11. CERDAS, MENYEBALKAN?

234 12 0
                                    

IFA

Kakiku melangkah lunglai memasuki kelas, hanya sapaan salam yang aku ucapkan selagi memasuki kelas yang dijawab oleh hampir keseluruhan orang yang berada di dalam kelas.

Suasana kelas lumayan penuh, mengingat kedantanganku hari ini mepet jam masuk.

"Eh.. Faa Tahu nggak, ada gossip ter-Hooot"

"Apa?"

"Ihh.. Kok lemes sih,, Ini kan berita ter-Hooot yang berkaitan dengan kelas kita"

Ucap Neni antusias

"Kelas kita bakan ada yang taken duluan deh Fa,, Dan saat hari itu tiba, kita bakalan melalui hari patah hati regional"

Si Ratna ikutan nimbrung dengan pembicaraan kami

"Padahal ini aku udah bela-belain putus lhooh, tapi tetep aja kagak dilirik sama si Doi"

Suara Selly terdengar sendu

"Taken ? Doi? Kalian ngomongin siapa sih--?"

"Assalamualaikum!"

Suara Dosen Pengampu mata kuliah hukum Internasional kami menggema, dan otomatis membuyarkan aksi grupies kami.

###

Kuketuk-ketukan jariku di atas meja dengan kepala diatas tumpukan buku, Masih terbayang-bayang obrolan Mama sama Papa tadi pagi

"Papa kasih waktu satu minggu buat bawa pulang calon kamu ya Fa, itupun kalo kamu ada calon, Kalau ndak ada calon, minggu depan keluarga Pak Dhe Karwo akan datang kesini"

Satu minggu,,, satu minggu, kok ini tugas lebih berat ketimbang ngerjain 2 esay dan 3 jurnal ilmiah sekaligus ya, masalahnya tuh ya, Aku ndak ada pandangan siapa yang bakalan ku ajak ke rumah dan ku kenalkan sebagai calonku.

Asstaghfirulloh Ndak ada salahnya kali ya, cobain terima perjodohan.

Tapi yang salah itu maindset, aku yang dari awal udah gak sejalan dengan hal-hal yang berbau perjodohan.

Yaa Raabb.

"Iff,, Ini kan buku yang kamu cari,, aku nemuin di rak bagian hukum yang paling atas"

Cowo yang beberapa tahun ini ngglibet mulu di sekitarku menarik kursi di depanku

Aku jelasin keadaanku sekarang ya, ini sekarang aku sedang di perpustakaan bersama GusPer dalam rangka kerja kelompok salah satu mata kuliah.

"Iya, Makasih"

Jawabku masih dalam posisi yang sama

"Wistoolah,, ndak usah terlalu dipikirin, pokok tugasnya dikerjain sebisa dan semampunya aja, ndak usah baik-baik juga ndak papa kok"

Aku masih diam mendengarkan dia melanjutkan ucapannya

"Kamu kerjain yang rapi ya, ini aku udah cari bahan-bahannya, tinggal kamu ramu aja. Kapasitas otak kamu kan Subhanallah jadi ini udah cukup kalau kamu yang mikir tugasnya"

Kutegakkan kepalaku menghadapnya sambil melayangkan tatapan kesal.

"Maksudnya?"

Dia tertawa

"Gini Iff.. Kamu tahu sendiri kan, kalau acaraku itu full, kalau pagi ke MI kalau malam bantuin Abah, Nga--"

"Iyaa, tak kerjakan sendiri!"

"Alhamdulillah,, Tak doakan semoga apa yang menjadi hajatmu segera terkabul Iff"

"Amiin"
Sesebel-sebelnya aku ya, yang pasti aku gak bakalan lewatin kata Amin  saat dido'akan.

Dia menata buku-buku yang dia dapatkan tadi di depanku dan bermaksudn menyerahkannya padaku.

"Udah selesaikan,, Aku balik dulu ya, ini mau ada acara"

"Udah gitu aja? Ini kamu beneran tega serahin semua tanggung jawab tugas ke aku?"

"Aku yakin kamu sendiri aja udah bisa handle tugas ini kok"

"Aku butuh perjuangan berat lho sampai berhasil buat kamu menginjakkan kaki di sini, masak iya cuma pergi gitu aja, udah nemuin buku jadi udah ngerasa lepas tanggung jawab gitu yaa"

Dia tersenyum manis, dan aku mati-matian tidak melihat ke arahnya.

"Terimakasih Iff, atas bantuanmu selama ini. Maaf memang karena keterbatasan waktu, aku benar-benar belum bisa bantuin, dan Saya tahu bagaimana kemampuanmu, Jadi--"

"Kamu ndak tahu kemampuanku yang sebenarnya sih mas, aku ndak secakap yang kamu pikirkan"

Selaku sebelum dia menyelesaikan ucapannya

"Kamu itu wanita mandiri dan cerdas Iff"

"Terkadang menjadi cerdas itu menyebalkan!"

"Lhoh,, ndak boleh bilang kayak gitu Iff,, Itu namanya kufur"

"Asstaghfirullohaladzim.. Sepertinya memang benar berharap kamu ngerjain tugas itu kayak berharap dilamar sama kamu, mustahil!"

Dia tertawa sambil berdiri

"Di dunia ini tidak ada yang mustahil Iff, jangankan nglamar, nikahin kamu aja bisa kok jika Allah berkehendak"

Aku menahan mataku untuk melotot atas ucapannya

"Mas, buruan pergi sana!"

Dia tertawa

"Ngusir nih critanya"

"Iya, mendingan kamu pergi dari pada tetap disini yang mengakibatkan aku terinfeksi virus kebaperan"

Dia tersenyum

"Jangan baper sama Saya Iff!"

"Iya aku tahu, maka dari itu buruan kamu pergi dari sini, masalah tugas biar aku selesein sendiri"

"Siap Bossku!"

Bosku?
Kapan ganti jadi istrimu?

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Aku tak mau melihat ke arahnya yang beranjak meninggalkanku, aku lebih memilih membuka tumpukan buku yang ada di depanku.

Dan iya,, menjadi orang cerdas itu menyebalkan. Karena aku tahu dengan pasti, bahwa kami berdua tidak sedang berada dalam Amin yang sama.

NOTE :

Ada yang pernah berada di posisi Ifa nggak?

Kalian udah tahu dari awal, bahwasanya kalian tidak bisa bersatu dengan seorang cowo, tapi kalian masih aja berharap.

Meskipun tidak dengan gamblang kalian omongin ke orang lain, tapi tiap kali ada obrolan terkait suami atau calon suami atau jodoh tapi tiba-tiba pikiran kalian ada di cowo itu?

Naah.. inilah yang sedang dirasain Ifa, Apalagi keluarga udah ngejar banget buat jodohin ke anak temennya bokap,

Punya pandangan jodoh tapi ndak tahu harus bagaimana,

Bingung kan jadinya Ifa.

Apalagi sifatnya si Fadil yang emang bawaannya cuek dan gak sadar kalau kelakuannya bikin anak orang suka baper. Duuh ndak peka banget sih Mas nya.

Makasih yang udah mau baca :-) Dan kasih Vote juga:-)

Maaf upatenya ngaret banget.. Ini mumpung liburan,, InsyaAllah bakalan rutin update seminggu tiga kali.

Nuhuun

RINDU YANG BERLALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang