Chapter 1 Meet Him

20 3 0
                                    

Kubuka mataku secara perlahan. Kepalaku rasanya sangat pusing sekali. Tubuhku juga sangat lemas, dan sepertinya akan cukup sulit untuk kugerakkan. Kuamati sekelilingku dengan teliti. Syukurlah, sepertinya aku berada di tempat evakuasi sekarang. Sepertinya di sini hanya aku yang tidak terluka. Mereka yang ada di sini pasti terdapat luka atau perban yang melilit tubuhnya. Sedangkan aku tidak, tidak ada luka gores sedikitpun.Bisa kulihat itu dengan jelas.

Aku sangat tidak suka dengan keadaan ini. Aku sangat tidak suka dengan keadaan di mana aku hanya bisa diam dan tidak bisa melakukan apa-apa. Oleh karena itu, kukumpulkan seluruh kekuatanku dan kucoba untuk bangkit. Entah kenapa aku merasa ada yang aneh. Aku merasa seperti ada sesuatu yang kurang dariku. Lynx. Di mana Lynx sekarang? Biasanya serigala itu selalu di sampingku, tapi kali ini tidak.

Saat mataku sedang sibuk mencari-cari keberadaan Lynx, tiba-tiba terdengar suara lolongan di telingaku. Sontak aku langsung menoleh ke sumber suara itu. Dan ya, di sanalah ia berada. Sedang asik bermain dengan seorang anak laki-laki. Aku tahu laki-laki itu, walaupun aku hanya sesekali melihatnya. Kalau tidak salah namanya adalah Ares Legiel. Seingatku ia pernah membantuku mencari Lynx.

Kulangkahkan kakiku menuju mereka berdua. Kukerahkan tenagaku agar bisa berjalan menuju mereka. Sementara aku kesusahan dalam belrjalan, mereka malah terlihat asik-asik saja. Ya.. walau begitu, entah kenapa aku senang melihatnya. Omong-omong, baru pertama kali bagiku melihat Lynx sangat akrab dengan orang lain selain aku dan Rachel. Tapi ya sudahlah, itu tidak penting.

"Lynx!" seruku dengan keras. Mendengar hal itu, Lynx langsung menoleh ke arahku. Serigala itu langsung berlari dengan sangat cepat ke arahku dan hampir membuatku terjatuh. Aku mengelus-elus bulu Lynx yang sangat halus. Ia membalasku dengan suara lolongannya yang kecil. Ah, aku sangat merindukannya. Padahal aku hanya pingsan beberapa jam, tapi aku sangat merindukan serigala pintarku ini.

"Sudah lama kita tidak bertemu ya, Sona," ucap Ares. Ah! Aku hampir saja melupakan kehadiran anak itu. Ia selalu memanggilku dengan panggilan Sona padahal teman-temanku yang lain tidak memanggilku dengan panggilan itu. Aku pun mengangguk kecil dan memberikan senyuman padanya sebagai responku padanya. Aku sangat jarang bertemu dengannya. Itu membuatku merasa sedikit canggung jika bertemu dengannya. Seperti saat ini.

Keadaan desa ini mulai kembali normal sedikit demi sedikit tiap harinya. Kegiatan di desa juga sudah normal. Suara tawa anak-anak kembali terdengar.

Omong-omong, aku dan Ares selalu bersama berkat pertemuan singkat waktu itu. Kami selalu bermain bersama, seperti memanjat pohon, berenang di danau, dan lainnya. Ditambah lagi aku tinggal di panti asuhan yang sama dengannya.

Semuanya berjalan normal kembali. Hingga akhirnya suatu hari raja dan ratu mengunjungi panti asuhan kami. Mereka datang untuk mengadopsi salah satu dari kami, anak-anak panti asuhan ini. Setelah mereka mengamati kami, tanpa diduga-duga mereka memilihku untuk menjadi anak angkatnya. Aku sangat terkejut mendengar keputusan itu. Yang kurasakan saat ini adalah rasa senang sekaligus sedih. Senang karena aku dipilih untuk menjadi anak angkat raja dan ratu. Sedih karena aku harus berpisah denga teman-temanku di sini.

Hari terakhirku di panti asuhan ini telah tiba. Semuanya telah bersiap di depan panti asuhan untuk menyambut raja dan ratu. Sedangkan aku sedang merapikan semua barang-barangku. Aku berjalan meninggalkan kamarku dengan sebuah tas kecil yang kugendong dan Lynx di sampingku. Ratu telah memperbolehkanku membawa Lynx bersamaku. Terlihat kereta yang sangat mewah juga raja dan ratu sedang menungguku. Mereka memberi senyuman hangatnya padaku yang kubalas dengan senyuman ramahku.

Sebelum akhirnya aku pergi meninggalkan panti asuhan ini, aku berpamitan dahulu dengan Ares dan teman-temanku. Ada beberapa yang terlihat sedih, namun ada juga yang terlihat senang. Ares terlihat murung ketika melihatku akan pergi. Akupun mnghampirinya.

"Apa kau baik-baik saja? Kau terlihat murung," tanyaku pada Ares. Ia hanya diam tidak berkata apapun padaku. Lalu, iapun memalingkan wajahnya dariku dan hendak meninggalkanku.

"Ares, tenang saja. Suatu hari nanti akan kubawa kau ke dalam kerajaan. Aku janji dan aku tidak akan melupakanmu maupun janjiku," kataku sambil meraih tangannya.

"Baiklah, akan kupegang janjimu." Akhirnya Ares meresponku. Itu membuatku senang. Ia tersenyum padaku dan kubalas lagi dengan senyuman.

Dengan sedih aku berlari meninggalkan Ares menuju raja dan ratu. Kami pun masuk ke dalam kereta mewah itu. Suara dari dua ekor kuda terdengar di telingaku. Roda mulai berputar dengan pelan, namun semakin cepat. Aku melihat ke luar jendela. Semua temanku melambaikan tangannya padaku. Lalu aku dikejutkan dengan sesuatu. Itu suara teriakan Ares.

"Akan kutunggu kedatanganmu suatu hari nanti," teriaknya

--o0o--

(10 tahun kemudian)

"Annabeth!" panggilku dengan keras. Ugh, di mana ia sekarang? Selalu saja begini, tidak ada saat aku membutuhkannya. Omong-omong, Annabeth adalah salah satu pelayan di kerajaan ini, tapi aku tidak selalu menganggapnya begitu. Aku selalu bersamanya di kerajaan ini sewaktu aku kecil hingga sekarang.

"I-iya, Putri Cartellia. Maaf atas keterlambatan saya." Aku menoleh ke arah sumber suara. Seseorang berlari kecil dengan tergesa-gesa menuju diriku. Ia datang lengkap dengan seragam pelayannya. Akhirnya Annabeth datang juga.

"Tak apa. Lagi pula, bukankah aku sudah memintamu untuk tidak terlalu kaku denganku bukankah kita sudah berteman sejak sepuluh tahun lalu?" kataku dengan jengkel. Ia hanya mengangguk dengan ragu.

"Hari ini ayah dan ibu memberitahuku bahwa mereka sedang ada keperluan di kerajaan lain. Mereka sudah pergi sejak pagi tadi. Tentu kau sudah tahu akan hal itu bukan? Lynx juga sedang tertidur pulas dan aku merasa sangat bosan di sini. Apa kau mau menemaniku berjalan melihat-lihat sekeliling kerajaan ini?" tanyaku

"Tentu saja, Putri Cartellia. Dengan senang hati saya akan menemani anda."

Kamipun berjalan di tengah lorong-lorong yang megah. Aku memang sudah sepuluh tahun tinggal di sini dan aku sudah hapal betul letak semua ruangan yang ada. Tapi sesekali aku diam-diam mengamati kembali setiap sudut di kerajaan ini. Siapa tau ada ruang rahasia di kerajaan ini yang tidak aku ketahui. Jika benar hal itu ada, mungkin aku akan sangat bangga pada diriku ini.

Aku menyentuh tiap-tiap tembok yang kulewati sambil mengamatinya dengan sangat teliti. Annabeth yang berjalan di belakangku terlihat heran. Mungkin ia merasa aneh dengan sikapku. Setelah lama aku berkeliling, terlintas sebuah ide di pikiranku.

Ruang kerja ayah!

Ayah dan ibu selalu melarangku masuk ke dalam ruangan itu. Mereka berkata bahwa aku boleh memasuki ruangan apapun kecuali satu, dan itu adalah ruangan kerja. Selalu saja begitu. Ruangan itu bahkan dijaga oleh dua orang penjaga. Aku terheran-heran. Memangnya apa yang ada di dalam ruangan itu? apakah ada yang mereka sembunyikan? Aku tidak tahu hal itu.

Aku tidak akan masuk ke dalam ruangan itu ketika ayah dan ibu ada di sini. Ya, ketika ayah dan ibu di sini. Tapi sekarang mereka sedang pergi. Itu artinya aku bisa masuk ke ruangan itu sesuka hatiku. Ini adalah kesempatanku. Aku selalu penasaran, apakah ada yang mereka sembunyikan di dalam ruangan kerja itu? Tapi tenang saja. Kini tiba saatnya untuk menjawab rasa penasaranku.

ENDLESS CARD WORLD : FIGHTING IN THE DARKNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang