Gue Caca, Dia Fhersnand, Dan Dia Agatha

424 98 22
                                    

Jangan lupa tekan bintang ya guys ❤❤

*
"Is that you? Where have you been? I think you never come. How could you do this?"
(Chareisa Putri Azka)

*

Satu hal yang sangat aku kutuk di dunia ini adalah suara dentuman bola basket di pagi buta. Tolong kalian pahami ya, pa-gi bu-ta. Pagi buta. Ini masih jam berapa coba? Aku mencoba menarik jam weker tikusku di samping ranjang. Lihat? Sekarang jam 6 loh. Its still midnight hello. Emang dasar kurang asupan itu anak, jam segini udah jedag jedug ganggu orang tidur aja.

Dug. Dug. Dug.

Astagfirullah. "Daddy please shut up his damn basketball! Caca baru aja tidur nih!" aku berteriak kesal seraya memasang earphone dan menarik selimutku menutupi kepala saat suara bola basket terdengar menggema di sepanjang lorong lantai dua, dekat dengan kamarku.

Untuk sesaat suara menyebalkan itu menghilang. Atau ini efek earphone yang kupasang lengkap dengan volume gila-gilaan. Masa bodoh telingaku nyut-nyutan yang penting lanjut tidur. Oh iya tadi terakhir mimpi apa sih gue?

Nggak sampai satu menit aku larut dalam alunan soundtrack anime naruto dengan background aku sedang lari-lari kecil di sepanjang pantai entah di daerah mana, tubuhku terasa seperti menghantam sesuatu sekeras baja. Sumpah. Tubuh mungilku rasanya seperti mau patah.

"Kebo cantik bangun, ini udah jam 6 siang sayang," cowo di depanku menampilkan cengiran idiot yang menurut kaum wanita itu sangat menggoda, sedangkan menurutku itu sukses bikin aku muak pengen ngejitak makhluk ini habis-habisan.

Aku tidak habis pikir dia berani membangunkanku dengan melempar bola basket segede itu ke tubuhku. Wajahku memerah. "Lo!!! Keluar!!!!" teriakku kesal seraya memukul Fhersnand dengan earphone kesayanganku.

"Caca tadi gue nggak sengaja sayang, gue kira lo di kamar mandi. Mana mungkin kan, kaka ganteng lo ini ngelempar bola basket ke tubuh kecil lo? Bisa dicoret dari nama keluarga sama bokap entar." Fhersnand berusaha mengelak pukulanku sambil tetap mempertahankan cengiran idiotnya. Aku tidak peduli. Tanganku masih sibuk memukulinya pelan dengan sisa tenaga bangun tidurku setelah terhantam bola kingkong, hingga terdengar bunyi krak yang membuatku dan Fhersnand saling menatap.

"Caca earphone kesayangan lo," Fhersnand tersenyum pahit. Aku merasakan wajahku memanas saat kulihat earphone merah kesayanganku, hasil curian kalah taruhannya dia, patah di bagian tengah.

"Ca,"

"Get out you stupid! We are over! Fuck you!!!"

Fhernsnad tertawa. Aku mendorongnya kasar lantas berlari cepat ke kamar mandi. Kudengar Fhersnand berteriak, "Alhamdulilah mandi juga. Gue tunggu di luar ya sayang. Ini kan hari pertama lo sekolah di SMA gue."

"Fhersnand damn you!" aku balas berteriak kesal dari dalam toilet. Ya tuhan its still midnight and he talks about school? What the.

Dia Fhersnand. Kembaran tersayang Caca. Dan Gue Caca. Kembaran tercinta Fhersnand. Sumpah aku sangat bohong saat mengatakan itu kepada kalian.

*

Aku berjalan malas menuju meja makan yang telah penuh oleh masakan Fhersnand. Sebenarnya ini tidak penting, tapi si idiot itu chef di rumah kami, entah anak siapa dia bisa jago masak makanan enak. Ayahku seorang manager di sebuah bank swasta dan dia sangat sibuk sekaligus anti dapur, tapi dia ganteng seperti Fhersnand. Tunggu, apa? Hell aku lupa kalo aku masih dalam tahap agresi militer dengan Fhersnand.

DEAR LIARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang