"Refan bangun," ucap Alia sembari mengguncang tubuh suaminya.
"berisik, pergi sana" ucap Refan membalikkan tubuhnya dan menjauh dari Alia.
"ayo olahraga pagi Refan, tadi aku iri liat pasutri kayak kita yang mesra-mesraan di taman sambil olahraga." Ucapnya dengan tampang polos dan tanpa merasa malu, Alia belum berubah, Ia masih sama, lugu.
Entah bagaimana hati Refan mengahangat saat mendengar Alia berkata begitu, sebagian dari dirinya menginginkan hal itu juga.
"gi-gila lo, sana sama sekuriti." Ucapnya tetap ketus, membuat Alia mundur dan berhenti mengganggu tidurnya, Alia keluar dari kamar mereka, ya kamar mereka, Refan dan Alia telah tidur di kamar yang sama dari hari pertama mereka pindah ke rumah keluarga Refan.
Itu bermula,
Flashback
Refan memang dingin namun bukan berarti dia kejam, sekarang Refan berada di kamarnya yang luas dan nyaman, berbeda dengan kamar milik Alia yang sempit dan kecil.
Hati kecil Refan bilang, sikapnya yang membiarkan Alia tidur di kamar bekas pembantu keluarganya itu, memang salah.
Namun tetap saja Refan benci menurunkan sedikit harga dirinya untuk meminta Alia tidur di kamar yang sama bersamanya.
Refan tak tahu apa yang harus di lakukannya, Ia yakin jika Ia terus membiarkan Alia tidur di kamar sempit itu, dia tak akan bisa tidur lelap karena rasa bersalahnya.
Setelah berpikir lama ... Refan seperti menemukan titik temu.
Biar Alia yang memohon padanya, licik memang.
Refan segera menyiapkan rencananya, Ia melihat Alia sedang merapikan baju-bajunya, itu berarti Refan dapat melancarkan aksinya.
"satu dua tiga" bisiknya
"aaaaaaaa Refaaannn" Alia berteriak sangat kencang hingga mememakan telinga semua yang mendengar suaranya.
Dalang dibalik semua ini adalah Refan, Ia sengaja melempar mainan kecoa karet pada Alia, setelah Ia melempar benda sialan itu, Refan lari menuju kamar untuk menyembunyikan aksinya, sungguh picik.
"eehmmm Refan, sepertinya di kamar itu banyak serangga, boleh engga aku tidur di sini saja aku takut." Inilah yang Refan tunggu, Alia memohon dengan muka memelasnya agar Ia diperbolehkan untuk tidur di kamar Revan.
Melihat itu Refan menahan tawanya mati matian, "dasar manja, yaudah boleh, itu karena gue lagi baik ya sama lo"
Refan tidur dengan memunggungi Alia, Ia tak bisa menahan senyum mengembang di bibir tipisnya.
'Lugu banget sih lo al' batinnya dalam hati.
...
Alia masih saja cemberut sejak tadi karena Refan menolak ajakannya untuk berolahraga pagi bersama.
Tiba tiba saja,
"Refan mau kemana?" Alia semakin kesal melihat Refan sudah rapih dengan celana training dan kaus oblong kebanggannya. "tadi Alia ajak olahraga ga mau, sekarang mau pergi sama temen temen kan?" tuduh Alia.
"berisik, udah cepetan jadi pergi ga?" Alia kembali memasang muka bingungnya saperti biasa, Ia masih belum mencerna apa yang Refan bicarakan.
"jadi ga kalo ga ja-" ucapan Refan terhenti karena Alia langsung saja menarik tangan Refan untuk segera menuju taman dekat kompleknya.
Hati Refan seketika berdesir karena perlakuan Alia tadi. Ia hanya diam dan membatu, Refan hanya mengikuti kemana Alia akan membawanya.
"ramai sekali ya Refan?" ucap Alia bertanya pada Refan tanpa melepaskan genggaman tangannya.
"ahh? Ekhhmm" Refan yang sadar bahwa tangan mereka masih saling menggenggam erat, Ia langsung melepaskan genggaman tangan Alia kasar, Alia yang mendapat perlakuan seperti itu langsung saja mengerucutkan bibirnya.
Alia berjalan mendahului Refan, Ia sedikit kesal karena Refan melepaskan genggaman tangnnya dengan kasar seperti itu. Ditambah lagi sekarang Refan mengilang entah kemana, padahal tadi Ia masih berjalan di belakang Alia.
"nih, gue ga tau lu suka rasa apa, jadi gue asal beli aja" ucap Refan sembari memberi satu cup ice cream rasa vanilla, Ia bahkan tidak menghadap Alia saat memberikannya.
"waaah, terimakasih Refan ..." seketika kekesalan Alia meluap pergi.
Mereka menghabiskan ice cream mereka sambil mengobrol ringan layaknya pasangan suami istri, memang hanya Alia yang banyak berbicara sedangkan Refan hanya menanggapi seadanya, namun itu sudah lebih dari cukup bagi Alia.
Tak sengaja mata Alia menangkap sekumpulan anak kecil yang bermain lomba balap lari bersama teman temannya yang lain
Sebuah Ide muncul di benak Alia
"Refan, bagaimana kalau kita lomba lari, nanti yang menang harus traktir cheese cake yang terkenal enak di caffe dekat rumah, yaaa?" ucap Alia bersemangat.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Lemonade
Teen FictionBerawal dari lemonade dingin yang menyegarkan, hubungan Refansa Pangestu Ananta dan Alia Maharani semakin rumit, Refan yang dingin dan tak tersentuh dengan Alia yang polos dan lugu, akankah kisah mereka berakhir bahagia? Siapa yang tau.