chap 6

9K 877 19
                                    

Ketenangan dan kecerdasan adalah senjata sederhana, tapi sesuatu yang sederhana bukan berarti tidak berbahaya....

******

"Apa kau sudah menelusuri latar belakang gadis itu?" tanya seseorang yang berada dibalik meja besar itu.

"Sudah, dan hasilnya tetap sama, dia hanyalah wanita biasa" Alex kembali melihat foto yang ada ditangannya dengan penuh perhitungan. Instingnya mengatakan bahwa wanita itu bukanlah gadis biasa, namun dia juga tidak bisa membuktikan kecurigaannya itu. Latar belakang gadis itu begitu normal, tidak ada catatan kriminal, keluarganya pun juga termasuk keluarga yang berada, ayahnya mempunyai beberapa restoran di kota ini dan ibunya mempunyai butik yang dikelolanya sendiri. Tidak ada yang menunjukkan bahwa keluarga ini merupakan keluarga berbahaya, tapi gadis itu, dia bersumpah dia bisa merasakan ancaman disetiap kata-kata dan tatapan matanya.

Alex masih mengingat tatapan matanya yang begitu tenang dan penuh perhitungan, seolah gadis itu memang sudah biasa berhadapan dengan orang berbahaya sepertinya. Tidak... Otaknya menolak bahwa gadis itu adalah gadis biasa, ada yang disembunyikan olehnya, dan Alex memastikan, bahwa apapun itu dia akan mengetahuinya segera.

"Terus awasi gadis itu, dan panggil Ben kemari" anak buahnya mengangguk dan bergegas keluar dari ruangan Alex.

"Kau benar gadis kecil, kau sudah menarik perhatianku" sebuah senyum licik terukir di bibir Alex, dia menyukai misteri, tapi dia lebih suka kalau dia bisa menguak misteri itu.

Sebuah ketukan di pintu membuat seringaian Alex semakin lebar.

"Permainan akan segera dimulai"

******

"Rena!" teriakan mamanya membuat Rena menggerutu, kesal. Di lapnya keringat yang masih menempel di dahi dan lehernya.

"Dipanggil, bukannya jawab, malah pacaran sama samsak" gerutu mamanya saat melihat Rena yang masih mengelap keringatnya.

"Tenang aja, Rena ingat kok, ma" jawab Rena sebelum mamanya mengingatkannya lagi tentang pesta malam ini.

"Inget kok belum ganti baju, kan Mama sama papa nunggunya jadi lama, sayang, kita udah siap-siap dari tadi"

"Iya, ini mau mandi" potong Rena, sebelum mamanya semakin banyak bicara.

Rena sebenarnya sangat malas mengikuti pesta seperti ini, apalagi pesta ini diselenggarakan oleh keluarga Atmabrata, dia sama sekali tidak ingin terlibat dengan keluarga itu, namun apa daya, ayahnya ternyata merupakan salah satu kolega bisnis dari Alex Atmabrata.

Sebuah dering telepon membuat Rena menghentikan tangannya yang sedang mengeringkan rambutnya dengan hair dryer.

"Halo" sapa Rena tanpa melihat nama penelfonnya.

"Hati-hati" ekspresi Rena berubah menjadi dingin saat mendengar suara itu. Sambungan telepon itu terputus begitu saja, bahkan saat Rena belum menjawab apapun.

Rena menghela nafasnya.
"Malam yang menarik" gumamnya pada dirinya sendiri.

*****

Ruangan pesta itu terlihat begitu mewah, para tamu yang kebanyakan merupakan pengusaha itu terlihat sangat menikmati pesta yang diadakan oleh keluarga Atmabrata ini.

"Ingatkan aku, kenapa aku harus menghadiri pesta laki-laki tua itu" gerutu Irvin saat baru saja memasuki rumah mewah yang dulu pernah ditinggalinya itu.

"Karena Anda harus mendapatkan 'target' kita" jawab Andrew, mengingatkan bosnya yang memang sangat anti jika menyangkut tentang ayahnya.

Sementara disudut ruangan, Alex tersenyum melihat putranya yang terlihat membaur dengan tamu yang lain.

Broken GunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang