Bunga Tidur

29 0 0
                                    

Semua dimulai dari kegelapan.

Hanya hitam yang ada, sejauh mata memandang. Tidak ada suara yang tertangkap telingaku. Tidak ada apapun yang bergesekan dengan kulitku (selain pakaian yang bahkan tidak bisa kulihat warnanya), bahkan telapak kakiku sendiri tidak menapak ke permukaan. Tapi aku tidak merasa sedang terjatuh ataupun terbang. Aku tetap berada di posisi yang sama. Mungkin saat ini aku sedang melayang.

"Aku selalu mengacaukan semuanya."

Di saat kegelapan mulai memangsa inderaku, suatu suara mengalun dalam indera pendengaranku.

Apa maksudmu? Ingin kutanyakan hal itu, tapi lidahku rasanya tidak bisa digerakkan.

"Dasar bodoh. Aku benar-benar bodoh."

Suara isakan terdengar, tapi aku tidak bisa melihat apa-apa.
Hingga aku terbangun.

***

Setiap malam, aku selalu memimpikan hal yang sama. Kegelapan di mana seluruh inderaku tidak bisa kugunakan, tapi aku selalu bisa mendengar suara itu. Suara pelan yang sedang bersedih.

"Kenapa aku selalu seperti ini?"

"Mengacaukan semuanya."

Selalu. Setiap malam aku 'bertemu' dengan suara itu. Aku ingin merespon, tapi tidak ada suara yang bisa keluar dari mulutku.

"Menghilangkan benda yang seharusnya kujaga."

"Mengatakan sesuatu yang tidak semestinya."

"Cemburu pada temanku sendiri hanya karena dia bisa mudahnya dekat dengan laki-laki yang menurutku ... ah, sudahlah."

"Gagal."

"Aku adalah makhluk gagal."

"Aku benar-benar bodoh. Bodoh. Sampah."

"Aku bahkan tidak bisa memenuhi harapan orang tuaku."

Lalu aku terbangun.

***

"Hei, apa menurutmu aku gagal menjadi manusia?"

Kembali lagi di kegelapan yang sama. Dengan suara yang sama.

"Tidak ada yang gagal menjadi manusia, termasuk dirimu."

Kalau aku bisa melihat, mungkin sekarang mataku sudah terbelalak kaget. Akhirnya aku bisa bersuara.

"Apa menurutmu aku masih pantas hidup?"

Suaranya terdengar seperti memohon.

"Ya."

Tidak terdengar suara.

"Pernahkah kau merasa tenggelam, padahal kau ada di daratan? Sesak, padahal pernapasanmu lancar-lancar saja. Tidak ingin keluar tempat tidur, padahal itu adalah hari yang menurutmu tidak buruk. Kau ... lelah tanpa alasan yang jelas untuk menjalani hidupmu."

Lalu aku terbangun. Aku selalu terbangun di saat yang tidak tepat.

***

"Kalau kau membutuhkan tempat untuk cerita, kau bisa bercerita padaku."

Itu pertama kalinya aku yang memulai pembicaraan.

"Tidak mau."

"Kenapa?"

"Begitu seseorang mengetahui segala sisi dalam diriku, dia akan menyesal telah mengenalku, dan berharap kalau dia tidak pernah mengenalku. Penilaian orang lain tentangku tidak pernah salah. Tidak pernah.

Percayalah padaku, kau juga akan merasakan hal yang sama tentangku."

Aku menarik napas, kalau di mimpi aku memang bisa menarik napas.

"Kalau begitu, mereka salah besar, dan kau hanya belum menemukan orang yang tepat.

Aku bisa mendengarmu.

Aku bisa menjadi temanmu."

Aku tidak mengerti dari mana kata-kata itu ada, tapi perkataan itu meluncur begitu saja dari mulutku. Seakan-akan aku memang harus mengatakannya. Tidak. Aku memang harus dan ingin mengatakannya.

Kata-kataku ini, harus sampai padanya.

"Kau tahu ... kurasa aku akan lebih mudah melewati semua itu seandainya aku mengenalmu lebih awal."

"Kau adalah teman yang baik, dan akan selalu menjadi yang terbaik untukku."

"Terima kasih sudah mau mendengarkanku."

"Bagaimanapun juga ... Aku tidak akan mendapatkan akhir yang kuinginkan."

Lalu aku terbangun.

Tapi aku tidak ingat mimpiku semalam.

***

Seorang pemuda tengah bersantai di ruang tamu. Tangannya membentang memegang koran. Di nakas, terdapat secangkir kopi yang sudah setengah habis.

Seperti bapak-bapak zaman dahulu, memang, tapi itu kebiasaannya sativa pagi saat akhir pekan.

Matanya memindai kata demi kata. Otaknya sudah tak lagi memikirkan gadis yang sudah lama tidak muncul dalam mimpinya.

Dia membalikkan halaman, melewatkan sekotak kabar kecil. Kabar seorang gadis yang sempat koma setelah melakukan percobaan bunuh diri, telah menghembuskan nafas terakhinya.

Dan semenjak saat itu, sang pemuda tidak pernah lagi memimpikan si gadis.

Sekeping Kisah KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang