Jangan lupa vote dulu ya 🙏🙏
Makasih udah mau baca cerita ini ❤❤*
"Aku baru tahu kalau kamu bisa sekaku ini padaku."
(Chareisa Putri Azka)*
Aku tersenyum samar mendengar penjelasan Elena. Lihat? Aku bahkan belum berfikiran sejauh ini untuk menampar wajah Aga terang-terangan. Kita buktikan nanti. Seharusnya Aga langsung mengingatku setelah dia melihat tarian Balletku.
*
Fhersnand masih belum datang. Aku sengaja menunggunya di dekat lapangan basket karena hanya tempat itulah yang masih ramai oleh para siswa anggota basket dan juga cheerleader. Sepintas aku melihat Viola curi-curi pandang ke arahku. Apa yang harus kukatakan padanya tentang pertemuan sembunyi-semebunyianku dengan Aga? Membahas Aga membuat wajahku memanas. Cowo ganteng tak berperasaan itu kini tengah mendribel bola basket dengan tangannya yang lincah sambil berusaha menerobos tubuh Leon. Tepuk tangan langsung terdengar dari para cewe-cewe setelah Aga memasukkan bola menyebalkan itu ke ring.
Aku tersenyum samar saat Aga dan Leon saling membenturkan dada mereka sambil tertawa. Khas cowo banget, aku suka. Hm, kalau aku video dia gapapa kan ya?
Aku lantas mengeluarkan ponselku dan mengarahkan kameraku pada tubuh proporsional Aga. Senyumku terus mengembang ketika merekam permainan basket Aga yang entah kenapa tidak membuatku kesal karena debumam suara basket yang dia buat. Ah iya aku lupa. Phobiaku selalu hilang kalau Aga yang memegang kendali atas bola oranye itu. Aneh memang.
"Masih ngelakuin itu Ca?" Viola entah sejak kapan kini telah duduk di sampingku, menampilkan senyum manisnya yang entah kenapa terlihat menegangkan dimataku. Aku buru-buru mematikan ponselku sambil tersenyum kecut.
"Sejak dulu lo selalu ngerekam Aga yang lagi latihan basket. Nggak bosen?" tanya Viola yang membuatku kaget.
Aku menatapnya serius. "Lo tau darimana?"
"Kalian dulu kan terkenal banget di sekolah." Viola menjelaskan.
"Hah? Terkenal gimana?" tanyaku cepat. Masalahnya setauku cuma Aga yang jadi sorotan di sekolah, dan aku? Ah, apa karena aku sering di bully makanya aku terkenal? Pikirku miris.
"Caca ya ampun. Siapa sih yang nggak kenal Reisa Aga? Dimana ada Reisa pasti disitu ada Aga. Thats why Tara bulllied you babe. Lo deket banget sih sama si Aga dulu itu," cetus Viola enteng.
"Vi, lo nggak cerita ke Aga kalo gue Reisa kan?" tanyaku kemudian. Kulihat Aga menatap kami penuh tanda tanya dari kejauhan. Latihan basket telah berakhir, harusnya Fhersnand sudah kembali dari rapat sibuknya.
"Ca, lo nggak tau ya?"
"Apa?"
Viola terlihat berfikir. Aku menunggunya. Gadis cantik di depanku menatapku tak nyaman. "Sebenarnya Aga.."
"Gue kenapa?"
Jantungku mencelos. Aga telah berdiri di depan kami lengkap dengan tas dan seragam basketnya. Aku terpengarah pada liontin berbandul cincin di lehernya. Jangan bilang kalau dia couplean liontin sama si Elena. Batinku panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR LIAR
Teen Fiction"Gue cinta elo, Ca. Sumpah kangen banget gue sama lo." Aga merengkuhku. Tunggu dulu. Dia bilang apa?! Sebelum aku menghajar cowo kurang ajar di depanku, si Agatha sialan ini telah merusak wajah suciku dengan ciuman kilat naudzubilahnya. Aku harus pi...