I Love Him, But...

710 71 6
                                    




Yerim POV

Selama ini kalian pasti pernasaran kenapa aku selalu menghindari pembicaraan pernikahan dengan Hanbin??

Bukan berarti aku tidak ingin menikah dengannya. Tidak. Aku sangat ingin menikah dengannya ia pria paling sempurna yang aku kenal. Yang bisa memberiku kehidupan rumah tangga yang paling manis.

Karna kesempurnaannya membuat keraguan untukku.

Kadang aku merasa ia sangat jauh untuk digapai.

Hanbin adalah bintang tertinggi di era kpop saat ini. Ia punya sinar yang paling berkilau. Puncak popularitasnya sedang menanjak naik. Aku ingin ia lebih tinggi lagi dari sekarang, karna aku yakin ia bisa mengembangkan dirinya lebih dari ini. Tapi, kalo ia menikah karirnya bisa saja terhenti.

Aku tidak suka itu.

Bukan berarti aku menilai pernikahan menghambat karir. Bukan itu.

Aku tau siapa Hanbin?

Ia mencintaiku.

Dan karna ia mencintaiku ia menjadi tipe yang akan mementingkan aku dibanding segalanya. Aku yakin ia pasti akan lebih memilih bersamaku dibanding bekerja. Hanbin memang orang yang seperti itu.

Itu yang membuat aku berpikir aku adalah penghambatnya.

Kalau dari sudut pandangku sebagai perempuan tentu niat baik Hanbin akan aku terima dengan senang hati. Bukankah untuk perempuan marriage lebih penting daripada Just live together?

Tapi aku tidak bisa mengabaikan kenyataan yang bisa aku lihat. Jika seorang Kim Hanbin bisa lebih dari ini. Hanya saja ia harus lebih fokus pada karirnya.

Kasus paling buruk selama karirnya hanya kecanduan minuman keras. Ia bahkan jarang terlibat skandal perempuan. Hanbin lebih fokus pada karir bermusiknya dibandingkan apapun. Setelah ia berkenaan denganku bukannya ia tidak menjadi tidak produktif. Tapi Hanbin menjadi orang yang melupakan musiknya dan lebih memilih bersamaku.

Seperti malam ini setelah sekian kalinya aku menghindari pembicaraan  tentang pernikahan.

Aku berjalan dari meja makan menuju kamar.

Ia menarik tanganku.

"Kenapa kamu selalu menghindari pembicaraan ini?" Tanyanya.

Aku diam. Tidak berani menoleh ke arahnya. Aku tidak berani menatap ekspresi wajahnya.

"Apa kamu gak yakin sama aku?"

Aku masih diam. Bukan itu. Jawabku dalam hati.

"Apa kamu pikir ada pria yang lebih dariku yang bisa membahagiakanmu nanti?"

Ia memegang bahuku, memutar tubuhku untuk menghadapnya.

Aku menunduk tidak berani menatapnya.

"Apa karna Jaehyun? Apa kamu ragu?  Aku tau sikapnya lebih baik dariku."

Kini aku menatapnya memberikan tatapan tidak suka. Apa ia pikir aku bisa membagi hatiku dengan mudah pada laki-laki lain yang jelas ia sudah menancapkan namanya disana.

"Apa kamu pikir ini semua karna pria lain?!" nada bicaraku sedikit kesal. "Apa oppa pikir aku bisa membagi hatiku begitu saja sama orang lain? Apa oppa ragu padaku?

"Terus kenapa? Bukankah harusnya seorang perempuan akan senang jika kekasihnya punya niat baik untuk menikahinya?"

"Apa oppa tidak bisa melihat dirimu sendiri?"

Hanbin mengerutkan alisnya.

Bingung.

"Kenapa? Karna aku mantan pecandu alkohol dan suka main perempuan sehingga kamu gak percaya aku akan jadi suami yang baik?"

Tiba-tiba airmataku jatuh. Aku benci ia menilai dirinya seburuk itu.

Aku memukul dadanya dengan kepalan tanganku.

"Pabo! Pabo! Aku cinta kamu Hanbin, kamu pria paling hebat yang pernah aku temui. Aku bahkan tidak pernah merasa dicintai seperti ini dengan pria manapun." aku masih memukulnya, Hanbin tidak punya tindakan apapun untuk mencegah pukulanku. Aku nemelankan pukulanku.

"Oppa, kalo aku harus jadi penghambat karir kamu aku gak mau, bisa aja nanti karir kamu kehalang karna status sudah menikah. Gimana kalo itu terjadi Hanbin? Gimana kaki karir kamu hancur? Sedangkan aku tau musik segalanya buat kamu?" aku menghentikan pukulanku.

Hanbin mencium bibirku tiba-tiba. Kasar. Khasnya. Aku memberontak. Ia malah makin mengeratkan tangannya di tengkukku sambil berjalan membawakku ke kamar sampai kami terjatuh di atas ranjang.

Ia makin menciumku kasar.

Sadar aku kesakitan dengan hisapan kasar bibirnya ia melepaskan ciumannya.

"Jangan katakan hal seperti itu?" tatapan matanya lebih tegas dari biasanya. Layaknya tatapan mata saat ia menatap membernya ketika sedang di dalam ruang kaca studio rekaman.  "kapan kamu pikir aku menjadi tidak produktif karna dirimu? Karna kamu aku bahkan bisa menemukan lagu paling jujur yang mampu aku sampaikan pada fansku?"

Aku kembali menangis ketika melihat mata tegas itu mulai berkaca-kaca.

Sampai ia meneteskan airmatanya.

"Aku tidak bisa hidup tanpamu Kim Yerim. Aku tidak akan  bisa menjalani karirku kalo kamu gak ada disisiku. Dan aku akan lebih menyakitimu jika aku hanya menidurimu tanpa sebuah status yang sah."

Aku menggapai lehernya. Memeluknya.

Hanbinku berubah rapuh.

Tuhan pria ini mempedulikan aku lebih dari diriku sendiri. Ia memikirkan tentang aku yang harus ia jaga. Bodoh bukan harusnya aku memang memikirkan tentang diriku kan. Bahwa aku harus dinikahi sebelum terlambat.

Kami menangis bersama malam itu. Saling berbagi pelukan hangat.

Pria yang seolah tidak bisa kugapai itu mencintaiku.

Bagaimana bisa pria ini tidak pernah membuatku ragu bahwa ia akan melindungi aku?

Hanbin yang orang lain lihat ia adalah pria dengan arogansi tinggi ternyata selembut ini.

I love you, but you love me more.

Aku juga akan mencintaimu lebih dari ini.

Bukan hanya kamu yang akan melindungku. Tapi aku juga akan melindungimu. Dengan seluruh kekuatan yang aku miliki. Tidak akan aku biarkan kamu terluka seujung rambut pun. Akan aku buat kamu bahagia lebih dari ini.

Itu janjiku Kim Hanbin.

Kamu adalah dunia masa depanku.

Terimakasih...

Yerim POV End

Tbc....

Left & RightWhere stories live. Discover now