Pelajaran keduabelas

2.8K 335 8
                                    

Sepertinya, dimanapun anak populer berada, mereka selamanya akan populer dan hobi membully orang. Seperti itulah yang saya dengar ketika beberapa teman kuliah saya membicarakan tentang Aldi dan gengnya. Tentang Rion yang ternyata satu kota dengan saya dan membuat banyak anak takut padanya

Anya adalah salah satu anak populer yang kebetulan menjadi sahabat saya selama di kampus. Saya tidak terlalu suka banyak berteman dengan orang. Kalau kata Itara, mungkin trauma dengan masa lalu. Lucu sekali karena saya sendiri tidak menyadari seberapa keras kerusakan mental saya akibat masa lalu

"Aldi ya? Temennya Rion bukan sih?" Anya kemudian mengetukkan jarinya di keningnya

Saya mengangguk dan akhirnya mendesah pelan, "Kamu kenal?"

"Rion, iya. Kalau Aldi sih gak terlalu deket. Mereka sering prank orang gitu. Kalo gak salah sih"

"Prank? Ngerjain?"

Anya mengangguk cepat dan melirik saya, "Kenapa? Kamu naksir?"

Saya mengerjapkan mata sekali, "Apa bagusnya naksir?"

"Bagus karena akhirnya naksir cowok. Coba selama ini emang pernah deket sama cowok? Kayaknya kamu jauh-jauh mulu deh, Mi"

"Kenapa jadi bahas gituan? Hafalin materi deh, nanti kalo ditanya mau jawab apa, Nya" kata saya kemudian kembali membuka lembaran di depan saya yang berisi tulisan latin

"Aldi ya? Apa aku tanya Rion aja ya? Eh tapi, Mi. Kamu kayaknya satu sekolahan deh dulu"

Ah, mulai. "Masa? Aku dari desa kok, Nya"

"Iya? Yah, mau aku kenalin Rion apa Aldi gak? Mereka jomblo loh"

Hah, semoga mereka jadi bujang lapuk saja sekalian Nya, saya ndak peduli.

...

Saya dan Bagas waktu itu satu kampus, hanya saja Bagas mengambil jurusan ekonomi dan bisnis. Bagas janji menjemput saya dan kemudian akhirnya malah saya yang membawa mobil dan menjemput makhluk sialan sekaligus penyelemat saya itu ke kampusnya

Sempat ada 15 menit sampai akhirnya saya melihat jambul lancip Bagas muncul dari gedung berwarna coklat itu dan berjalan bersama segerombolan temannya

"Sorry ye, Ibu Negara. Gue tadi abis kuis gitu. Sekalian nih temen gue nebeng. Gak apa-apa, kan?"

Awalnya saya kira hanya teman biasa Bagas sampai akhirnya saya melotot dan mendelik ke Bagas kenapa ada Aldi di kursi penumpang

"Eh, kalo gak boleh, gue nebeng yang lain aja. Rion juga bisa jemput sih, kayaknya..."

Karena malas berdebat akhirnya saya menyetir kembali ke gedung kampus saya. "Gue ada ujian, nanti pulang sendiri"

"Ye, lo mah. Ya, udah. Makasi ya ibu negara" kata Bagas lalu mencium kening saya. Memang kebiasaan begitu. Bagas itu hobinya dekat-dekat perempuan. Apalagi kalau jomblo, dia dengan senang hati pegang-pegang dan cium-cium

Saya melirik sebentar ke kursi penumpang untuk memgambil buku dan jas lab. Kemudian Aldi menyerahkannya pada saya sambil tersenyum

"Makasih" kata saya dan pergi

Sepertinya saya harus mulai mempersiapkan diri dengan apa yang akan saya hadapi selama hidup saya terkoneksi dengan pembully saya

Sepertinya, kalau kamu menghindari seseorang justru Tuhan selalu punya cara mempertemukan kita dengan orang itu

Inside OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang