Aku. Kau. Ballet.

88 15 3
                                    

Jangan lupa vote dulu ya 🙏🙏 Selamat membaca ❤❤

*
"Sejujurnya, aku tidak pernah bersaing dengan siapapun."
(Chareisa Putri Azka)

*

"So? How you start this game?"

Aku menghembuskan nafas pelan, lantas menatap earphone merah pemberian Aga, satu-satunya benda darinya yang masih kusimpan. "Masuk tim Ballet dan nunjukin tarian gue ke dia." Sekalian nyaingin pacar tercintanya, Elena.

*

Siang ini matahari bersinar terlalu terik. Jam istirahat di cuaca panas seperti ini membuat banyak murid-murid lebih memilih menghabiskan waktunya di sepanjang koridor, berharap bisa menghalau udara panas yang membuat dahi mereka berkeringat. Aku mulai merapikan buku-bukuku tepat setelah teman-teman cewe di kelasku mengajakku pergi ke kantin. Aiko tidak masuk hari ini, kakak sepupunya baru tiba dari Thailand dan memintanya untuk menjemputnya di bandara. Alhasil aku sendirian di kelas, mencoba sebiasa mungkin terlihat akrab dengan teman-teman yang lain. Citra dan Tasya melambaikan tangan mereka setelah aku menolak untuk pergi ke kantin.

Aku mengarahkan pandanganku ke luar kelas, tepat ke lapangan basket. Sejak kapan tempat itu dipenuhi anak-anak basket? Sepertinya cuaca panas tidak mempengaruhi mereka untuk tidak latihan bersama. Kudengar dua bulan lagi ada perlombaan olahraga tingkat Jawa Tengah dan sekolahku menjadi tuan rumahnya. Aku merasakan nafasku tercekat saat kulihat Aga tengah mengacak-acak rambut Viola setelah gadis itu mencoba merebut bola basket dari tangannya. Kenapa aku baru sadar tentang gadis lainnya Aga? Bibirku tertekuk. Tidak enak melihat kedekatan mereka siang-siang begini.

"Caca ada yang nyariin lo nih." Tita berteriak dari depan pintu kelas sambil melongokkan kepalanya untuk melihatku.

"Siapa Ta?" tanyaku cepat sambil beranjak dari tempat duduk. Tatapanku terpaku pada gadis cantik di depanku. Dia mengikat rambutnya sebagian, membuatnya terlihat imut dan cantik. Senyumnya merekah saat melihatku.

"Hai Lit. Gue ganggu?" tanya Elena ramah. Aku menggeleng. Fokusku masih berpusat pada kecantikan Elena yang membuatku jatuh sedasar-dasarnya. Siapa sih yang nggak suka sama Elena kalau dia aja secantik dan sebaik dan sepintar ini?

"Bagus. Ada yang mau gue bicarain sama lo. Tentang Ballet." Elena menjelaskan. Ah, Aga pasti yang memberitahunya.

"Lo beneran mau ikut Ballet?"

"Ada seleksi?" tanyaku untuk yang pertama kalinya. Elena tersenyum. Sepertinya dia tipe yang selalu tersenyum apapun keadaannya.

"Nggak ada seleksi. Cuma seleksi alam. Lo tau sendiri kan nggak banyak orang yang minat sama Ballet?"

"Jadi gue diterima?" tanyaku sedikit kaget. Masalahnya waktu di Sydney sana aku harus mengikuti seleksi yang ketat. Butuh waktu dua bulan untuk menentukan siapa yang layak bergabung menjadi penari Ballet.

Elena mengangguk. "Nanti jam tiga bisa dateng ke sanggar kan? Ada rapat penting yang harus dihadiri semua anggota. Lo tau sanggarnya dimana?" Elena menatapku. Aku tersenyum getir saat dia mengalihkan pandangannya setelah seseorang memanggil nama belakangnya.

"Gue tau kok. Nanti gue kesana," ucapku berbohong. Aku tidak bisa berjalan berdampingan dengan Elena. Tidak bisa.

Elena menepuk pundakku lembut. "Oke Lit. Gue tunggu kedatangan lo." Gadis itu menampilkan senyuman cantiknya lantas berlari menuju sekumpulan anak basket yang tengah melakukan pemanasan.

DEAR LIARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang