"A-Ares? Apakah itu dirimu?"
Ia tersenyum. "Akhirnya kau mengenalku juga," katanya.
Kuhentikan dansaku. Ia terlihat bingung. Kulihat sekelilingku. Kutarik tangannya dan kubawa pergi dia. Aku membawanya ke luar ruangan pesta tadi. Setelah sampai, aku melepaskan tangannya. Ia meringis kesakitan.
Aku membuat jarak antara diriku dengannya. "Katakan dengan jujur. Apa kau Ares?" tanyaku.
"Hmm.. Entahlah.. mungkin aku Aresmu atau mungkin bukan," katanya. Ia tekah membuatku kesal sekarang.
"Buka topengmu!"
"Jika aku tidak mau?"
"Ini perintah! Buka topengmu!"
"Ya, ya baiklah, ratu."
Ia pun meletakkan tanggannya di samping topeng yang ia kenakan di wajahnya. Dengan perlahan, ia membuka topeng tersebut. Aku mengira-ngira, apakah dia Ares atau bukan. Tapi semoga saja dia adalah Aresku yang kukenal.
Tubuhku mematung. Jantungku berdegup tidak karuan. Tanganku gemetaran. Tubuhku seketika memanas.
Aku begitu tidak percaya dengan apa yang aku lihat sekarang. Laki-laki yang sangat kurindukan. Sangat kusayangi seperti saudaraku sendiri, Ares. Sekarang ia berada di hadapanku sedang menatap aneh padaku.
"Areees.. Hmmm.." kataku sambil memeluknya tiba-tiba dengan sangat erat. Ia terkekeh. Bahkan tawa kecilnya masih bisa kukenali sampai sekarang walaupun aku baru bertemu dengannya semenjak sepuluh tahun lalu.
"Te-tenanglah, ratu. Anda bisa membunuhku jika seperti ini," keluhnya.
Dengan buru-buru aku melepaskan pelukanku. Lalu aku memukul lengan atasnya sedikit keras. Ia tertawa padaku.
"Diamlah! Aku tidak ingin dipanggil begitu apalagi olehmu. Rasanya aneh, menjijikan," ejekku padanya.
"Oke, kalau begitu akan akan pergi saja." Ares berbalik hendak pergi.
"Ja-jangan! Jangan pergi!" seruku dengan spontan sambil menarik tangannya.
"A-aku ingin menghabiskan malam ini sambil mengobrol denganmu. Kumohon," kataku sambil menahan rasa malu. Aku tidak pernah seperti ini sebelumnya.
"Baiklah, jika Ratu Cartellia memaksa," godanya.
"Hee.. sudah kubilang untuk tidak memanggilku seperti itu. Itu terdengar aneh di telingaku."
"A-aku ingin kau memanggilku seperti wakti dulu lagi. Seperti saat kita berumur enam tahun dulu,"lanjutku.
"Sona? Kau ingin aku memanggilmu seperti itu lagi? Kalau begitu ada syaratnya." Aku menatap penuh tanda tanya.
"Syaratnya mudah, tidak sulit kok. Aku ingin kau.. ha! Aku ingin kau menciumku. Ya itu saja."
Wajahku memerah seketika, aku bisa merasakan hal itu walaupun aku tidak melihat. Dantung berdegup lebih kencang lagi. Aku sangat gugup sekali.
Dengan mudahnya ia berkata seperti itu. Apa ia tidak berpikir? Aku ini perempuan, bahkan seorang ratu. Mana mungkin aku melakukan hal itu. Mana mungkin aku bisa melqkukan hal itu. Aarrgghh.. Dasar Ares bodoh!
"M-m-ma-mana m-mungkin aku akan melakukan hal itu!" komentarku, "Dasar bo-"
"Selamat ulang tahun, Sona," bisik Ares pelan tepat ditelingaku. Bersamaan dengan itu, ia memelukku dengan tiba-tiba. Tubuhku membeku dengan spontan. Namun, pelukannya telah mencairkan hatiku. Pelukannya terasa hangat bagiku. Sangat nyaman. Akupun membalas pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENDLESS CARD WORLD : FIGHTING IN THE DARKNESS
FantasyHanya ada gelap di hatiku. Bangun di tempat yang tidak diketahui tanpa ada seseorang yang menemaniku. Bertahan tanpa tahu apa-apa tentang diri sendiri. Namun, cahaya harapan mulai menerang hatiku. Bisa kurasakan kehangatan ini. Hingga akhirnya aku m...