Wedding Day

148 22 0
                                    



Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya tiba, mungkin bukan bagi Aila dan Refan. Mereka sudah siap dengan kebaya dan setelan jas pernikahan. Alia tampak anggun mengenakan kebaya tersebut. Refan? Dia sangat tampan, bahkan jika dia hanya memakai kaus bolong kesayangannya, pesona Refan membuat pandangan Alia tak mampu berpaling.

Pernikahan Alia dan Refan digelar secara sakral dan tertutup. Karena itu tak banyak tamu yang datang. Kedua keluarga mereka sepakat untuk menutupi dulu pernikahan mereka. Setidaknya sampai Refan lulus kuliah.

"uuhh capek" keluh Alia. "gausah manja, tamu ga banyak juga, gue ga mau punya istri manja." Tiba tiba saja suara ketus Refan menanggapi ucapan Alia. Bukannya menyuruh Alia duduk atau mengambilkan minum seperti pengantin yang lain, Refan malah bicara sekasar itu pada wanita yang baru saja resmi menjadi istrinya.

Alia semakin menunduk mendengar perkataan Refan, raut wajah sedihnya seketika terlihat.

Itu membuat Refan sedikit ... merasa bersalah, mungkin.

...

"Alia malam ini kamu tidur di rumah keluarga Refan ya. Lusa rumah kamu baru rampung dan bisa ditempati."

"iya, bunda" Alia mengangguk patuh mendengar tutur kata bundanya.

Bundanya pun meninggalkan Alia dan Refan berdua, diselimuti kecanggungan tiada akhir.

"bawa barang barang lo ke mobil gue, kuat kan? Masa gitu juga ga kuat" pandangan meremehkan Refan membuat Alia mengelus dada. Ia terpaksa membawa barang-barang nya ke mobil Refan, tidak banyak memang, hanya keperluan untuk dua hari, namun tidakkah seharusnya seorang suami yang menawarkan diri untuk membawakan barang-barang wanitanya? Bahkan tanpa diminta.

Di dalam mobil terasa sangat sunyi dan sepi, tanpa ada obrolan hangat dan interaksi keduanya, bahkan suara musik enggan mengalun merdu.

Dengan kesunyian yang menyiksa tersebut memaksa mata Alia untuk menutup dan tertidur lelap, mengingat bahwa tubuhnya sangat lelah karena resepsi pernikahannya kemarin.

"hei, bangun. Lo mau gue tinggal?" Alia tersentak kaget mendengar suara tak asing yang sangat menyebalkan mengganggu tidurnya, siapa lagi kalau bukan Refan.

Sungguh tidak romantis.

"ahh, iya maaf" dengan muka khas orang bangun tidur, Ia menjawab kata-kata Refan seadanya.

Mereka masuk ke kediaman keluarga Refan. Alia hanya mengikuti kemana Refan berjalan.

"disini kamar lo" Refan menunjuk sebuah kamar, kamar tersebut cukup, jika hanya ditempati satu orang, dengan kasur tipe single bed dan lemari baju kecil, namun mereka kan berdua.

"mmm, Refan, kasurnya ukuran single bed, kalau digunakan untuk berdua pasti tidak cukup" ucapnya ragu pada Refan yang sejak tadi memandangnya dengan pandangan dingin khas Refan.

"siapa yang mau tidur bareng elo? Kita tidur di kamar yang terpisah, ngarep banget sih lo" ucap Refan ketus dan melenggang pergi seperti terakhir kali mereka bertemu di kedai Lemonade.

Tak sadar, air mata sudah mengambang di pelupuk mata Aila, dia tidak mencintai lelaki dingin itu, namun diperlakukan seperti ini hatinya tetap saja merasa perih.

...

TBC

LemonadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang