Authors POV
“Ngghh..” suara erangan terdengar samar. Bersamaan dengan itu, ratu dari Kerajaan Aquiella pun berhasil siuman dari pingsannya. Perlahan ia membuka matanya. Seseorang sedang tidur di sampingnya dan menggenggam tangannya. Ia akhirnya ingat akan apa yang terjadi sebelumnya.
Sebenarnya Cartellia belum pulih sepenuhnya. Ia masih merasakan sedikit pusing di kepala. Cartellia mencoba untuk mengambil posisi duduk. Sontak seseorang yang sedari tadi menunggunya siuman pun terbangun. Wajah polosnya—atau mungkin bisa dibilang wajah bodohnya—terpampang dengan jelas. Begitulah Ares saat bangun tidur.
Sudut bibir Cartellia terangkat. “Apa aku membangunkanmu?” begitu katanya. Ares hanya diam sambil mengusap matanya kemudian menatap sahabatnya itu dengan datar. Cartellia hanya bisa tertawa kecil. Hal itu lucu baginya karena wajah Ares yang seperti ini terlihat bodoh.
“So-sona! Kau sudah sadar?!” tanya Ares dengan sedikit keras.
“Tidak, aku masih pingsan. Dasar bodoh! Kau kan bisa lihat bahwa aku sudah sadar sekarang, tapi kau malah menanyakan hal itu,” komentar Cartellia. Ares hanya bisa menunjukan cengirannya sambil menggaruk kepala yang sama sekali tidak gatal.
“Ares, di mana wanita tua bernama Centralia itu ? apa ia sudah pergi?”
“Dia sudah pergi sejak kemarin.”
“Ohh.. kemarin?!"
“Iya, kemarin. Apa aku salah?”
“Itu berarti aku sudah pingsan selama satu hari. Ah.. berarti aku melewatkan makan malamku kemarin. Padahal Pastrion sudah membuatkan makanan kesukaanku.” Cartellia terlihat kecewa. Apa yang ia katakan barusan itu membuat senyuman muncul di wajah Ares. Sikap keduanya, baik Cartellia maupun Ares memang tidak ada yang berubah. Selalu saja begitu.
Suasana menjadi hening untuk beberapa saat. Tanpa diduga-duga perut Cartellia berbunyi. Tak masalah jika bunyi yang terdengar itu kecil, tapi suara perutnya kali ini terdengar sangat keras. Tubuh Cartellia mematung karena malu, sedangkan Ares menatapnya sambil menahan tawa. Cartellia langsung mengambil bantal untuk menutupi wajahnya.
Andai Ares tau bagaimana Ekspresinya sekarang, Cartellia pasti akan merasa sangat malu. Melihatnya bertingkah seperti itu, Ares pun tertawa keras. Itu membuat Cartellia merasa kaget sekaligus lega. Akhirnya ia bisa mendengarnya tertawa keras seperti itu lagi. Tanpa disadari, ia ikut tertawa bersama Ares.
Mereka berdua pun berbincang-bincang sambil sesekali meledek satu sama lain seperti anak kecil. Seakan mereka tidak tahu apa yang akan mereka hadapi selanjutnya.“Oh ya, sona,” kata Ares, “Mungkin sebaiknya kubawakan kau makanan. Kau pasti membutuhkan banyak makanan untuk perutmu yang kosong sejak kemarin,” lanjutnya.
“Akhirnya kau mengatakannya. Aku menungumu mengatakan hal itu dari tadi. Huh, kau memang tidak pernah peka. Selalu begitu.” Cartellia mengerucutkan bibirnya.
“Iya, iya, ratu cantik.” Ares berusaha menggoda sahabatnya itu.
Dugg!! Dengan tepat sasaran bantal berhasil mendarat di wajahnya. Sontak itu membuatnya ngeri dan langsung pergi dengan cepat.
“JANGAN PANGGIL AKU SEPERTI ITUU!!!”
--<×O×>--
Suara tembakan menggema di ruangan itu. Satu buah peluru berhasil dilesatkan dan nyaris mengenai sasaran yang dituju. “Sedikit lagi,” ucap seseorang yang melesatkan peluru itu.
Merasa tidak puas dengan hasil yang ia terima, ia beralih ke pisau-pisau yang tertata acak di sebuah meja yang tidak jauh darinya. Ada beberapa jenis pisau di sana, dari yang ukurannya paling kecil hingga paling besar. Diambilnya salah satu pisau itu. Ujung telunjuknya sengaja ia goreskan pada mata pisau tersebut. Alhasil kini darah mengalir dengan mulus dari telunjuk halusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENDLESS CARD WORLD : FIGHTING IN THE DARKNESS
FantastikHanya ada gelap di hatiku. Bangun di tempat yang tidak diketahui tanpa ada seseorang yang menemaniku. Bertahan tanpa tahu apa-apa tentang diri sendiri. Namun, cahaya harapan mulai menerang hatiku. Bisa kurasakan kehangatan ini. Hingga akhirnya aku m...