Buku ini adalah benda yang selama ini kucari-cari.
--<×O×>--
Kubaca halaman demi halaman, kalimat demi kalimat, kata demi kata, huruf demi huruf. Tanganku gemetaran saat membalikkan halaman. Keringat bercucuran dari pelipisku. Nafasku tidak beraturan. Hal mengenai diriku mungkin bisa kutemukan di buku ini. Semua ingatanku mungkin bisa kucari perlahan di buku ini.
Buku ini membahas orang-orang yang mempunyai Kartu Arcana Mayor. Di sini dituliskan bahwa mereka disebut sebagai Penjaga Kartu Arcana Mayor. Mereka sangat ditakuti oleh masyarakat lain karena kekuatan mereka yang sangat dahsyat.
Tidak hanya itu, mereka juga mempunyai kemampuan regenerasi yang sangat cepat. Para Penjaga Kartu Arcana Mayor tidak bisa mati. Tapi ketika mereka sedang sangat-sangat sekarat mereka akan berubah kembali menjadi anak kecil berumur enam tahu. Ingatan mereka yang sebelumnya tidak akan hilang dan masih bisa diingat olehnya.
Tunggu, kalau begitu itu artinya aku juga mengalami hal yang seperti itu. Itu artinya aku pernah sangat sekarat dan hal itu menjadikanku kembali menjadi anak kecil. Tapi.. tapi mengapa aku tidak bisa mengingat apapun? Bukankah meskipun para penjaga berubah menjadi anak kecil kembali, mereka masih bisa mengingat ingatan yang sebelumnya? Kenapa aku tidak? Kenapa?
Aku membuka bab yang lainnya. Di situ bertuliskan biodata sang penjaga. Aku pun segera membuka halaman berikutnya. Tapi aku dikejutkan saat melihat halaman itu kosong. Tidak ada setitik tintapun di halaman itu. Aku terus membuka halaman-halaman yang lainnya, tapi nihil.
Sial! Kenapa kosong? Kenapa harus kosong? Ke mana semua tulisan yang seharusnya ada di sini? Aku dibuat frustasi oleh buku itu. Aku sangat membutuhkan informasi dari buku itu. Aaarrgghh!!
Aku mengacak-acak rambutku. Kututup buku itu dengan kasar hingga suara yang ditimbulkan dari buku itu menggema di perpustakaan ini. Kesal, marah, dan jengkel, ya, itu kata yang tepat untuk mendeskripsi keadaanku saat ini.
Tanpa diduga-duga perutku berbunyi sangat keras. Bunyinya bahkan sedikit menggema di sini. Ah, aku malu sekali. Untung di sini hanya ada aku seorang saja. Jika di sini ada orang selain aku dan dia mendengar suara perutku tadi, ah.. tamatlah aku. Mau disimpan di mana nati mukaku?
Perutku sangat lapar. Semakin aku kesal, semakin lapar juga perutku. Haah.. mungkin aku harus kembali ke atas sekarang. Aku harus memakan banyak makanan untuk mengisi perutku. Kalau tidak, aku bisa mati kelaparan.
--<×O×>--
"Waaaahh.. Bayak sekali makanannya. Dengan memakan semua makanan ini mungkin perutku akan sangat kenyang," kataku penuh nafsu sambil menatap penuh ke arah tumpukan makanan di dapur. Bukan apa-apa. Aku hanya akan memanfaatkan dengan baik semua makanan ini daripada mubazir kan sayang.
Aku menengok ke kanan dan kiriku. Ke mana semua pelayannya? Tak apalah. Dengan begini aku bisa makan semauku. Akupun mengambil beberapa roti panggang. Tidak banyak kok, hanya lima saja.
Setelah mengambil roti itu aku pun pergi dari dapur dengan tangan sibuk memegang empat roti lainnya. Aku heran, ke mana pelayan-pelayan yang ada di sini? Padahal matahari belum berganti dengan bulan, tapi mereka semua tidak terlihat.Hmmm.. Mungkin mereka sedang sibuk.
Apa sebaiknya aku mencari mereka saja? Sepertinya ada hal yang tidak beres di sini. Aku harus bergegas. Pertama aku harus mengecek apa Lynx dan tongkatku masih ada di sini. Kedua, aku akan mencari mereka dengan bantuan dari indra penciuman milik Lynx.
Ternyata tongkatku masih aman. Bila tongkat itu hilang, maka aku tidak punya senjata hebat lagi. Akupun membangunkan Lynx yang masih tertidur.
Setelah aku memberikan perintah pada Lynx untuk membantu mencariku melalui penciumannya, kami berlari sekuat tenaga. Aku masih belum menemukan orang lain. Kemana mereka sebenarnya? Aku harap tidak ada penyusup.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENDLESS CARD WORLD : FIGHTING IN THE DARKNESS
FantasyHanya ada gelap di hatiku. Bangun di tempat yang tidak diketahui tanpa ada seseorang yang menemaniku. Bertahan tanpa tahu apa-apa tentang diri sendiri. Namun, cahaya harapan mulai menerang hatiku. Bisa kurasakan kehangatan ini. Hingga akhirnya aku m...