Pelajaran kelima

3.6K 400 13
                                    

Sewaktu saya menginjak kelas 2 atau sekitar kelas 3 sma. Ada suatu masalah yang membuat saya terdiam cukup lama dan menatapi cermin di depan saya dengan pandangan kabur

Air mata saya waktu itu tiba-tiba mengalir tidak berhenti. Berbagai macam pikiran negatif menghinggapi saya karena saya merupakan anak tertua di keluarga ini

Ayah saya sakit. Dan beliau merupakan tulang punggung keluarga saya. Ibu saya tidak memiliki keterampilan apapun selain memasak dan membereskan rumah. Tipikal ibu rumah tangga biasa yang menggantungkan harapannya sangat tinggi pada suami

Waktu itu, saya sudah selesai belajar di rumah dan mendapati ibu saya berteriak memanggil nama saya dan Mino. Saya segera berlari dan adik saya terperangah mendapati ayah saya yang sudah tak sadarkan diri

"Panggil. Panggil tetangga, atau ambulans, atau siapa, telepon tante atau om!" Teriak ibu saya panik

Mino langsung berlari keluar dan berteriak meminta tolong di luar rumah. Rumah kami merupakan kompleks perumahan kecil tanpa pagar sehingga keributan kecil di luar akan terdengar sampai ke dalam rumah orang lain.

Saya sibuk menekan-nekan tombol di telepon mencoba menghubungi siapapun yang bisa dihubungi. Tidak ada nomor yang bisa saya tuju waktu itu. Semuanya tidak mengangkat dan akhirnya saya menelpon taksi

Tidak lama, Mino masuk dan menghapus airmatanya. Menggeleng pelan kearah saya dan saya langsung mencelos ketika Mino seperti itu. Tetangga kami, memang tidak pernah peduli pada kami. Dan saat itu benar-benar menyadarkan saya kalau kami sendirian di dunia ini

Saya mencoba menegarkan ibu saya dan membopong ayah saya yang waktu itu pingsan bersama Mino dan supir taksi, membawanya ke unit gawat darurat.

...

"Maaf, tante. Dek mia gak tau harus menghubungi siapa lagi. Dek mia mau minta tolong buat pengobatan ayah"

Saya pikir, tante saya akan langsung panik ketika mendengar ucapan saya waktu itu, tapi, "Makanya! Kalo jadi anak itu pinter-pinter nabung! Kalo begini kan jadi ngerepotin semua! Sakit apasih ayahmu itu?!"

Saya meringis dan mencengkram ganggang telpon dengan kuat, "Masih diperiksa, tan. Tapi harus bayar administrasi dulu"

"Jaman sekarang tuh butuh uang! Makanya lain kali nabung kalo sewaktu-waktu kayak gini lagi! Udah, tanya yang lain aja! Tante lagi gak ada duit juga!"

Ya, Allah.

Kamu tau? Kenapa orang tuamu selalu berkata kalau kalian sebagai saudara tidak boleh bertengkar karena hanya saudara kalian yang bisa kalian andalkan kalau susah? Saya pikir itu tidak berlaku untuk kehidupan saya.

Karena pada akhirnya, kalau kamu berada dalam kesulitan. Hanya diri kamu sendiri tempat kamu berpegang

Inside OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang