Leila tidak mengharapkan sesuatu yang spesial saat hari Idul Adha di tempat perantauan.
Aturan di tempat rantauannya tidak membiasakan para perempuan untuk ikut shalat, jadi seusai Subuh gadis itu kembali mengerjakan commissionnya. Teman-teman satu rumahnya sudah pergi ke rumah teman lain―yang cukup besar untuk berkumpulnya sisa-sisa mahasiswa Indonesia yang tidak pulang ke kampung halaman masing-masing. Beralasan mengejar deadline, Leila izin akan datang terlambat. Jadi, ketika yang lain (mungkin) sedang mempersiapkan acara di sana, Leila masih berkutat dengan laptop dan pentab.
Demi masa depan yang lebih coretberduitcoret baik, tekad sang gadis.
Tapi, tepat setelah satu WIP gambarnya selesai, bel rumah berbunyi.
Pelakunya adalah Hanif, yang hanya mengangkat keresek bawaannya dan berkomentar, "Mbak, laper."
Leila hampir menepuk jidat, "Terus?"
"Masakin."
"Kan pada masak-masak di rumah Arfi?"
"Lagi pengen di sini. Lagian kalau aku enggak ke sini, Mbak pasti udah lupa waktu ngerjain komis."
Tepat sasaran. Leila hanya terkekeh. Dia baru akan membuka mulut ketika melihat ekspresi Hanif. Sekilas, tidak ada bedanya. Tapi Leila merasakan ada yang aneh dengan pemuda itu. Jadi sang kakak menghela napas dan berjinjit agar tangannya bisa meraih kepala Hanif. Leila mengelus pelan kepala adiknya, mengerti kalau ada hal yang sedang mengganggu pikirannya. Kalau sudah begitu, Hanif biasanya cenderung menghindari keramaian. Karena itu dia tidak mempermasalahkan kenapa Hanif berada di sini dan bukannya ikut ke rumah Arfi.
Leila tersenyum lembut, "Kamu bawa apa? Sini masuk, aku masakin deh."
Leila mengambil keresek dari tangan Hanif dan berbalik meninggalkan Hanif di ambang pintu, mengetahui adiknya itu akan mengikutinya. Di dapur, Leila membuka keresek, yang berisi ati ayam, kentang beberapa kilo, dan beberapa potong ayam. Senyumnya mengembang, menebak apa yang kira-kira ingin dimakan oleh Hanif. Setelah meletakkan ati ayam dan potongan ayam di wastafel, Leila bergerak memeriksa lemari di atas wastafel dan isi kulkas. Masih ada cukup bahan untuk membuat sambal goreng kentang dan opor ayam, meski hanya memakai bumbu instan.
"Oke, Nif," Leila berbalik dan mendapati sosok tinggi Hanif di hadapannya. "Kamu bikin nasi sama cuciin kentang ya. Nasinya enggak usah banyak-banyak, cukup buat kita berdua satu kali makan aja. Aku mau cuci ayam sama atinya dulu."
Hanif mengangguk dan mengikuti apa yang diinstruksikan oleh Leila. Dalam diam mereka mengerjakan bagian masing-masing. Agak janggal sejujurnya bagi Leila. Selama satu tahun ini, mereka berdua sering membicarakan banyak hal berdua. Selama itu pula Leila mulai memahami bagaimana karakter Hanif. Ada alasan tersendiri mengapa dia sering membawa Hanif pergi bersama, sampai membuat rumor kalau dirinya dan Hanif jadian. Mungkin lebih baik rumor itu saja yang tersebar, daripada mereka tahu Hanif yang sering gemetar parah kalau berada di tempat yang cukup ramai.
Ya, terima kasih kepada ayah brengsek mereka yang membuat Leila dan Hanif menjadi seperti ini.
Setidaknya, saat ini gemetar Hanif tidak separah awal-awal mereka bertemu, dan itu yang Leila syukuri. Tapi Leila sadar, ada hal yang tidak akan pernah sembuh total. Melihat keterdiaman Hanif saat ini, Leila setengah bisa menduga alasannya. Jadi, untuk saat ini, yang bisa dia lakukan hanya diam dan memasak untuk Hanif. Kalau pemuda itu mau bercerita, Leila siap mendengarkan. Kalau tidak ... Leila akan menunggu sampai Hanif siap.
"Beres, Nif?" tanya Leila setelah memasukkan ayam ke dalam rebusan air. Dia menoleh dan mendapati Hanif yang setengah melamun sedang memegang pisau, hendak memotong kentang. Leila menghela napas dan berjalan mendekati Hanif. Perlahan tangannya menyentuh tangan Hanif yang memegang pisau. Jelas terasa gemetar kecil di sana. "Nif, aku aja yang potong kentangnya? Kamu panasin minyak di wajan, terus goreng atinya, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekeping Kisah Kehidupan
Kısa HikayeIni bukanlah kisah yang mengalir dengan tenang bagaikan sungai. Ini bukanlah narasi dengan diksi yang mengagumkan. Ini bukanlah cerita dengan akhir yang diharapkan setiap manusia. Ini adalah kumpulan kisah yang terjadi pada kehidupan. Kau boleh perc...