chap 2

10.6K 984 25
                                    

"Bos, kita sudah melenyapkan tikus-tikus itu" sebuah seringai licik muncul diwajahnya saat dia mendengar laporan bawahannya itu.

Tidak ada yang macam-macam dengan Irvin Atmabrata dan bisa lepas begitu saja. Hukuman paling ringan bagi siapapun yang mengganggunya adalah kematian. Kematian yang pelan dan nikmat(?).

Irvin Atmabrata, seorang pengusaha muda yang telah sukses mengembangkan bisnisnya ke beberapa negara besar, kesuksesan dan kejeniusannya sudah bukan menjadi rahasia lagi, di  usianya yang kini menginjak angka 30 tahun dia sudah mendapatkan semuanya, kekayaan, kekuasaan dan tentu saja ketampanan yang tidak perlu diragukan lagi.

"Andrew, antar aku ke corner cafe" laki-laki yang dipanggil Andrew itu segera mengikuti langkah bosnya keluar dari gedung perusahaan.

Akhir-akhir ini bosnya sering ke kafe itu dan selalu pada jam yang sama yaitu 10 pagi, ia akan disana selama 15 menit, kemudian dia pasti akan kembali lagi ke kantornya. Ini sudah hari ketiga dia melakukannya, namun Andrew masih belum menemukan keistimewaan dari kafe itu, sehingga membuat bosnya yang sibuk itu menyempatkan waktu untuk pergi ke kafe kecil itu.

"Tunggu disini" dan selalu seperti ini, bosnya akan menyuruhnya menunggu didalam mobil. Entah apa yang dicari bosnya itu didalam sana.

"Ini sudah ketiga kalinya Anda mengikutiku, tuan" suara wanita yang berada dibelakangnya itu, membuat Irvin tersenyum, gadis itu kini sudah berada dihadapannya, menatap dirinya tajam. Gadis ini begitu lucu pikir Irvin.

"Apa aku yang menjadi targetmu selanjutnya, tuan Irvin Atmabrata?" tanya gadis itu tajam.

"Aku sudah bilang aku tidak akan membunuhmu" jawab Irvin santai.

"Bukan membunuh, tapi kau akan menaklukkan ku, benar begitu tuan?" Irvin begitu salut dengan intuisi dan ketenangan gadis itu. Ya, memang benar dia akan menaklukkan wanita itu, menjadikannya sebagai wanitanya.

"Menaklukkan? Bukankah kau terlalu percaya diri, nona Rena Wijaya?" Rena mendengus, menatap mata laki-laki itu yang masih memandanginya dari tadi.

"Sejak kapan Anda jadi seorang pembohong, tuan?" tanya gadis itu sinis.

"Kau sudah mengikutiku selama 3 hari ini, dan selama 3 hari itu kau selalu mengamatiku, tanpa menyapaku, ada apa tuan Irvin? Apa yang kau rencanakan sebenarnya?" Irvin hanya tersenyum samar. Setelah beberapa menit saling pandang akhirnya Irvin membuka mulutnya.

"Jadilah sekretarisku" tanpa diduga, Rena justru tertawa mendengar jawaban itu.

"Secretary? Or very very personal secretary, sir?" tanya Rena dengan seringai yang menghiasi bibirnya.

"Both" jawab Irvin dengan tegas dan yakin.

"Maaf, saya tidak tertarik" dengan itu, Rena pergi dari hadapan Irvin yang masih tersenyum penuh perhitungan. Irvin menyusul langkah Rena, meninggalkan kafe itu. Menarik tangan wanita itu saat dia sudah berhasil menyamai langkah kaki Rena.

Rena yang tidak mau membuat keributan hanya mengikuti langkah laki-laki itu, bahkan ketika dia sampai di mobil laki-laki itu, Rena tetap dengan tenangnya duduk disebelah Irvin.

"Jadi, ada apa lagi, tuan?" tanya Rena langsung, dia tidak mau berlama-lama dengan lelaki berbahaya ini.

"Bukankah kau pernah bilang, kau belum puas memandangiku? Aku hanya memberimu kesempatan sekarang" Rena secara terang-terangan menatap Irvin dari atas kebawah.

"Apa kau akan telanjang, tuan?" Irvin tak bisa membendung tawanya saat mendengar pertanyaan Rena. Berbanding terbalik dengan bosnya, Andrew yang sedang menyetir malah bingung dengan interaksi kedua orang itu, dia menatap Rena dari kaca spion, menurutnya, Rena bukanlah tipe seorang wanita penggoda.

"Jangan lihat aku seperti itu!"

"Jangan melihatnya, Andrew"

Seruan dari dua orang dibelakangnya membuat Andrew gugup, mereka benar-benar cocok pikir Andrew.

"Maaf, tuan" gumam Andrew pelan.

"Jadi, nona kau mau aku telanjang hmm?" Irvin melanjutkan obrolannya yang sempat terputus.

"Aku sebenarnya penasaran, tapi mentalku sepertinya belum cukup kuat" ucap Rena dengan jujur.

"Turunkan aku didepan sana, aku sudah puas melihat wajahmu" ucap Rena asal, Andrew semakin bingung dengan bosnya dan wanita ini, sejak kapan bosnya jadi mudah tertawa? Dan wanita itu? Apa dia tidak punya rasa takut?

"Jangan berhenti, Andrew, kita ke perusahaan ku" Andrew hanya mengangguk menuruti perintah bosnya.

"Apa kau mau pamer, tuan?" tanya Rena, sarkatis.

"Tidak, aku hanya ingin menunjukkan apa yang kau lewatkan dengan menolak tawaran ku tadi"

"Aku tidak peduli dengan gedung Anda, tuan, aku sudah bilang, aku tidak mendukung perbuatan illegalmu itu" jawab Rena dengan tegas.

"Jadi, karena itu, katakan padaku, bagaimana kau bisa tahu, aku akan membunuhnya" tanya Irvin penasaran, dia yakin bahwa dia sudah melakukannya dengan hati-hati dan sempurna.

"Mengamati tindakan dan gerak-gerik seseorang itu menyenangkan, tuan"

"Ah, jadi kau mengamatiku? Bagaimana bisa aku tidak sadar" gumam Irvin.

"Karena kau terlalu fokus pada mangsamu, dan posisiku berada ditempat para jalang itu sedang berkumpul, kau pasti menganggap ku salah satu dari mereka yang mengagumi wajah dan tubuhmu" cerdas...pikir Irvin. Siapa sebenarnya wanita ini? Dia sudah mengumpulkan semua informasi mengenai seorang Rena Wijaya, namun tak ada satupun data yang menunjukkan dia tergabung dengan gang ataupun mafia. Masa lalunya pun bersih, dia dibesarkan di keluarga yang bahagia. Lantas, kenapa dia bisa tenang seperti ini?

Dorr

Sebuah tembakan di kaca mobilnya membuat Irvin mengalihkan perhatiannya dari Rena. Irvin segera menghubungi orang kepercayaannya untuk mencari siapa bedebah yang berani melakukan ini. Untung saja kaca mobilnya merupakan kaca anti peluru.

"Andrew, tambah kecepatannya, halo, Chris, segera cari siapa yang berani menembak kaca mobilku, aku dijalan xxx" Irvin mencengkram HPnya dengan erat, siapa yang berani bermain-main dengannya?

"Daripada HP itu hancur lebih baik kau berikan padaku saja" suara Rena membuat Irvin kembali memperhatikan wanita yang berada disebelahnya. Wanita ini... Dia tidak berteriak seperti wanita kebanyakan, dia bahkan hanya menampilkan raut wajah terkejut dan penasaran saat terjadi penembakan tadi. Ada apa sebenarnya dengan gadis ini? Pikir Irvin.

"Jangan memandangku seperti itu, lagian kita belum mati kan? Buat apa aku panik"

Broken GunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang