Fadil POV
Menikmati dinginnya suhu di awal pagi menjadi sesuatu yang tak kutinggalkan, bau pagi yang baru lahir menjadi candu tersendiri untukku, apalagi cahaya oranye yang sedang malu-malu mengintip dari timur itu, terlihat sangat manis. Asstaghfirullah sejak kapan aku jadi penyair menggelikan begini? Tanpa sadar kekehan kecil keluar dari bibirku.
"Eheem"
Deheman seseorang disampingku mengusik pengamatan yang tengah kulakukan, Dia berdiri dengan masih menggunakan baju koko biru mudanya dengan bawahan sarung motif kotak-kotak, pakaian yang sama Dia gunakan untuk pengajian subuh tadi.
"Eh pun dangu Kang?" tanyaku padanya
"Sampun Gus,, sampean dari tadi ngelamun terus, awas ati-ati kesambet setan lho nanti"
Aku terkekeh pelan, Dia adalah Kang Oziq, nama lengkapanya Muhammad Roziq Tibyani, Kakak kandungku umurnya lebih tua 2 tahun dariku, Keadaan kami yang terpisah dengannya sewaktu Dia menimba Ilmu di luar kota tidak membuat kami canggung. Umur 7 tahun Kang Oziq sudah menimba Ilmu di Pesantren Al-Irsyad Jombang selama 6 tahun, enam tahun setelahnya dia habiskan dengan menimba Ilmu di Pondok Sirojul Tholibin Yogyakarta. Meraih gelar Doktor Ilmu Hadist di Marmara Universty Turki tidak membutuhkan waktu banyak baginya, yaa karena dia dari lahir memang sudah terlahir dengan otak encernya. Berbeda denganku yang berotak bebal ini.
"Mboten nglamun lho Kang,, namung lagi menikmati pemandangan"
"Oh kirain nglamun to Gus, lha sampean senyum-senyum sendiri"
"Mboten Kang, Oh iya gimana persiapan pernikahan sampean?"
Dia tersenyum, beberapa bulan lalu kakakku ini telah berhasil mengkhitbah seorang Neng dari pondok pesantren teman Abah.
"Alhamdulillah,, pandongane nggeh semoga lancar"
"Amiiiin, Ya udah nggeh Kang Kulo badhe siap-siap rumiyen, badhe kuliah"
"Enggeh..monggo"
***
Hari ini aku memang sengaja berangkat kuliah lebih awal, yaah sebagai tanda terima kasihku juga sih, terima kasih pada teman sekelasku yang lagi-lagi sudah mau mengerjakan tugasku. Sebenarnya aku juga kasihan membebani dia melulu dengan tugasku, tapi bagaimana lagi waktuku benar-benar terbatas.
Keadaan benar-benar masih sepi, hanya ada seorang gadis sedang duduk di bangku paling depan yang tengah mengecek tugas mungkin. Kuhirup nafas dalam-dalam dan Kakiku berjalan semakin mendekatinya."Iff. Gimana tugasku??"
Terhenyak dia menoleh, Ups Maaf aku mengagetkannya. Dia adalah perantara Allah untuk membantuku dalam urusan tugas-menugas, Hari ini memakai jilbab hijau tosca, yang sangat sederhana.
"Beres !!" Diacungkan jempolnya
"Habis berapa? "
"Foto copy plus jilidnya lima belas ribu ". Dia menyerahkan nota pembayaran
"Nuhun yaa Iff,, nggak kurang lima belas ribu? "
"Buat kamu lima belas ribu aja deh, tapi plus semangkok bakso dan segelas es Teh"
Lihatlah dia baik sekali kan.
Setelah kucek tugas-tugasku, dan iya ini lengkap sekali, bagaimana dia bisa mengerjakan ini semua dalam waktu dua malam? Dia memang salah satu mahasiswi cerdas di kelasku, tak salah jika beberapa mata kuliah menobatkan dia sebagi Asdos. Oh iya aku lupa untuk memperkenalkannya pada kalian, Dia adalah Syarifah Nur Hasanah, teman-teman sekelas biasa memanggilnya Ifa.
"Subhanallah super sekali!!" Pujiku Tulus
"Mas bakso sama es Teh nya gimana nih?"
Dia tak terpengaruh dengan pujianku tetapi teringat si Bakso sama si es teh.
"Tak kasih mentahnya aja ya?" kamu beli sendiri Ku keluarkan dompetku lagi
"Hahaha Bencanda kali Mas, aku tadi udah makan kok "
"Lhooh nggak apa-apa lho, ini beneran aku ikhlas "
Kulihat dia sedang memerhatikan lembaran di tanganku"Ini buat mahar kah? "
Apa katanya? Otomatis aku menatap matanya, Masya Allah tatapan macam apa ini? Wajahnya yang bersih tanpa jerawat, komposisi alis dan bibir yang pas, hanya bentuk hidungnya yang unik, dan kenapa dengan matanya? Dia benar-benar terlihat sangat polos. Manis! Asstaghfirullah !! Selama kuliah aku selalu menjaga pandangan dengan lawan jenis, dan baru kali ini aku kelepasan memperhatikan detail wajahnya. Setan mainnya alus Broo !!!
"Bu..buat beli bakso" Ada apalagi ini dengan suaraku coba?
"whahahahaha Just Kidding Gus,, Pliiis Sellow , wajah kamu whahahah ,,Afwan.. "
Kulihat dia mencoba meredakan tawa.
Aku beristighfar berkali-kali dalam hati, menetralkan debaran aneh ini. Akhirnya aku tertawa, Sumbang?"Ya udah aku keluar dulu ya,
mau ngrokok, nanti kalau mau bakso bilang aj_""Mau traktir?" potongnya
"Iya, tapi mentahnya aja,"
Cengiranku mengantar kepergianku, akan banyak bahaya jika aku dan dia berada dalam kelas yang masih sepi ini, mending aku tunggu di luar sampai yang lain datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDU YANG BERLALU
SpiritualSyaifa Nur Hasanah " Sesungguhnya bukan kamu yang membuatku takut, tapi hati ini yang kian sulit untuk kukendalikan". Muhammad El-Fadil Hidayat " Kenapa aku selalu ingin terus melihatmu? Padahal dengan pasti aku sudah tahu bahwa perasaan ini salah"...