnya pulang ke rumah masing - masing. Sesampainya dirumah, aku melihat ada satu tangkai bunga mawar berwarna merah di depan pintu kamarku. Ada apa sebenarnya dengan rumahku? kenapa selalu ada bunga? Yang kali ini dari siapa?..
Kebingungan yang tak berujung itu akhirnya aku pecahkan dengan menanyakan ke Bi Wanti. Ia seharian ini ada di rumah. Mungkin ia tau siapa yang menaruh bunga itu didepan pintu kamarku.Syl : Bii wantiii, dimanaa bi wantii
Bi Wanti : iya syl.. ada apa?
Syl : aku mau tanya bii, siapa yang naruh bunga didepan pintu kamar?
Bi Wanti : oh.. itu tadi den Will dateng kesini. Katanya sih mampir aja, tapi tadi dianterin sama supirnya Syl.
Syl : ohh Will, tumben pake supir
Bi Wanti : iya Syl, yaudah bibi mau ngelanjutin masak dulu.
Syl : iya bi, makasih yaLagi - lagi Will mengirimkan bunga kepadaku. Sebenarnya Will kesetanan setan bunga atau gimana? Hampir tiap hari ko ngirimnya bunga. Terus kenapa ngga ngasihin langsung ke aku coba? Kenapa ga kasih tau aku juga kalo dia dateng ke rumahku?
Hidupku terlalu banyak pertanyaan.
Kapan kebingungan ini berakhir?...