4. RESEPSI

279 13 0
                                    


Kulirik wajahku di cermin, Mayan lah hasil make up kilat, Foundation tipis sewarna kulit, sedikit blass on biar pipi sedikit bersemu, dan terakhir sentuhan lipgloss pink.

Gaun merah maroon dengan rok panjang semata kaki dengan aksen sedikit renda di bagian leher, Sederhana sih,, tapi cukup elegan.

Untuk pilihan jilbab tetep Aku pilih panjang menutup dada, meskipun menutup renda dibagian leher nggak papa sih, yang penting tetep Syar’i. Siip Daah Perfecto .

Persiapan walimatul ‘urs nya sahabat sepopok-anku dan mantan calon gebetan tentunya. Si GolBin.

Tin Tin !!

Tin Tin !!

Entahlah si pendiem itu ternyata punya hobby baru, yaitu tak sabaran. Siapa lagi kalau bukan Kikan. Sabahatku satu ini memang unik, orangnya pendiem cenderung cuek tetapi sangat perhatian dengan orang yang dia sayang.

Dan Dia adalah orang pertama setelah keluargaku yang sangat bahagia karena keputusanku untuk berhijrah.

Kulihat dia sedang mengobrol dengan Mama di ruang tamu.
Sedikit berbasa-basi dengan Mama akhirnya kami berangkat menuju gedung resepsi sahabat kami Ratna.

###

“Bissmillahhi rahmannirahim”
Kulihat Kikan terkikik melihat tingkahku

“Kenapa?”

“Enggak kok”

Masih dengan kikikannya

“Kenapa Sih?”

Akhirnya dia berhenti tertawa

“Yang ditakdirkan untukmu pasti tidak akan melewatkanmu kok, Jangan takut dan Khusnudzon”

Dia tersenyum manis dan mengusap punggungku
Aku ingin menangis bukan karena mantan calon gebetan yang mau nikah sama sahabat, tapi karena perlakuan sahabat satu ku ini yang menyebalkan sekaligus sangat manis.

“Amiiin” Jawabku tulus

“Insyaallah Kamu bakal dapat Imam yang lebih baik dari GolBin kok”

“Amiiin Yaa Rabb, Semanis Ali bin Abi Thalib ya?”

“Insyaallah, Na’am”

Kami cekikikan bersama, dan bergegas memasuki gedung Resepsi.

Dekorasi yang mewah menurutku, wajar saja sih, kedua mempelai dari keluarga berada.

Tempat duduk tamu terpisah antara tamu laki-laki dan perempuan, untuk bridesmaid pun semua memakai hijab.

Sepasang Raja dan Ratu sehari tampak menduduki kursi kebesarannya.

Ratna sangat cantik dengan gaun biru muda dengan hijab sewarna senada, begitu juga dengan Kak Govinda yang tampak sedikit ganteng.

Okey sedikit ganteng ya, Catet!!
Aku dan Kikan berjalan menuju pelaminan, Ratna histeris melihat kedatangan kami.

“Iffa…. Kikaaan…. Aku kira kalian nggak datang”

“Mana mungkin kami nggak dating sih Na, Kan demi Kamu ini” sahut Kikan

“Ya Allah makasih yaa”

“Kok makasih sih,, nggak ada kata makasih lho buat persahabatan kita” Aku berpura-pura merengek

“Iyaa Sayangkuuh..Eh foto dulu ya”

Ratna menarik kami untuk berfoto bersama, dari gaya formal sampai gaya alay pun kami lakukan. Apalagi dengan kedatangan beberapa teman SMA kami, seperti lupa diri dikira kita sedang resepsi.

Hampir lebih lima belas menit kami membuat pertunjukan ala-ala remaja alay, Dan membiarkan kami jadi tontonan tamu yang lain.

Aku baru menyadari sosok yang sedang menonton kami di pojokan kanan, seorang pemuda dengan baju batik warna biru muda.

Kenapa Dia ada disini?

Tunggu bajunya sepertinya sama dengan beberapa orang di sini juga, Apa mungkin dia kerja jadi WO misalnya?

Kikan menarik tanganku ke arah meja mie ayam, Baiklah mie ayam lebih menggiurkan dari pada orang itu.

Setelah mengantri mie ayam kami duduk dan menikmatinya.

“Fa Kamu pengen minum apa? Es Buah?”

“Aqua aja Ki, Lagi males sama Es Buah”

“Ok, Aku ambilin dulu ya”

Ku acungkan jempol kepadanya.
Waktu eksekusi mie ayam terganggu karena saos sambal di mejaku habis, tengok kanan-kiri ku coba mencari mangsa.

“Nih”

Sebotol saos sambel tersodor di depanku

“Sukron, Ust !”

Dia tak menjawab dan duduk di depanku

“Kamu bolos ya?”

“Aku lagi ngurus mega proyek kok”
“Hahaha Mega Proyek?”

“Iya Mega Proyek. Proyek eksekusi mie ayam”

Dia tertawa lagi

“Emang ketua kelas boleh ya bolos?”

“Enggak ngaruh kali, IPK ku gak bakalan turun kok gara-gara bolos sekali”

Dia tertawa lagi, Kenapa dari tadi ketawa mulu sih ni orang. Nggak tahu ya ini hati udah ketar-ketir dari tadi.

“Kamu ngapain Ust disini? Mega proyek apaan? Di sini?”

“Iya ini Mega Proyeknya, di sini”

Cari referensi buat nikahan kita kelak ya Ust ? Plak !

“Kamu temennya Ratna?”

“Iyap”

“Mie ayamnya enak banget ya? Lahap banget makanya”

Kuputar mataku kearahnya

“Mau makan kamu juga masih haram, terus aku harus gimana?”
Lagi-lagi dia tertawa, Masyaallah kenapa orang ini.

“Fadil… Le, kesini kita foto keluarga dulu” panggil seorang ibu-ibu dari atas pelaminan.

“Enggeh Mii,,,”

Dia berdiri

“Aku tinggal dulu ya If.. pelan-pelan makannya, nanti kalo udah
Habis aku rela gantiin kok”
Reflek aku menoleh

“Gantiin Apa?”

Dia tak menjawab hanya tersenyum dan pergi begitu saja.
Dari tempatku duduk masih kuperhatikan dia yang sedang dalam sesi foto bersama yang bisa kupastikan adalah keluarganya.

Kulihat seorang gadis tengah berbincang kepadanya dengan sekali-kali melihat ke arahku, yang disusul dengan tawanya.
Dan si GusPer hanya tertawa tak berani melihat ke arahku sama-sekali.

Aku merasakan ganjalan aneh dan mataku tak mau berpaling sedikitpun dari tawanya, dan baru kali ini mie ayam tak berarti sama-sekali di mataku.












RINDU YANG BERLALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang